5 Alasan Utama Kenapa Varang di Avatar: Fire and Ash Sangat Berbahaya

- Pemimpin Na’vi yang Menolak Harmoni Eywa
- Menggunakan Trauma sebagai Bahan Bakar Kekuasaan
- Lebih Berbahaya karena Ia Benar Secara Emosional
Dalam Avatar: Fire and Ash, ancaman tak lagi datang dari manusia atau teknologi, melainkan dari sesama Na’vi sendiri. Sosok Varang, pemimpin Ash People, tampil sebagai antagonis baru yang jauh lebih kompleks dan mengganggu. Ia bukan monster, tapi pemimpin dengan ideologi yang salah arah. Inilah alasan mengapa Varang dianggap sangat berbahaya.
1. Pemimpin Na’vi yang Menolak Harmoni Eywa

Berbeda dengan klan Na’vi lain yang menjunjung keseimbangan alam, Varang justru memutus hubungan spiritual dengan Eywa. Penolakan ini bukan sekadar perbedaan kepercayaan, tetapi bentuk perlawanan ideologis. Varang percaya bahwa bertahan hidup berarti menguasai, bukan menyatu. Dalam dunia Pandora yang dibangun di atas keseimbangan, ide seperti ini adalah racun yang sangat mematikan dan bisa membakar apapun.
2. Menggunakan Trauma sebagai Bahan Bakar Kekuasaan

Ash People digambarkan sebagai klan yang lahir dari kehancuran, api, abu, dan kehilangan. Varang memanfaatkan trauma kolektif ini untuk membangun loyalitas mutlak. Ia tidak memimpin dengan harapan, melainkan dengan amarah. Na’vi di bawahnya tidak bisa diajak berkompromi dengan siapapun, tapi bisa membenci siapapun.
3. Lebih Berbahaya karena Ia Benar Secara Emosional

Varang tidak sepenuhnya salah. Dunia Pandora memang telah dirusak, dikhianati, dan dieksploitasi. Argumennya masuk akal bagi mereka yang kehilangan segalanya. Inilah yang membuatnya berbahaya: ia bukan penjahat karikatural, melainkan figur yang “terasa benar” bagi pihak yang putus asa.
4. Mengubah Api dari Simbol Kehancuran Menjadi Identitas

Api dalam Fire and Ash bukan hanya elemen visual, tetapi simbol ideologi Varang. Api baginya adalah pemurnian, cara membakar masa lalu demi membentuk dunia baru. Masalahnya, dunia baru versi Varang hanya bisa lahir setelah yang lama musnah sepenuhnya, termasuk Eywa dan klan Na’vi lain.
5. Memilih untuk Jadi Setara dengan Manusia

Lagi-lagi berbeda dengan klan Na’vi lain yang bertempur dengan cara-cara tradisional dan spiritualis, Varang memilih senjata api sebagai jawaban konkrit atas kebutuhan akan senjata yang mematikan. Senjata yang bisa digunakan oleh semua anggota klannya dan yang pasti lebih unggul dari Na'vi lain. Meskipun dengan menggunakan senjata tersebut dia harus mau disetarakan dengan manusia yang mereka anggap sebagai makhluk lemah dari langit. Varang sepertinya benar-benar menerapkan pepatah, jangan mebawa pisau ke duel pistol.
Varang berbahaya bukan karena kekuatan fisik semata, melainkan karena gagasannya bisa menyebar. Ia membuktikan bahwa di Pandora, ancaman terbesar bukan selalu dari luar, tetapi dari trauma yang tidak pernah disembuhkan atau dijangkau oleh Eywa. Avatar: Fire and Ash menggunakan Varang untuk mengingatkan bahwa kehilangan, jika tidak diproses, bisa melahirkan kehancuran yang jauh lebih besar dari senjata apa pun.


















