Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Mungkinkah Akuma Akan Jadi Final Boss Film Street Fighter 2026?

Akuma-1 (Small).jpg
Dok. Legendary Pictures/Capcom (Akuma/Street Fighter 4/Street Fighter 2026)
Intinya sih...
  • Ryu dan Ken punya konflik personal dengan Akuma di game
  • Apa tidak bosan Bison lagi?
  • Sebagai ancaman fisik jelas Roman Reigns lebih unggul dari David Dastmalchian
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Street Fighter tampaknya akan menjadi adaptasi yang padat karakter dan konflik. Di satu sisi, ada M. Bison, sosok antagonis yang sudah konsisten tampil sebagai penjahat utama, baik di Street Fighter (1994) maupun The Legend of Chun-Li (2009).

Namun di sisi lain, film ini juga menghadirkan Akuma, yang diperankan oleh Roman Reigns. Kehadirannya langsung memicu tanda tanya besar, terutama jika latar belakang Akuma mengikuti lore game: sosok petarung ekstrem yang terkait langsung dengan masa lalu Ryu dan Ken, bahkan berpotensi menjadi luka personal bagi dua tokoh utama film ini.

Dengan fokus cerita yang tampaknya menyorot Ryu dan Ken, serta dinamika mereka yang “estranged”, muncul pertanyaan menarik: apakah Akuma akan mengambil alih peran sebagai final boss, menggantikan atau bahkan melampaui Bison?

Mari kita bedah satu per satu kemungkinannya.

1. Ryu dan Ken punya konflik personal dengan Akuma di game

Gouken (Dok. Capcom)
Gouken (Dok. Capcom)

Dalam lore Street Fighter, Gouken adalah sosok penting: guru bagi Ryu dan Ken Masters.

Konflik bermula ketika Gouken dibunuh oleh Akuma (walau Gouken terungkap ternyata selamat di Street Fighter IV). Peristiwa itu bukan hanya mengguncang hidup Ryu dan Ken, tapi juga menjadi fondasi filosofis perjalanan mereka. Akuma bukan sekadar musuh kuat, melainkan representasi jalan gelap yang bisa saja ditempuh Ryu jika ia gagal menahan diri.

Inilah yang membuat potensi konflik antara Ryu, Ken, dan Akuma terasa sangat personal. Ini bukan pertarungan demi menghentikan rencana jahat dunia, melainkan konfrontasi dengan masa lalu, trauma, dan pilihan hidup.

Sebaliknya, M. Bison biasanya diposisikan sebagai ancaman eksternal. Ia adalah diktator dan dalang besar, berbahaya, berkuasa, dan manipulatif, namun tidak selalu terikat langsung dengan kisah pribadi Ryu dan Ken. Ketertarikan Bison pada mereka sering kali bersifat oportunistik: melihat potensi kekuatan, bukan hubungan emosional.

Dan di sinilah logika adaptasi film masuk. Secara historis, Hollywood cenderung lebih memilih konflik yang personal untuk klimaks cerita, musuh yang punya hubungan emosional langsung dengan protagonis, bukan sekadar simbol kejahatan abstrak.

Dengan fondasi lore seperti ini, tidak mengherankan jika Akuma terasa sebagai kandidat yang sangat kuat untuk berperan lebih dari sekadar antagonis tambahan—bahkan berpotensi menjadi ujian terakhir bagi Ryu dan Ken.

2. Apa tidak bosan Bison lagi?

Tiga versi Bison Street Fighter film. (Dok. Legendar Pictures, Capcom/Street Fighter)
Tiga versi Bison Street Fighter film. (Dok. Legendar Pictures, Capcom/Street Fighter)

Yah, bahkan di game pun Bison memang sering jadi final boss. Bahkan di Street Fighter 6 dimana dia harusnya mati dia muncu lagi sebagai DLC.

Namun konteks film berbeda.

Bison sudah menjadi antagonis utama di Street Fighter dan kembali memegang peran serupa di Street Fighter: The Legend of Chun-Li. Dua adaptasi layar lebar, dua kali Bison di posisi puncak.

Di titik ini, wajar jika muncul pertanyaan: apakah mengulang formula yang sama akan terasa segar?

Justru karena itu, ada kecurigaan menarik. Bisa jadi Kitao Sakurai sebagai sutradara, atau Dalan Musson sebagai penulis naskah, ingin mencoba pendekatan berbeda—menggeser fokus dari antagonis “klasik” ke konflik yang lebih personal dan filosofis.

Dan di sinilah kehadiran Akuma terasa terlalu signifikan untuk diabaikan.

