Review Thor: Love and Thunder, Perjalanan Thor Mencari Jati Diri

Thor yang memulai petualangannya sendirian setelah kebosanan

Thor Movie Poster

Thor merupakan salah satu jagoan Marvel yang dimunculkan di setiap fase MCU. Bisa dibilang Thor bakal selalu muncul sebagai perwakilan Asgardian dalam membela Bumi dari berbagai marabahaya. Mulai dari amukan Loki, serangan para Elf, hingga serangan invasi Thanos sekalipun. Pada intinya, Thor merupakan salah satu anggota wajib Avengers yang wajib mendapatkan kisah baru di setiap fase.

Pada fase keempat ini, Thor kembali diceritakan oleh Taika Waititi. Sang sutradara yang berhasil menyuntikan DNA komedi ke dalam Thor: Ragnarok. DNA tersebut pada akhirnya terus dibawa ke mana-mana sehingga pada akhirnya kita mendapatkan gambaran Thor yang lebih ramah dan jauh dari kata serius.

Pada kisahnya yang keempat ini, Thor kembali berhadapan dengan masalah yang cukup pelik. Batman, eh maksud kami Gorr the God Butcher berusaha mengincar para dewa termasuk Asgardian. Untuk lebih jelasnya mari kita simak review Thor: Love and Thunder di bawah ini.

1. Kisah Thor setelah Endgame

Thor 11Dok. Marvel

Seperti yang kita ketahui, pasca kekalahan Thanos di tangan Avengers, Thor memutuskan untuk mengikuti Guardian of Galaxy untuk berpetualang dan mengasah kemampuannya yang mulai “tumpul”. Ternyata setelah mengikuti Guardian of Galaxy ke mana-mana, Thor tetap tidak menemukan kepuasan yang dia cari.

Thor memang kembali mendapatkan badannya yang kekar dan berotot. Tapi rupanya musuh-musuh yang dihadapi oleh Guardian of Galaxy terasa kurang menantang bagi sang dewa Asgardian. Sampai pada akhirnya dia memutuskan untuk tetap tenang dan tidak terlibat masalah apapun, hingga akhirnya ada orang yang meminta tolong pada dirinya.

Pada intinya, Thor masih merasa kehilangan sesuatu dalam hidupnya, dan itu jelas bukan petualangan gila-gilaan dengan para Guardian of Galaxy.

Suatu waktu tim Guardian of Galaxy mendapatkan panggilan minta tolong yang datang dari berbagai lokasi sekaligus. Panggilan tersebut ternyata berasal dari para dewa yang terbunuh oleh Gorr (Christian Bale). Dari Sif yang terluka Thor mengetahui kalau Gorr sedang mengincar para Asgardian yang tinggal di Bumi.

Mengetahui kalau para Asgardian berada dalam incaran Gorr, Thor memutuskan berpencar dari Guardian of Galaxy dan kembali ke Bumi untuk memperingati para Asgardian akan kemunculan Gorr dan pedang Necrosword yang bisa membunuh para dewa.

Baca Juga: Ultraman Akan Bertemu Avengers di Kolaborasi Komik Marvel!

2. Penuh dengan plot dan cerita tambahan

Thor 2Dok. Marvel

Taika Waiititi memang meletakan satu plot utama di Thor: Love and Thunder. Tapi dia juga meletakan berbagai plot tambahan yang cukup membebani plot utamanya. Hasilnya film ini jadi memiliki banyak percabangan dan fokus sekaligus. Rasanya seperti membaca komik yang dipecah-pecah ke beberapa buku yang berbeda, tapi tetap menjadi satu kesatuan.

Hasilnya penuturan cerita di Thor: Love and Thunder jadi kurang mulus bila dibandingkan dengan Thor: Ragnarok. Selain itu kita bakal bertemu dengan banyak plot yang tidak selesai yang ujung-ujungnya dibuang hingga ke akhir cerita.

Seharusnya Taika Waititi bisa lebih fokus menceritakan kisah Thor, Gorr dan Mighty Thor dengan lebih runut, agar jalannya cerita bisa dinikmati dengan lebih santai. Di Thor: Love and Thunder, sekali saja kamu memalingkan muka dari layar, kamu bakal kehilangan banyak informasi sekaligus dan tentu saja itu tidak menyenangkan.

3. Antagonis dengan akting memukau

Gorr 11Dok. Marvel

Lagi-lagi Christian Bale membuktikan kalibernya sebagai aktor serba bisa. Di Thor: Love and Thunder ini kita akan dibuat terpesona dengan kemampuan Bale memerankan Gorr. Walaupun karakter Gorr terasa masih satu dimensi, tetapi berkat akting Bale, kami jadi merasakan kedalaman karakter Gorr.

Rasanya kami sangat jarang menaruh simpati pada musuh-musuh yang muncul di MCU. Terakhir kali  musuh yang membuat kami simpati itu muncul di Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings. Tentunya melalui sosok Xu Wen Wu yang diperankan dengan apik oleh Tony Leung.

Gorr juga memiliki konflik yang mirip-mirip dengan Xu Wen Wu. Dia menjadi jahat bukan karena kemauan dirinya, tetapi nasiblah yang menjadikan dirinya sang God Butcher. Melalui konflik yang melibatkan nasib ini, Bale berhasil menyuntikan kedalaman karakter pada sosok sang penjahat utama.

Melalui ekspresi dan gerak-geriknya kita tahu kalau Gorr adalah musuh yang sangat mengerikan. Tetapi pada sisi lainnya kita jadi tahu juga, kalau Gorr melakukan semua ini karena rasa sakit hatinya yang mendalam. Semua itu seperti terkristalisasi ke dalam beberapa adegan dan dialog yang diucapkan oleh Bale. Luar biasa untuk ukuran musuh MCU yang biasanya sangat lurus seperti triplek.

4. Kesimpulan dari Cinta dan Petir

Thor 3Dok. Marvel

Thor: Love and Thunder merupakan babak baru bagi Thor. Meskipun kisah kali ini diceritakan dengan sedikit tertatih-tatih dan terasa kurang runut, tetapi Thor tetap memiliki apa yang jadi ciri khasnya. Ada beberapa review yang menyebutkan kalau film ini lebih payah dari Batman and Robin, menurut kami hal itu jelas salah. Pada Love and Thunder, kami tidak menemukan lampu neon yang bikin pusing, cerita yang tidak jelas arahnya, dan yang terpenting adalah kita tidak menemukan adanya Thor “Nipples”.

Kami memang disuguhi “pantat” Thor di adegan yang sudah banyak beredar di trailer, dan "sayangnya" hanya itu saja. Sisanya adalah berbagai adegan yang super fun khas Taika Waititi.

Mungkin yang kurang di sini adalah, masih absennya musuh utama para Avengers, sehingga film ini tidak memiliki batu loncatan yang cukup untuk masuk ke fase berikutnya. Walaupun begitu kami masih bisa mengganjar Thor: Love and Thunder dengan nilai 4 dari 5 bintang review.

Oh iya, film ini memiliki dua adegan tambahan di post dan after credit. Jadi jangan ke mana-mana bila kamu penasaran dengan bocoran cerita Thor berikutnya.

https://www.youtube.com/embed/Go8nTmfrQd8

Baca Juga: Sinopsis Thor: Love and Thunder, Perjalanan Dewa Petir Selanjutnya

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU