Penilaian Film Anaconda (2025), Reboot Absurd yang Sadar Diri

- Reboot Anaconda (2025) memeluk kegilaan film aslinya sebagai bahan satir tentang budaya remake, nostalgia, dan studio yang lebih percaya IP lama ketimbang ide baru.
- Doug dan Griff hidupnya melenceng jauh dari mimpi masa kecil, mempertemukan mereka dengan VHS film amatir masa kecil yang menjadi bahan proyek absurd untuk berdamai dengan kegagalan hidup.
- Anaconda (2025) mengolok kebiasaan studio modern yang mengandalkan IP terkenal demi rasa aman finansial, humor sadar diri, sindiran industri, dan absurditas monster movie dilebur tanpa malu-malu.
Ketika Anaconda diumumkan, reaksinya nyaris seragam: kenapa? Film aslinya, Anaconda, sudah terkenal karena absurditasnya, campy, berisik, dan tak pernah berpura-pura jadi film “pintar”. Maka keputusan me-reboot IP semacam ini, apalagi dengan Jack Black dan Paul Rudd, terdengar seperti lelucon industri yang kelewat jauh.
Namun justru di situlah kejutan film ini. Anaconda (2025) tidak mencoba memperbaiki reputasi film lama, melainkan memeluk kegilaannya sambil menjadikannya bahan satir. Ini bukan sekadar reboot, tapi komentar sinis tentang budaya remake, nostalgia, dan studio yang lebih percaya IP lama ketimbang ide baru.
1. Midlife Crisis, VHS Tua, dan Mimpi yang Tak Jadi

Cerita berpusat pada Doug (Jack Black) dan Griff (Paul Rudd), sahabat lama yang hidupnya melenceng jauh dari mimpi masa kecil. Doug kini hanya menggarap video pernikahan, sementara Griff terdampar sebagai “dokter #2” di serial TV generik. Ulang tahun Doug mempertemukan mereka kembali dengan Claire dan Kenny, lengkap dengan VHS film amatir masa kecil, simbol mimpi yang tertinggal.
Twist-nya: Griff ternyata memegang hak atas Anaconda. Dari sinilah ide gila lahir. Pergi ke Amazon dan me-reboot film tersebut. Premis ini sengaja dibuat tipis dan bodoh, tapi itulah fondasi emosionalnya: sekelompok orang dewasa yang mencoba berdamai dengan kegagalan hidup melalui proyek absurd. Di balik lelucon ular raksasa, film ini bicara soal krisis paruh baya dengan nada yang surprisingly hangat.
2. Lucu Setengah Jalan, Tapi Tetap Menghibur

Masalah utama Anaconda (2025) ada pada ritme. Saat lucu, ia benar-benar lucu; saat meleset, ia jatuh datar. Pacing terasa lambat untuk film yang seharusnya liar tanpa rem. Chemistry empat tokoh utama juga tidak selalu menyatu, solid secara individu, kurang meyakinkan sebagai grup.
Meski begitu, daya tarik Black dan Rudd sulit dibantah. Gaya komedi mereka berbeda tapi saling mengisi, bahkan sesekali menyentuh momen emosional yang tulus. Steve Zahn mencuri perhatian dengan beberapa punchline terbaik, sementara Selton Mello sebagai Santiago, pelatih ular eksentrik, hampir selalu berhasil mencuri adegan. Paruh awal film terasa paling hidup berkat karakter-karakter ini.
3. Satir Industri Film yang Terasa Tajam

Di balik segala kebodohannya, kekuatan terbesar film ini adalah kesadarannya sebagai satir. Anaconda (2025) secara terang-terangan mengolok kebiasaan studio modern yang mengandalkan IP terkenal demi rasa aman finansial. Pilihan Anaconda, film yang bahkan dulu tak dipuji kritikus, justru memperkuat ironi tersebut.
Di tangan sutradara Tom Gormican, pendekatan meta ini terasa pas. Ia nyaman bermain di wilayah antara realitas, parodi, dan kekacauan terkontrol. Humor sadar diri, sindiran industri, dan absurditas monster movie dilebur tanpa malu-malu, meski tidak selalu rapi.
Anaconda (2025) jelas bukan film yang rapi atau konsisten. Namun dengan nada self-aware, komitmen pada absurditas, dan rasa sayang yang tulus pada film aslinya, reboot ini sulit untuk benar-benar dibenci. Tidak sempurna, sering tersendat, tapi tetap menyenangkan, terutama jika ditonton dengan ekspektasi yang tepat. Sebuah perjalanan bodoh yang, anehnya, cukup menghibur sampai akhir.
PS: mereka bahkan memberikan nama Boris pada babi hutan yang ditempel ke Doug. Kalau-kalau babi tersebut menjadi icon film ini...
Sinopsis Anaconda (2025)
Doug dan Griff adalah dua sahabat lama yang kini memasuki usia 40-an dengan hidup yang jauh dari impian masa kecil mereka. Doug, yang dulu bercita-cita menjadi sutradara film horor, kini hanya menggarap video pernikahan demi memenuhi kebutuhan keluarga. Sementara Griff, yang berharap menjadi aktor besar di Hollywood, terjebak memainkan peran kecil tanpa nama di serial televisi medis.
Sebuah perayaan ulang tahun mempertemukan mereka kembali dengan dua sahabat lama lainnya, Claire dan Kenny. Malam nostalgia itu membawa mereka pada kenangan masa kecil, termasuk sebuah kaset VHS berisi film amatir yang pernah mereka buat bersama. Dari situlah muncul ide gila: Griff mengungkap bahwa ia memiliki hak atas film kultus tahun 1990-an berjudul Anaconda, dan mengusulkan agar mereka me-reboot film tersebut.
Didorong oleh krisis paruh baya, rasa penasaran, dan keinginan membuktikan bahwa mimpi lama belum sepenuhnya mati, keempatnya nekat berangkat ke Amazon. Setelah mendapatkan pendanaan pas-pasan, mereka tiba di Brasil dan bertemu Santiago, pelatih ular eksentrik yang akan membantu produksi film mereka. Namun perjalanan ini segera berubah kacau ketika batas antara pembuatan film dan kenyataan mulai kabur, terutama saat mereka berhadapan dengan bahaya yang jauh lebih nyata daripada yang mereka rencanakan.
Dengan nada komedi sadar diri dan absurditas khas film monster, Anaconda (2025) mengikuti petualangan sekelompok orang dewasa yang mencoba menebus kegagalan hidup lewat proyek paling mustahil, sambil mempertanyakan arti mimpi, nostalgia, dan keberanian untuk memulai kembali.
| Producer | Brad Fuller, Andrew Form, Kevin Etten, Tom Gormican |
| Writer | Tom Gormican |
| Age Rating | R13+ |
| Genre | Action, Comedy, Horror |
| Duration | 99 Minutes |
| Release Date | 24/12/2025 |
| Theme | Meta-film reboot |
| Production House | Columbia Pictures & Fully Formed Entertainment |
| Where to Watch | Cinema XXI, CGV, Cinemapolis |
| Cast | Paul Rudd, Jack Black, Steve Zahn, Ice Cube, |


















