Waduh! Ini 6 Film Adaptasi Video Game Terjelek Karya Uwe Boll
Uwe Boll terkenal karena adaptasi filmnya yang buruk
Stigma "film adaptasi video game pasti jelek" tampak masih melekat kuat di benak masyarakat, dan salah satu biang keladinya adalah Uwe Boll. Sebuah pencapaian yang menakjubkan (sekaligus mengherankan) ketika seluruh film adaptasi video game garapan sutradara asal Jerman ini menjadi box ofice bomb dan bulan-bulanan kritikus.
Apa yang sebenarnya melatarbelakangi obsesi Uwe Boll terhadap film video game? Kenapa orang yang sepertinya tidak punya pemahaman tentang video game bersikeras menjadi sutradara adaptasi film video game? Mungkin kamu bisa mencari tahu alasannya lewat beberapa film video game buatannya berikut ini. Kamu juga bisa mengetahui rating IMDb film tersebut untuk melihat seberapa buruk film tersebut di mata penonton.
1. Postal (Rating: 4.4)
Diadaptasi dari sekuelnya Postal 2, film ini mengisahkan perjalanan Postal Dude yang berusaha merampok pasokan mainan langka bersama pamannya yang merupakan pemimpin sekte kiamat. Yang tidak mereka duga, ternyata kelompok teroris Al-Qaeda yang dipimpin Osama bin Laden juga mengincar mainan tersebut untuk tujuan berbeda.
Berdasarkan situs IMDb, film Postal merupakan film adaptasi video game "terbaik" dari Uwe Boll, meksipun hanya menjaring rating kecil saja. Hasil box office-nya? Lebih menyedihkan! Film yang dibintangi Zack Ward, Dave Foley, Verne Troyer, dan Chris Coppola ini hanya bisa mengais keuntungan $146 ribu saja. Hanya 0.01% dari total budget-nya yang mencapai $15 juta!
2. In the Name of the King (Rating: 3.8)
Film ini merupakan adaptasi lepas dari serial game Dungeon Siege. Dalam In the Name of the King, seorang petani berangkat untuk menjalankan misi balas dendam setelah istrinya diculik dan anak-anaknya dibunuh. Kedua peristiwa keji itu merupakan ulah Krug, makhluk primitif yang ternyata dikendalikan oleh penyihir sadis bernama Gallian.
Film ini punya star power yang cukup besar karena dibintangi Jason Statham, Ron Perlman, Ray Liotta, dan Leelee Sobieski. Produksi filmnya tergolong ambisius; dengan budget $60 juta menjadikan In the Name of the King film termahal yang pernah digarap Uwe Boll. Sayang box office-nya jungkir balik dengan keuntungan $13.1 juta saja. Film ini juga dikritik karena akting dan plotnya yang buruk.
3. Far Cry (Rating: 3.1)
Til Schweiger berperan sebagai Jack Carver, seorang pendayung perahu yang disewa jurnalis Valerie Cardinal untuk membawanya ke sebuah pulau misterius. Ternyata di sana ada kelompok misterius yang meneliti mutan berkekuatan super. Beruntung Jack merupakan mantan tentara pasukan khusus. Keduanya mencoba mencari tahu kebenaran dari eksperimen mutan itu.
Konon Uwe Boll mendapatkan hak adaptasi film Far Cry dari Crytek (pencipta asli Far Cry), jauh sebelum game-nya dirilis. Meskipun demikian, Far Cry juga gagal di pasar dan dianggap tidak mencerminkan game Far Cry yang sebenarnya. Dengan keuntungan $743 ribu yang kontras dengan budget $30 juta, Far Cry jadi film yang mudah terlupakan dan berbanding terbalik dengan seri game-nya yang masih langgeng sampai hari ini.
Baca Juga: Kenali Tyson Hesse, Komikus di Balik Desain Baru Film Sonic!
4. Bloodrayne (Rating: 2.9, 2.6, 3.0)
Uwe Boll sepertinya sangat suka dengan serial game Bloodrayne. Petualangan dhampir (setengah manusia setengah vampir) bernama Rayne ini bahkan dibuat sebagai trilogi. Layaknya film Uwe Boll lainnya, Bloodrayne juga dianggap gagal dari sisi teknis dan sisi komersil.
Film pertamanya di tahun 2005 dengan budget $25 juta hanya mendapatkan untung $3.7 juta meski sudah dibantu bintang Hollywood Kristanna Loken, Ben Kingsley, Michelle Rodriguez, dan Michael Madsen. Film keduanya, Deliverance, juga sama-sama gagal dengan budget lebih kecil, cast yang diganti total, dan juga keuntungan yang lebih kecil. Film ketiga, The Third Reich, lebih nggak jelas lagi karena rilis dalam format direct to DVD sehingga total keuntungannya sulit dilacak. Saking asal-asalannya, Uwe Boll menggunakan aktor, kru, dan premis yang sama dengan The Third Reich untuk merekam film parodi Blubberella di waktu bersamaan!
5. Alone in the Dark (Rating: 2.4)
Pada titik ini, semua orang seakan sudah mafhum dengan reputasi Uwe Boll. Namun Alone in the Dark yang rilis tahun 2005 ini adalah film yang benar-benar mengukuhkan reputasinya sebagai sutradara spesialis film adaptasi video game terburuk. Film ini menceritakan sepak terjang detektif Edward Carnby mengungkap kasus supranatural sekaligus masa lalunya yang berhubungan dengan kemampuan indera ke-6 yang ia miliki.
Dengan raihan box office sebesar $10 juta, film ini mampu menutupi setengah budget produksinya senilai $20 juta. Meski demikian, banyak penonton dan kritikus yang tidak menyukai film ini. Saking parahnya, game Alone in the Dark 5 yang direncanakan jadi tie-in film tersebut diundur rilisnya hingga tahun 2008 dengan perubahan yang menghilangkan hubungan dengan film itu. Uwe Boll juga dicopot dari posisi sutradara untuk film Alone in the Dark 2, meskipun ia masih mendapatkan credit sebagai produser.
6. House of the Dead (Rating: 2.0)
Film terburuk dari koleksi film video game terburuk Uwe Boll jatuh kepada film yang menjadi awal dari semua ini: House of the Dead. Sekelompok anak muda pergi ke pulau Isla del Morte untuk berpesta, namun menemukan pulau tersebut dihuni oleh zombie.
Dari sisi finansial, House of the Dead bukan sebuah box office bomb, namun dikritik karena kualitas buruk dan inkoherensi plot secara keseluruhan. House of the Dead juga mendapatkan film sekuel, namun kali ini Uwe Boll benar-benar tidak terlibat dalam kapasitas apapun.
Saat ini, Uwe Boll sudah pensiun dari aktivitas perfilman dan fokus ke bisnis restorannya. Apa film Uwe Boll favoritmu (atau yang paling kamu benci)?
Baca Juga: Apakah akan Ada Detective Pikachu 2? Ini Situasinya Sekarang!