Review Joker - Masa Lalu Sang Musuh Besar Batman
Akhirnya film Joker hadir! Baguskah?
GENRE: Action
ACTORS: Joaquin Phoenix, Robert De Niro, Zazie Beetz
DIRECTOR: Todd Phillips
RELEASE DATE: 2 Oktober 2019
RATING: 4/5
DC dan Warner Bros. selalu mempunyai PR panjang yang seperti tidak ada habisnya untuk urusan mengejar Disney dan Marvel. Setelah sebelumnya memperbaiki posisi melalui Aquaman dan Shazam!, mereka kembali meluruskan keadaan dengan Joker. Yang jadi pertanyaan di sini adalah, apakah itu cukup? Well, untuk menjawab pertanyaan ini, kamu bisa membacanya pada review kali ini.
Tenang, review kali ini akan hadir bebas spoiler. Jadi kamu bisa membacanya tanpa khawatir akan merusak kesenangan saat menonton filmnya nanti.
1. Sang Badut Gotham
Kisah Joker ini akan membuat sebuah latar baru yang benar-benar terlepas dari semesta komik dan filmnya yang lebih dulu muncul. Todd Phillips, sang sutradara yang terkenal berkat Borat, The Hangover, War Dog, dan A Star is Born ini, menggandeng Scott Silver yang sebelumnya terkenal menulis kisah untuk film 8 Mile, The Finest Hour, dan Siberia.
Keduanya lantas melahirkan sebuah ide untuk menghadirkan sosok Joker yang baru, sosok Joker yang tidak bisa ditiru oleh siapapun, bahkan oleh Marvel sekalipun. Rupanya upaya ini menimbulkan banyak sekali tanda tanya yang kemudian berubah menjadi hype, karena filmnya mendapatkan sambutan hangat di Venice Premiere.
Apa yang kamu saksikan di trailer atau teaser Joker, akan sama dengan yang kamu dapatkan di film ini. Bedanya, kamu akan mendapatkan gambaran komplet mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada sosok Arthur Fleck (Joaquin Phoenix), hingga akhirnya dia menjadi Joker yang mungkin kamu kenal.
Perkembangan karakter Joker tidak akan berlangsung lambat dan bertele-tele. Dari awal kamu akan tahu kalau Arthur Fleck adalah sosok pribadi yang tidak “normal”. Arthur dengan segala keanehannya, akan memperlihatkan Gotham dari sudut pandang dirinya. Sebuah kota hancur yang tidak bersahabat, dipenuhi pejabat-pejabat korup, dan kesenjangan sosial yang cukup tinggi.
Tidak ada yang aman di Gotham, bahkan untuk seorang badut yang berusaha membuat orang lain tertawa. Bisa dibilang, kota yang menjadi tempat sang badut beraksi, merupakan sebuah utopia gagal yang sudah menjurus ke arah anarki. Saking anarkinya, para penduduk Gotham mulai mencari jalannya sendiri untuk berhadapan dengan sistem yang menghalangi mereka.
Baca Juga: Lewati Endgame, Joker Jadi Film Superhero Terbaik di IMDb!
2. Film yang Sulit Ditelan
Walaupun Joker mendapatkan 8 menit standing ovation di Venice Premier, tetapi bukan berarti kamu bisa menyamakan Joker dengan film bombastis tipikal Hollywood. Untuk menikmati Joker secara penuh, kamu harus membuang dulu semua ekspektasi dan standar film superhero yang keburu berkiblat pada Marvel, dan membiarkan dirimu dituntun oleh seluruh peristiwa yang terjadi di dalam film.
Hal ini perlu kamu lakukan sebab Joker bukanlah film villain biasa. Ini adalah film yang menjelaskan asal-usul sang pangeran kejahatan yang menjadi musuh bebuyutan Batman. Magnum opus dari pencipta kisah manusia kelelawar yang berasal dari Gotham. Sebuah ciptaan yang tidak bisa diulangi lagi, walaupun orang lain sudah mencobanya.
Kesulitan utama dalam mencerna film ini datang dari profil ataupun skema cerita film ini. Ketimbang menjelaskan segala sesuatunya secara gamblang dan mudah dimengerti, Todd Phillips lebih memilih untuk memasukan alur maju mundur yang dilengkapi dengan berbagai twist.
Sebenarnya profil dari kisah Joker ini sederhana bila kamu bandingkan dengan film-film cult lain, seperti halnya Memento atau Fight Club. Tapi kehadiran Joaquin Phoenix memang tidak bisa diabaikan begitu saja. Sepanjang film kamu akan dibuat terpaku pada sosok Joker, sehingga melupakan pemeran lainnya.
3. Artistik
Seperti yang kamu saksikan di trailer ataupun teaser yang sudah lama beredar, Todd Phillips menggunakan pakem-pakem artistik dalam menyajikan seluruh adegan di dalam Joker. Penegasan ini sangat mengingatkan kami akan film-film festival yang biasa diputar di kalangan terbatas.
Rasanya seperti melihat kekuatan artistik di film-film sekelas Roma, dengan pendekatan lensa 50mm, plus bukaan yang lebar pada adegan tertentu. Semua warna dibuat kontras dengan sang Joker, sehingga menimbulkan kesan pop-up yang artistik. Aneh, tapi tidak mengganggu sama sekali.
Setting waktu dari Joker juga mengijinkan pendekatan vintage yang dipenuhi dengan budaya dan teknologi yang hadir di tahun 60 hingga 70-an. Hasilnya, kamu akan merasakan kota Gotham yang sangat artistik, layaknya komik Batman di era silver age.
4. Kesimpulan
Nah, sampailah kita pada bagian paling sulit dari review kali ini, kesimpulan. Joker merupakan sebuah film eksperimental yang mungkin tidak bisa ditiru oleh sang raksasa Disney dan Marvel.
Walaupun Avengers: Endgame berhasil merobohkan Titanic dan Avatar sekaligus, bukan berarti Disney bisa melakukan apapun yang mereka inginkan. Ada semacam kode etik yang mencegah mereka untuk membuat film seperti ini. Warner Bros. memanfaatkan satu titik kelemahan tersebut dan menciptakan Joker. Sebuah masterpiece yang tidak bisa ditonton semua orang karena adanya elemen yang mengangkangi standar Disney dan Marvel dalam urusan membuat film superhero atau villain.
Hasilnya, film ini bisa kami ganjar dengan nilai 4 dari 5 nilai review yang biasa kami berikan. Nilai ini tidak bisa lebih rendah lagi, ataupun lebih tinggi lagi. Sebab kami menemukan berbagai penolakan yang sulit diacuhkan, tapi kami juga sangat puas dengan apa yang film ini sampaikan. Kacau tapi elegan.
Diterbitkan pertama 02 Oktober 2021, diterbitkan kembali 04 Oktober 2024.