5 Film Sejarah Indonesia yang Kontroversial Sehingga Ditarik dari Peredaran
Daftar film sejarah Indonesia yang kontroversial berikut ini mendapat banyak kritikan pedas dan bahkan ditarik dari peredaran. Film apa sajakah itu?
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Daftar film sejarah Indonesia yang kontroversial berikut ini mendapat banyak kritikan pedas dan bahkan ditarik dari peredaran. Film apa sajakah itu?
[duniaku_baca_juga]
Memperingati hari kemerdekaan tentu belum afdol jika tak menonton film-film bertema sejarah bangsa Indonesia. Seakan tak pernah absen, sineas Indonesia selalu berlomba merilis film bertemakan kemerdekaan yang biasanya tayang di bulan Agustus.
Namun tak semua film sejarah selalu menuai sanjungan. Banyak juga film yang mengangkat kisah masa lalu Indonesia ini mendapat kritikan pedas. Salah satu alasannya karena cerita yang ditampilkan tak sesuai fakta.
Nah berikut ini daftar film sejarah Indonesia yang kontroversial.
[page_break no="1" title="Balibo Five"]
Balibo Five merupakan film lawas yang diangkat dari kisah nyata lima orang wartawan yang tewas secara misterius. Diambil dari sudut pandang mantan jurnalis senior Roger East, Balibo Five merupakan salah satu film dilarang tayang di Indonesia. Pencekalan tersebut dilatarbelakangi kekhawatiran akan mengganggu keharmonisan hubungan diplomatik antara pemerintah Indonesia, Timor Leste, dan Australia.
Pemerintah Indonesia mengatakan kelima jurnalis yang berasal dari Inggris, Australia, dan Selandia Baru tersebut tewas dikarenakan terjebak dalam medan peperangan. Sedangkan pengadilan koroner di Australia menyebutkan jika kelimanya dibunuh oleh tentara Indonesia.
[page_break no="2" title="Murudeka 17805"]
Film sejarah Indonesia yang kontroversial selanjutnya adalah Murudeka 17805. Murudeka 17805 adalah film kerjasama antara Jepang (Toho) dan Indonesia (Rapi Films). Dalam film ini juga, turut diisi ak[duniaku_baca_juga]tor dan aktris dari kedua negara seperti Jundai Yamada, Lola Amaria, Naoki Hosaka, Muhammad Iqbal, dan disutradari oleh Yukio Fuji.
Alasan film ini kontroversial adalah karena ceritanya bertentangan dengan sejarah Indonesia dan dikhawatirkan menimbulkan konflik antara Jepang dan Indonesia. Salah satu adegan yang cukup melecehkan adalah ketika lagu Indonesia dikumandangkan tapi dengan cara yang tidak sesuai.
[page_break no="3" title="The Act of Killing"]
Film garapan Joshua Oppenheimer ini adalah film yang menjadi antitesis film G30S/PKI versi pemerintah yang selalu diputar setiap tanggal 30 September. The Act of Killing mengambil sudut pandang orang-orang tak berdosa yang menjadi korban pembantaian 1965-1966.
Mendapat sambutan hangat ketika diputar di sejumlah negara karena mengungkap salah satu skandal yang berusaha ditutupi pemerintah, namun film The Act of Killing tak lolos sensor untuk tayang di Tanah Air.
[page_break no="4" title="Romusha"]
Romusha adalah film keluaran tahun 1972 yang mengisahkan kekejaman Jepang selama menjajah Indonesia sekitar tahun 1943-1944. Film arahan sutradara Herman Nagara ini memang tak menemui kendala ketika masuk lembaga sensor, namun tiba-tiba film Romusha ditarik dari seluruh bioskop.
Salah satu alasannya karena film ini dikhawatirkan bisa merusak hubungan Indonesia dan Jepang. Kabarnya produser Julies Rofi’ie mendapat kompensasi dari pemerintah Jepang untuk semua biaya produksi film.
[page_break no="5" title="Pagar Kawat Berduri"]
Sejatinya tak ada masalah dengan film Pagar Kawat Berduri. Film yang disutradarai oleh Asrul Sani mengisahkan tentang strategi komunikasi yang terjadi di masa perang Belanda. Bermula dari para pejuang Indonesia yang menyuarakan revolusi dan akhirnya ditawan di kamp Belanda.
Ketika semua tahanan ingin melarikan diri, namun Parman (diperankan Sukarno M Noor) punya strategi berbeda. Ia malah bersahabat dengan seorang perwira Belanda. Tingkahnya itu membuat teman-teman Parman jengkel dan memushinya. Padahal ia bersahabat dengan perwira Belanda untuk mencari informasi penting.
[read_more id="315930"]
Film ini disebut kontroversial karena PKI (Partai Komunis Indonesia) yang kala itu cukup punya kuasa menganggap Pagar Kawat Berduri akan membuat masayarakat Indonesia simpatik terhadap tentara Belanda. Film ini pun akhirnya ditarik dari peredaran.
Diedit oleh Fachrul Razi