Review My Stupid Boyfriend - Berusaha Lucu dengan Menjadi Absurd
Film komedi My Stupid Boyfriend berusaha terlalu keras untuk melucu dengan menjadi absurd. Simak mengapa dalam review berikut.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Film komedi My Stupid Boyfriend berusaha terlalu keras untuk melucu dengan menjadi absurd. Simak mengapa dalam review berikut.
Film Uang Panai yang mengambil latar budaya Makassar tanpa diduga laris manis setelah rilis tahun 2016 lalu. Film yang menembus 250 ribu jumlah penonton itu kemudian memperkenalkan duo aktor komedian di media sosial, Tumming dan Abu serta aktris Nurfadillah Naifa.
[duniaku_baca_juga]
Tumming, Abu, dan Naifa juga main dalam film My Stupid Boyfriend ini dan membawa warna budaya Makassar. Mereka berbicara dalam logat Makassar. Selain itu film ini juga membawa fitur Makassar lain, yaitu nama karakter Don Carlo yang dipelesetkan menjadi Don (Sop) Konro. Pantai Losari juga disebut-sebut.
Barangkali My Stupid Boyfriend hendak meraup untung dari penonton Makassar. Apalagi jika memperhatikan posternya yang menampilkan Tumming dan Abu, bukan Alex Abbad atau Agung Hercules yang lebih dikenal penonton nasional.
Poster yang juga misleading karena baik Tumming dan Abu bukanlah stupid boyfriend dari Kartika Putri seperti yang tercantum dalam judul film.
Mengingat betapa besar upaya film ini memasukkan budaya Makassar, sayang seribu sayang, diperlakukan tak lebih dari sekadar tempelan bagi sebuah cerita komedi orang Jakarta yang absurd.
Sinopsis
Suatu ketika di tempat antah berantah, berdiri sebuah komunitas bernama Lovers Club. Komunitas ini dibentuk untuk membantu orang-orang yang terjebak masalah percintaan.
Jamal (Kemal Palevi) menjabat sebagai presiden, Titira (Nurfadillah Naifa) sebagai wakil presiden, Arie L. Tumming (Tumming) sebagai kepala administrasi, dan Abu Rellie Hermansyah (Abu) sebagai kepala keuangan.
Lalu pada sebuah kesempatan saat menjalankan aksi grup mereka, Jamal jatuh cinta pada Samara (Kartika Putri). Sayangnya keduanya tak direstui karena Samara sudah dijodohkan pada Cules (Agung Hercules). Samara kemudian diculik oleh mafia Don Carlo (Alex Abbad) yang meminta uang tebusan. Don Carlo ini mungkin terinspirasi dari Don Corleone dari The Godfather atau Don Carlo, julukan pelatih Bayern Muenchen, Carlo Ancelotti. Entahlah.
Film komedi yang awalnya merupakan drama percintaan yang tak direstui orang tua kemudian berubah menjadi film aksi lawak-lawak saat Samara dan pacarnya Ruben (Ruben mana lagi ini? Entahlah, karakternya pun tiba-tiba masuk) diculik Don Carlo. Jamal dan kawan-kawan orang Makassar-nya pun berupaya membebaskan mereka.
Penasaran dengan review My Stupid Boyfriend? Cek di halaman selanjutnya!
Komedi Absurd dan Gimmick Makassar
Produser Ravi Pridnadh terlihat percaya diri memperkenalkan My Stupid Boyfriend akan menjadi komedi dengan warna berbeda. “Film ini berbeda dengan kebanyakan film komedi remaja lainnya. Akan kami suguhkan tawa konyol sepanjang film,” ujarnya seperti dikutip dari Tribun Seleb.
Jika yang dimaksud film komedi absurd sebagai warna berbeda barangkali tidak terlalu tepat. Banyak sudah film-film komedi Indonesia yang diperankan oleh komika dengan gaya humor slapstick dan plot cerita yang cenderung mengada-ngada. My Stupid Boyfriend hanyalah satu dari banyak film absurd dalam konstelasi film komedi Indonesia.
Pridnadh hanya benar pada bagian “konyol”.
Premis yang ditawarkan My Stupid Boyfriend sebenarnya tidak spesial-spesial amat: agen percintaan slengean yang jatuh cinta secara tidak sengaja saat menjalankan tugasnya. Oleh karena film ini memang dibuat untuk menjadi absurd, humor nomor satu, cerita nomor belakangan.
Namun yang penting, penulis naskah Anash Olivia dan Joel F. Zola (Membabi-buta, 2017) yang juga menjadi sutradara tampak kesulitan menjaga kualitas humor yang konsisten dari awal sampai akhir.
Beberapa adegan komedi di awal film memang sukses untuk memancing tawa receh, seperti adegan slow-motion saat Tuming berlari sambil disemangati anak-anak SD yang membawa bendera. Adegan saat ayah Samara (Joe P. Project) saat terbawa becak dorong saat turun dari truk juga oke.
Selain itu, Kemal Palevi yang menjadi ujung tombak komedi film ini beberapa kali berhasil membuat senyum lewat tingkah dan permainan kata-katanya. Namun semakin ke belakang, humor-humor yang ia sampaikan kelewat kering dan kasar.
Racikan sutradara Zola masih belum cukup untuk menghadirkan tawa penonton selama 100 menit. Di sebagian besar kesempatan, Zola berhasil membangun suasana komedi, namun tanggung dalam eksekusi. Seringkali juga, film ini bergantung pada humor slapstick yang menjelek-jelekkan orang lain.
Palevi, dan juga film ini secara keseluruhan berusaha terlalu keras untuk mengemis tawa dari penonton dengan membodoh-bodohkan dirinya sendiri.
Dari departemen akting, tidak banyak yang bisa diharapkan. Walaupun juga diharuskan untuk tampil absurd, hanya Alex Abbad tampak meyakinkan sebagi bos mafia. Pemeran-pemeran lain tampil pas-pasan, sementara para aktor figuran tampil tidak meyakinkan. Apalagi Muhammad “Ajudan Pribadi” Akbar yang berperan sebagai bodyguard yang jelas-jelas kelihatan tidak nyaman main film dan juga tidak jelas perannya apa.
Peran Tumming, Abu, dan Naifa pun tak dikulik lebih jauh. Kita hanya bisa merasakan kehadiran mereka sebagai perwakilan Makassar lewat logatnya saja. Selain itu, budaya Makassar yang hanya sekadar menjadi gimmick untuk menarik minat penonton juga kelewat dipaksakan. Salah satunya saat Jamal melucu dengan angka 3 yang disebutnya sebagai sila ketiga dari Pancasila, persatuan Indonesia, Jakarta dan Makassar.
Dengan mengusung tema komedi yang absurd, My Stupid Boyfriend boleh disimpulkan tidak berhasil untuk menghibur. Selain karena kegagalannya membangun komedi yang konsisten lucu, ia juga terlalu kelewatan dalam menjual budaya Makassar.
Diedit oleh Doni Jaelani