Akuma bukan sekadar alternatif boss yang lebih kuat. Ia membawa beban makna yang berbeda: jalan kekuatan ekstrem, konsekuensi pilihan, dan ancaman yang langsung berkaitan dengan perjalanan Ryu dan Ken. Memanfaatkannya sebagai klimaks (atau setidaknya sebagai ujian terakhir) akan memberi Street Fighter 2026 identitas yang berbeda dari dua pendahulunya, tanpa harus menghapus peran Bison sepenuhnya.

3. Sebagai ancaman fisik jelas Roman Reigns lebih unggul dari David Dastmalchian

Akuma-1 (Small).jpg
Dok. Legendary Pictures/Capcom (Akuma/Street Fighter 4/Street Fighter 2026)

Berhubung David Dastmalchian bukan aktor dengan latar bela diri, pendekatan Bisonnya mungkin akan mirip dengan apa yang dulu dilakukan Raúl Juliá: antagonis karismatik yang mengandalkan wibawa, dialog, dan kekuatan non-fisik. Bison versi ini kemungkinan bertarung lewat kekuatan energi, efek visual, manipulasi, atau kekuasaan, bukan duel jarak dekat yang brutal.

Pendekatan itu sah, bahkan bisa sangat efektif secara akting. Namun, pertanyaannya: apakah itu cocok sebagai rintangan terakhir bagi Ryu dan Ken?

Di sinilah Akuma terasa menawarkan sesuatu yang berbeda. Akuma diperankan oleh Roman Reigns, sosok bertubuh besar dengan aura dominan sejak detik pertama muncul di layar. Ditambah riasan dan desain karakter Akuma yang garang, ia langsung terbaca sebagai ancaman fisik murni, bukan sekadar penjahat yang “berbahaya karena kekuasaan”.

Selain itu, Akuma juga berfungsi secara tematik. Ia bisa menjadi cermin masa depan yang mengerikan bagi Ryu, apa yang akan terjadi jika Ryu sepenuhnya menyerah pada Satsui no Hado, jika konsep tersebut benar-benar diadopsi film. Dalam konteks ini, Akuma bukan hanya lawan yang kuat, tapi peringatan hidup.

Bukan berarti peran Bison menjadi tidak penting. Justru sebaliknya: karisma dan kemampuan akting Dastmalchian bisa saja menggendong sebagian besar film sebagai dalang konflik dan ancaman ideologis. Namun untuk momen klimaks, ujian terakhir yang harus dihadapi Ryu dan Ken secara fisik dan filosofis, Akuma terasa jauh lebih pas untuk “membajak” posisi final boss.

4. Momen Akuma membajak Bison memang bisa terjadi di game

Akar dari teori ini sebenarnya bukan spekulasi kosong, melainkan ada kisahnya di game Street Fighter.

Di Super Street Fighter II Turbo, Capcom pernah membuat Akuma membajak posisi final boss. Dalam kondisi tertentu, Akuma (dalam versi Shin Akuma) bisa muncul secara mendadak, menghajar M. Bison, lalu mengambil alih peran sebagai ujian terakhir pemain.

Caranya? Sengaja dibuat sulit dan eksklusif, seolah Akuma hanya muncul untuk pemain yang benar-benar “pantas”:

Dasarnya, kamu harus menang terus tanpa continue. Lalu penuhi salah satu syarat ini:

  1. Setelah mengalahkan Sagat, total waktu permainan di bawah 1500 detik,
    atau
  2. Setelah mengalahkan Sagat, skor permainan lebih tinggi dari 1,2 juta,
    atau
  3. Menang melawan 12 lawan manusia berturut-turut, lalu di layar quote kemenangan menahan tombol apa pun (kecuali Start) selama 2 detik.

Opsi ketiga ini bahkan punya syarat tambahan yang jarang dibahas: stage berikutnya haruslah stage Bison, yang berarti semua karakter AI sebelum diktator telah dikalahkan dan berwarna abu-abu. Akuma memang hanya bisa muncul di panggung Bison.

Jika salah satu syarat tersebut terpenuhi, maka sebelum duel final melawan Bison dimulai, Akuma muncul tiba-tiba dan mengeksekusi Bison dengan Shun Goku Satsu. Tubuh Bison tergeletak tak berdaya di latar belakang, sementara pemain dipaksa menghadapi Shin Akuma, sebuah pertarungan yang pada masanya dikenal jauh lebih brutal daripada duel melawan Bison.

Mengalahkan Shin Akuma di era arcade benar-benar prestasi tersendiri. Bison itu sudah susah, dia ini lebih ganas lagi.

