Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Penilaian Film: Mission: Impossible - The Final Reckoning

Mission- Impossible – The Final Reckoning (1).jpg
Dok. Paramount
Intinya sih...
  • Tom Cruise kembali menantang maut dengan aksi eksplorasi gravitasi yang luar biasa, namun fisiknya yang menua menunjukkan sisi tua dari dirinya.
  • Ancaman AI dan perang dunia III menjadi fokus utama dalam film ini, menghadirkan isu relevan tentang sistem kecerdasan buatan yang mengambil alih keputusan manusia.
  • Ketegangan emosional dan kesetiaan tanpa syarat Ethan Hunt memperlihatkan sisi rapuh, emosional, dan manusiawi dari karakternya, menyuntikkan jiwa pada perlawanan terhadap dunia yang semakin kehilangan arah.

GENRE: Action

ACTORS: Tom Cruise, Hayley Atwell, Ving Rhames

DIRECTOR: Christopher McQuarrie

RELEASE DATE: 21 Mei 2025

RATING: 4/5

Mission: Impossible - The Final Reckoning bukan sekadar kelanjutan dari saga spionase penuh aksi yang telah berjalan selama hampir tiga dekade. Ini adalah momen klimaks, semacam perayaan besar dari semua hal gila, menegangkan, dan emosional yang pernah disuguhkan oleh Ethan Hunt dan tim IMF-nya. Tapi lebih dari itu, film ini juga terasa seperti sebuah cermin bagi kecemasan zaman modern: AI, kehancuran global, dan manusia yang terus-menerus mencari jalan keluar dari bencana ciptaannya sendiri.

Di tangan Tom Cruise dan sutradara Christopher McQuarrie, ini menjadi lebih dari sekadar tontonan blockbuster, ini adalah panggilan aksi dan ode untuk keberanian manusia.

1. Aksi Tom Cruise yang Kembali Menantang Maut

Mission- Impossible – The Final Reckoning (4).jpg
Dok. Paramount

Jika kamuy pikir Tom Cruise sudah tak bisa mengejutkan kita lagi setelah motor-paragliding dari tebing di Dead Reckoning Part One, bersiaplah untuk dikejutkan ulang. Di The Final Reckoning, ia mengubah tubuhnya menjadi alat eksplorasi gravitasi dalam arti sebenarnya. Salah satu adegan klimaksnya melibatkan Cruise secara harfiah berjalan di atas sayap pesawat biplan yang sedang melaju cepat, berpindah dari satu kokpit ke kokpit lain di ketinggian yang tak masuk akal.

Tapi yang membuat momen ini luar biasa bukan hanya fisiknya, melainkan emosi yang dibawanya. Cruise tidak hanya bertindak seperti aktor laga, tapi juga memperlihatkan sisi emosional Ethan Hunt: ketakutan, tekad, dan rasa tanggung jawab yang luar biasa besar. Dia bukan sekadar “bermain aksi”, dia “menghidupi” aksinya. Ini bukan CGI berlebihan. Ini adalah efek praktis yang membuat kita ternganga sambil berkata, “Serius dia ngelakuin itu beneran?”

Tapi bagaimanapun hebatnya Tom Cruise, kita akan melihat sisi tua dari dirinya. Aktor 62 tahun ini tidak menutupi fisiknya yang semakin kelihatan menua dengan otot-ototnya yang kendur. Memang seharusnya tongkat estafet Mission Impossible sudah harus beralih ke aktor lainnya yang lebih muda.

2. Ancaman AI dan Perang Dunia III

Entity
Dok. Paramount

Berbeda dari film-film sebelumnya, ancaman utama di The Final Reckoning tidak datang dari organisasi rahasia atau pengkhianat di dalam sistem. Musuh Ethan kali ini adalah Entity, sistem kecerdasan buatan canggih yang mampu mengakses dan memanipulasi seluruh jaringan dunia, mulai dari sistem pertahanan nuklir hingga komunikasi global.

Ini bukan sekadar fiksi ilmiah. Film ini membungkus isu AI dengan cara yang relevan dan menggugah. Entity bukan hanya cerdas, tapi juga “tahu bahwa ia cerdas”, menjadikannya makhluk digital yang nyaris seperti dewa baru. Dan lawannya? Seorang manusia yang bertarung bukan dengan logika dingin, tapi dengan naluri dan tekad.

Konflik ini menyuarakan pertanyaan penting: apa jadinya ketika sistem mulai mengambil alih keputusan manusia? Film ini dengan jeli menyisipkan isu ini ke dalam narasi penuh ketegangan, tanpa terasa menggurui.

3. Ketegangan Emosional dan Kesetiaan Tanpa Syarat

Mission- Impossible – The Final Reckoning (2).jpg
Dok. Paramount

Ethan Hunt tidak pernah menjadi karakter yang "terlalu manusia". Dia sering kali terasa seperti makhluk mitologi. Selalu tahu jalan keluar, selalu selangkah di depan. Tapi kali ini, The Final Reckoning memperlihatkan sisi Ethan yang lebih rapuh, lebih emosional, lebih manusia.

Kita melihatnya ragu. Kita melihatnya gagal. Kita melihatnya harus memohon pada pemerintah, menghadapi keraguan dari orang-orang yang dulu percaya padanya. Dan di balik semua itu, ada satu tema besar yang menghantui film ini: kesetiaan terhadap misi yang nyaris mustahil dan kecintaan pada dunia yang selalu menolaknya.

Tom Cruise menyuntikkan jiwa pada Ethan Hunt, dan menjadikannya bukan hanya pahlawan, tapi simbol perlawanan terhadap dunia yang semakin kehilangan arah.

4. Nostalgia, Akrobat, dan Napas Terakhir Ethan Hunt

Mission- Impossible – The Final Reckoning (3).jpg
Dok. Paramount

The Final Reckoning mungkin tidak sempurna secara struktur. Beberapa bagian terasa melambat, alurnya sempat terjebak dalam sub-plot yang berputar-putar. Tapi kekuatan film ini justru terletak pada kekacauan yang dikurasi dengan sangat baik, seperti musik jazz yang penuh improvisasi, tapi tetap merdu.

Film ini juga menjadi semacam perayaan untuk 30 tahun Mission: Impossible. Kita disuguhi kilas balik singkat dari momen-momen ikonik, dari aksi kawat di film pertama, hingga pendakian Burj Khalifa di Ghost Protocol. Bahkan karakter-karakter lama seperti Eugene Kittridge dimunculkan kembali, seolah mengajak kita bernostalgia akan dunia yang sudah berubah, tapi tetap membutuhkan Ethan Hunt. Ada banyak sekali benang merah yang mendukung pernyataan semua orang, "apa yang kamu lakukan, semua mengarah ke momen ini".

Mungkin, ini adalah perpisahan. Mungkin juga belum. Tapi jika benar ini adalah misi terakhir, maka ini adalah panggung perpisahan yang layak, di mana Ethan dan Cruise meninggalkan dunia layar lebar dengan gaya yang tak akan mudah dilupakan. The Final Reckoning adalah bukti bahwa film aksi masih bisa punya hati. Di tengah ledakan CGI dan narasi yang sering kali terasa kosong, film ini menyajikan sesuatu yang terasa nyata, menegangkan, dan menyentuh.

Bukan hanya karena aksi gila Tom Cruise. Bukan hanya karena ancaman AI yang relevan. Tapi karena film ini mengingatkan kita bahwa kadang, untuk menyelamatkan dunia, kita hanya perlu satu orang yang tetap memilih bertindak, meski segalanya tampak mustahil.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi
EditorFahrul Razi
Follow Us