7 Karakter Penting Street Fighter yang Belum Gabung di Versi 2026!

- Sagat, karakter penting Street Fighter yang belum bergabung di versi 2026
- Juni, pasangan Juli yang absen dari film Street Fighter 2026
- Fei Long, karakter "film-friendly" yang kembali tidak masuk roster Street Fighter
Sejauh ini, Street Fighter sudah mengumumkan 17 karakter yang akan hadir. Daftarnya cukup luas, mulai dari Joe, karakter dari Street Fighter pertama, hingga Akuma, sosok ekstrem yang identik dengan puncak kekuatan di semesta game-nya.
Namun justru karena roster-nya sudah sebesar ini, satu pertanyaan mulai muncul di kalangan fans: siapa saja karakter penting Street Fighter yang belum ikut bergabung di versi 2026?
Beberapa di antaranya bukan sekadar pelengkap, melainkan tokoh ikonis yang punya pengaruh besar dalam lore, gameplay, maupun sejarah franchise ini. Absennya mereka pun cukup terasa, setidaknya untuk sekarang.
Lalu, siapa saja karakter Street Fighter penting yang masih belum terlihat di film 2026?
Mari kita bahas satu per satu.
1. Sagat

Kalau kita bicara Street Fighter II, ada empat boss legendaris yang dikenal sebagai empat raja Shadaloo: Balrog, Vega, Sagat, dan M. Bison.
Di film Street Fighter, tiga nama sudah dipastikan hadir: Balrog, Vega, dan Bison. Satu yang belum muncul justru Sagat.
Padahal, Sagat bukan sekadar boss tambahan. Dalam lore game, ia punya hubungan yang sangat penting dengan Ryu. Sagat adalah boss terakhir Street Fighter pertama, dan luka besar di dadanya berasal langsung dari pukulan Ryu, sebuah momen yang menjadi titik awal banyak konflik dan penyesalan Ryu terhadap kekuatannya sendiri.
Absennya Sagat jadi terasa ganjil karena secara tematis ia sangat cocok dengan cerita yang tampaknya menyorot perjalanan personal Ryu. Sagat adalah simbol dari: kekalahan pertama yang benar-benar membekas, harga dari ambisi, dan konsekuensi menggunakan kekuatan tanpa kendali penuh.
2. Juni

Di Street Fighter, dua agen Shadaloo perempuan sudah dipastikan hadir: Cammy (Mel Jarnson) dan Juli (Rayna Vallandingham).
Namun ada satu nama yang justru absen: Juni.
Absennya Juni terasa unik karena dalam lore Street Fighter, khususnya Street Fighter Alpha 3, Juni dan Juli selalu diposisikan sebagai pasangan. Keduanya adalah bagian dari unit Shadaloo Dolls, sering tampil berdampingan, dan bahkan di Arcade Mode ada karakter yang harus menghadapi Juni dan Juli sebagai tim.
Karena itu, kehadiran Juli tanpa Juni menimbulkan kesan bahwa versi film ini sengaja memisahkan identitas mereka. Juli tampaknya tidak diposisikan sebagai “setengah dari duo”, melainkan sebagai karakter mandiri dengan peran dan ancamannya sendiri.
3. Fei Long

Di Super Street Fighter II: The New Challengers, Capcom memperkenalkan empat karakter baru: Cammy, T. Hawk, Dee Jay, dan Fei Long.
Menariknya, versi film Street Fighter (1994) sempat menghadirkan Cammy, T. Hawk, dan Dee Jay, meski interpretasinya jauh dari versi game, terutama untuk T. Hawk dan Dee Jay. Fei Long justru absen sejak saat itu.
Dan kini, di Street Fighter, Fei Long kembali tidak masuk roster.
Padahal secara konsep, Fei Long sangat “film-friendly”. Ia adalah expy langsung dari Bruce Lee, cepat, eksplosif, karismatik, dan berbasis bela diri murni tanpa gimmick supernatural. Secara teori, ia bisa menjadi jembatan ideal antara seni bela diri klasik dan gaya Street Fighter.
Absennya Fei Long memunculkan dugaan menarik. Bisa jadi sejak awal tim produksi berhati-hati menampilkan karakter yang terlalu mirip Bruce Lee. Representasi semacam ini sering berada di wilayah sensitif: antara penghormatan dan tuduhan “kloning”, apalagi dalam konteks film live-action modern yang jauh lebih disorot.
4. Juri Han

Juri Han bisa dibilang adalah salah satu karakter paling disukai fans dari generasi modern Street Fighter. Popularitasnya begitu besar sampai banyak orang lupa satu fakta menarik: Juri tidak hadir di versi vanilla Street Fighter IV. Ia baru debut di Super Street Fighter IV, namun dampaknya langsung masif.
Desain visual yang ikonis, kepribadian sadistik, serta gaya bertarung yang agresif membuat Juri terasa seperti karakter yang “sudah lama ada”, padahal secara kronologis ia relatif baru dibanding nama-nama klasik lain.
Untuk saat ini, Juri belum diumumkan sebagai bagian dari roster Street Fighter. Absennya ini mungkin terasa mengecewakan bagi sebagian fans, tapi secara naratif justru cukup masuk akal.
Jika film 2026 memang lebih condong mengadaptasi era Street Fighter II dan fondasi awal rivalitas Ryu–Ken, maka Juri—yang identik dengan era Street Fighter IV—bisa jadi memang disimpan untuk sekuel. Kehadirannya akan terasa lebih tepat ketika cerita mulai bergerak ke fase berikutnya, dengan konflik baru dan ancaman generasi selanjutnya.
5. T. Hawk

T. Hawk sebenarnya pernah muncul di film Street Fighter. Masalahnya, banyak penonton bahkan tidak menyadarinya. Versi film tersebut menampilkan T. Hawk lebih sebagai prajurit Native American generik, tanpa postur raksasa, tanpa gaya gulat khas, dan nyaris tanpa identitas yang membuatnya terasa sebagai T. Hawk versi game.
Untuk Street Fighter, T. Hawk belum diumumkan sebagai bagian dari roster. Absennya ini terasa cukup disayangkan, terutama karena karakter ini sebenarnya punya potensi besar untuk diadaptasi dengan lebih setia: petarung bertubuh besar, kekuatan grappling yang eksplosif, serta latar belakang sebagai pejuang yang membela tanah dan komunitasnya.
6. Dee Jay

Dee Jay juga sebenarnya pernah muncul di Street Fighter (1994). Sayangnya, interpretasinya cukup… membingungkan. Alih-alih tampil sebagai superstar musik ceria dengan gaya kickboxing khas, Dee Jay justru diposisikan sebagai anak buah Bison di Shadaloo.
Pilihan itu terasa janggal, mengingat identitas Dee Jay di game sangat kuat: petarung penuh energi, ekspresif, dan jauh dari citra villain. Akibatnya, versi film 1994 membuatnya hampir tidak dikenali sebagai Dee Jay selain dari namanya saja.
Untuk Street Fighter, Dee Jay belum diumumkan sebagai bagian dari roster. Padahal, karakter ini sebenarnya sangat potensial untuk diadaptasi dengan lebih loyal—baik sebagai fighter flamboyan dengan ritme khas, maupun sebagai figur yang membawa warna dan keceriaan di tengah konflik serius.
7. Seth

Absennya Seth sebenarnya cukup mudah dipahami.
Sejauh ini, antagonis di Street Fighter memang sangat berfokus pada era Street Fighter II: tiga dari empat boss klasik (minus Sagat), ditambah Akuma sebagai figur ekstrem. Ini memberi kesan bahwa film pertama sengaja membangun fondasi dunia Street Fighter dari era paling ikonisnya terlebih dahulu.
Dalam konteks itu, Seth terasa terlalu maju. Ia adalah produk era Street Fighter IV, dengan konsep yang jauh lebih sci-fi, abstrak, dan terikat pada organisasi serta konflik yang lebih kompleks. Kehadirannya berpotensi menggeser fokus cerita terlalu cepat, apalagi ketika film ini masih memperkenalkan dunia dan hubungan karakter inti seperti Ryu, Ken, Chun-Li, dan Guile.
Karena itu, Seth (bersama elemen populer SF IV seperti Juri Han) terasa lebih logis jika disimpan untuk sekuel, dengan catatan film 2026 sukses secara komersial dan naratif.
Yang menarik, situasi ini berbeda dari film Street Fighter (1994) yang ceritanya mentok di interpretasi bebas era SF II. Sekarang, tim kreatif punya rentang inspirasi jauh lebih luas, dari Street Fighter III hingga Street Fighter 6. Namun secara kronologi lore, SF IV (Seth) memang terjadi sebelum SF III, V, dan VI, sehingga masuk akal jika film ingin melangkah secara bertahap.
Tapi harus diakui, 17 karakter saja sudah cukup banyak

Pada akhirnya, memang perlu diakui: 17 karakter untuk satu film Street Fighter itu sudah tergolong padat. Bahkan dengan durasi yang ideal sekalipun, hampir mustahil semua karakter mendapat porsi pengembangan yang benar-benar seimbang.
Jika fokus utama film ini memang ada pada Ryu dan Ken, maka wajar bila sebagian karakter lain lebih berfungsi sebagai pemicu konflik, penunjuk level ancaman, atau sekadar rintangan yang harus ditumbangkan di sepanjang perjalanan cerita.
Dan itu sebenarnya bukan masalah utama.
Kunci keberhasilan Street Fighter 2026 justru ada pada bagaimana karakter-karakter yang sudah dipilih ini diolah dengan tepat, apakah mereka terasa otentik dibanding versi game, punya fungsi jelas, dan meninggalkan kesan, meski tampil singkat.
Meski begitu, tetap sulit untuk tidak bertanya-tanya. Keputusan menyajikan Juli sebagai petarung mandiri tanpa Juni, atau absennya Sagat, salah satu boss paling ikonis di Street Fighter II, masih terasa ganjil bagi sebagian fans. Mungkin ada alasan naratif yang kuat, atau mungkin ini memang kompromi yang harus diambil demi fokus cerita.
Semua itu baru akan terjawab saat filmnya rilis. Kalau menurutmu sendiri, dengan roster seperti ini apakah Street Fighter 2026 sudah di jalur yang tepat, atau masih ada keputusan casting dan karakter yang terasa mengganjal?
Sampaikan pendapatmu di grup Warga Duniaku!
Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku

