Preseden inilah yang membuat gagasan Akuma “membajak” posisi final boss di film Street Fighter 2026 terasa masuk akal.

Bakal menarik jika Capcom memutuskan mengadaptasi momen ini.

5. Alternatif dari Akuma membajak posisi Bison

Guile Cody Rhodes Street Fighter. (Dok. Paramount Pictures, Capcom/Street Fighter)
Guile Cody Rhodes Street Fighter. (Dok. Paramount Pictures, Capcom/Street Fighter)

Ada satu pendekatan lain yang juga masuk akal, terutama mengingat Street Fighter tampaknya menampilkan banyak karakter sekaligus: membagi cerita ke dalam dua garis konflik yang berjalan paralel.

Di satu sisi, Ryu dan Ken Masters secara alami punya muara konflik yang kuat dengan Akuma. Dalam lore game, Akuma bukan hanya petarung terkuat, tapi juga sosok yang punya alasan personal untuk dibenci, terkait nasib Gouken, guru mereka.

Di sisi lain, M. Bison justru lebih cocok menjadi musuh utama bagi Chun-Li dan Guile. Keduanya secara tradisional memiliki alasan emosional langsung untuk mengejar Bison, mulai dari faktor Shadaloo, hingga faktor Charlie Nash, yang kematiannya (atau “kematiannya”, karena lore-nya memang sering berubah) selalu menjadi luka lama bagi Guile.

Dengan struktur ini, turnamen, atau konflik besar film, bisa berujung pada dua resolusi:

-Guile dan Chun-Li menghadapi Bison, menyelesaikan konflik sistemik dan balas dendam.

-Ryu dan Ken menghadapi Akuma, menuntaskan konflik personal dan filosofis mereka.

Dengan Akuma yang terasa sebagai final boss karena dari logline film ini adalah kisah mereka.

Pendekatan ini memungkinkan film memberi klimaks yang relevan untuk masing-masing tokoh, tanpa harus memaksakan satu final boss tunggal untuk semua karakter.

Tentu saja, semua ini masih bergantung pada seberapa setia filmnya mengikuti garis besar lore game. Dua adaptasi Street Fighter sebelumnya terkenal sangat liberal dalam melakukan perubahan, jadi bukan tidak mungkin versi 2026 juga mengambil jalur berbeda sama sekali.

Akankah Benar-benar terjadi?

MV5BMzE0NzJhYTktNzE1MS00MzdkLTg0MDgtY2FjMjk3ZWYwZjAwXkEyXkFqcGc@._V1_.jpg
Dok. Legendary Pictures/Capcom (Street Fighter/M. Bison)

Lalu, apakah semua kemungkinan ini benar-benar akan terwujud di Street Fighter?

Harus diakui, situasi Shin Akuma sebagai hidden boss di Super Street Fighter II Turbo (yang muncul tiba-tiba dan bahkan menghajar M. Bison) membuat teori ini terasa lebih dari sekadar angan-angan fans. Konsep Akuma “membajak” posisi final boss sudah pernah dilakukan, dan justru menjadi salah satu momen paling ikonik dalam sejarah Street Fighter.

Jika pendekatan ini diadopsi ke film, hasilnya bisa menjadi twist yang segar dan berani. Tentu saja, langkah ini berpotensi tidak memuaskan semua pihak (terutama fans Bison) namun dari sudut pandang naratif, ia menawarkan sesuatu yang berbeda dari dua adaptasi layar lebar sebelumnya.

Di sisi lain, opsi dua garis klimaks juga tak kalah menarik. Guile dan Chun-Li menghadapi Bison sebagai konflik sistemik dan balas dendam, sementara Ryu dan Ken menuntaskan urusan personal mereka dengan Akuma. Pembagian ini terasa logis, sejalan dengan lore game, dan memungkinkan setiap tokoh utama mendapatkan resolusi yang relevan dengan perjalanan masing-masing.

Namun pada akhirnya, semua ini tetaplah teori. Jawaban sesungguhnya baru akan kita dapatkan ketika Street Fighter 2026 benar-benar tayang.

Kalau menurutmu, skenario mana yang paling masuk akal: Akuma sebagai final boss yang “membajak” Bison, atau dua konflik besar yang berjalan paralel?

Sampaikan pendapatmu di grup Warga Duniaku ya!

Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku

Tele: https://t.me/WargaDuniaku

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us

Latest in Film

See More

Steve Rogers Resmi Akan Kembali di Avengers Doomsday!

24 Des 2025, 01:03 WIBFilm