Penilaian: Snow White, Remake yang Malu-malu Kucing Dalam Bercerita

GENRE: Drama
ACTORS: Rachel Zegler, Emilia Faucher, Gal Gadot
DIRECTOR: Marc Webb
RELEASE DATE: 19 Maret 2025
RATING: 3/5
Sejak diumumkan pertama kali, Disney’s Snow White telah menjadi salah satu proyek remake yang paling dinantikan sekaligus paling kontroversial dalam sejarah Walt Disney Studios.
Disutradarai oleh Marc Webb dan ditulis oleh Erin Cressida Wilson, film ini merupakan adaptasi live-action dari Snow White and the Seven Dwarfs (1937), yang pada gilirannya berasal dari dongeng klasik karya Brothers Grimm.
Dibintangi oleh Rachel Zegler sebagai Snow White dan Gal Gadot sebagai Evil Queen, film ini berupaya memberikan sentuhan modern pada kisah klasik yang telah dikenal oleh banyak generasi.
Tapi apakah berhasil? Simak penilaian film Snow White berikut ini!
1. Sebuah Pembaharuan yang Setengah Hati

Kalau kami bercerita mengenai kisah Snow White di sini, pasti para pembaca sudah tau apa isi cerita Snow White. Terutama yang disadur ulang secara "aman" oleh Brothers Grimm. Jadi ada baiknya kami menceritkan sedikit banyak perbedaan yang ada di versi barunya ini.
Pada intinya, Disney berusaha seteguh mungkin untuk berpegang pada kisah Snow White klasik di versi live action ini. Tetapi mereka tetap berusaha untuk memasukan elemen baru yang tidak ada sebelumnya. Alih-alih membuat film ini sempurna, elemen baru tersebut malah terkesan "malu-malu" yang berujung pada judul review kali ini.
Ada beberapa perbedaan yang membuat berbagai aspek menjadi redundant dan kurang bisa dinikmati. Salah satu contoh yang paling mengganggu adalah, memperkenalkan Jonathan sebagai sosok "The Prince" yang biasanya hadir dalam dongeng klasik Grimm atau Disney.
Bukannya kami menolak cerita yang lebih realistis, tetapi rasanya elemen ini seperti memenggal imajinasi kita terhadap romantisme yang ada di dalam film Disney klasik. Terlihat menarik? Sedikit! Menyenangkan? Jelas tidak.
2. Tidak ada Yang Bersinar di Sini

Kami tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Marc Webb ketika memilih para pemeran dalam film Snow White. Tanpa mempedulikan berbagai kontroversial yang ada di balik para aktornya, kami menemukan kalau Zegler dan Burnap berakting seperti layaknya karakter serial TV remaja dengan budget pas-pasan. Kami tidak menemukan emosi yang dibutuhkan untuk jatuh hati pada karakter Snow White ataupun "The Prince".
Padahal elemen emosi dalam film ini sudah dibantu dengan performa musikal yang menurut kami sedikit lebih "rapi" ketimbang Wicked. Tapi yang kami temukan malah berbagai adegan tanpa emosi yang berjalan lurus-lurus saja.
Gal Gadot yang sudah berusaha mati-matian untuk terlihat jahat juga tidak banyak membantu mengangkat performa film ini. Sebab, ketimbang menyeramkan atau mencekam, kami melihat karakter Evil Queen atau " Evil Step Mom" yang diperankan oleh Gadot terkesan sangat komikal.
Sepertinya Evil Queen tidak memiliki apapun yang membuat dirinya patut ditakuti oleh semua orang. Yah, hal ini mungkin terjadi karena cerita Snow White itu sendiri lumayan singkat dan kurang lengkap, terutama untuk bagian penjelasan sang Evil Queen.
3. Kontroversi dan Kehilangan Identitas

Keputusan Disney untuk menyesuaikan Snow White dengan nilai-nilai zaman sekarang memicu beragam respons. Pemilihan Rachel Zegler yang berasal dari keturunan Kolombia-Polandia sebagai Snow White serta perubahan karakter para kurcaci menjadi “makhluk ajaib” demi menghindari stereotip menuai kritik dan dukungan sekaligus.
Disney memang telah lama bereksperimen dengan adaptasi live-action dari film-film animasi klasiknya. Namun, keberhasilan seperti The Jungle Book (2016) dan Beauty and the Beast (2017) tampaknya sulit terulang dalam kasus Snow White.
Sejarah menunjukkan bahwa upaya Disney untuk memperbarui narasi klasik dengan nilai-nilai modern sering kali justru berujung pada kontroversi, seperti yang terjadi pada The Little Mermaid (2023) dan Mulan (2020). Disney tampaknya terjebak dalam dilema antara tetap mempertahankan esensi kisah klasiknya atau melakukan perubahan drastis yang dapat membuatnya kehilangan identitas.
Kalau kami disuruh memilih, kami akan memilih untuk tetap setia pada nilai-nilai klasik yang sudah melekat di dalam ingatan dan sejarah.
4. Kesimpulan

Dalam dunia perfilman yang semakin terpolarisasi, Snow White adalah contoh nyata bagaimana sebuah proyek besar bisa menjadi sasaran kritik dari berbagai sisi, baik dari mereka yang menganggapnya terlalu progresif maupun dari yang merasa perubahannya masih kurang berarti.
Film ini mungkin tetap akan menarik perhatian sebagai remake dari salah satu kisah animasi paling ikonik sepanjang masa, tetapi apakah itu cukup untuk menutup berbagai kontroversi yang mengitarinya? Jawabannya masih harus menunggu respons dari kamu ketika menyaksikannya secara langsung.