Lupakan Thor: Ragnarok, Ini 4 Film Taika Waititi yang Juga Kocak
Suka dengan lawakan dalam film Thor: Ragnarok? Ini 4 film Taika Waititi lain yang juga dan bahkan lebih kocak!
Sumber: Collider[/caption]
Tak hanya film Thor: Ragnarok, ia juga sudah terkenal membikin film-film komedi sejak lama. Berikut 4 film Taika Waititi lain yang juga kocak.
Nama Taika Waititi semakin melambung ketika ia dipercaya menyutradarai film Marvel, Thor: Ragnarok (2017). Film pendeknya, Two Cars, One Night (2004) berhasil masuk nominasi Oscar. Setelah itu, ia membuat empat film panjang. [duniaku_baca_juga] Sutradara asal Selandia Baru ini dikenal suka tampil dalam film-filmnya sendiri, bahkan menjadi pemeran utama. Selain itu, ia juga rajin menggunakan orang-orang yang sama dalam setiap filmnya, seperti Rachel House yang menjadi ajudan Grandmaster dalam film Thor. Taika Waititi. Sumber: The Verge[/caption] Jika dapat dibilang prinsip, maka salah satu prinsip Waititi dalam membuat film adalah “finding laughter in pain”. Ini bukan seperti lawakan slapstick yang tertawa kalau orang tersiksa, tetapi upaya untuk mencari kebahagiaan kecil dari penderitaan. Ia seperti menertawakan kesedihan; perpaduan tragedi dan komedi. Maka jangan heran jika film Thor: Ragnarok bisa menjadi sekocak itu dibandingkan film-film superhero lain—Deadpool pengecualian. Tidak perlu berlama-lama, berikut 4 film Taika Waititi lain yang juga terkenal kocak! [page_break no="1" title="Eagle vs Shark (2007)"] Sumber: Collider[/caption] Jika diperhatikan, Taika Waititi sangat jarang memasukkan tema percintaan orang dewasa dalam film-filmnya. Eagle vs Shark ini adalah bagian dari sesuatu yang kecil itu. Film ini mengisahkan cerita dua orang yang canggung dalam bersosial, aneh, dan kurang atraktif, mencari arti dirinya masing-masing. Lily (Loren Horsley) adalah gadis pemalu yang menemukan panutan hatinya dalam diri Jarrod (Jemain Clement). Sementara Jarrod adalah pria geek, nerd, dan agak sinting serta punya tujuan hidup untuk balas dendam pada orang yang mem-bully-nya dulu di sekolah.
Eagle vs Shark adalah film komedi romantis yang punya gaya humor aneh dan sedikit depressing karena membawa karakter yang dinilai enggak atraktif oleh masyarakat. Dan oh, ya, Taika Waititi juga ikut memerakan peran minor di sini. [page_break no="2" title="Boy (2010)"] Sumber: DVD Talk[/caption] Sejak film pendek Two Cars, One Night, karakter anak-anak dan segala lika-likunya lumayan sering dibahas dalam film-film Taika Waiti. Bahkan, Boy sebenarnya lebih seperti pengembangan dari film pendek tersebut. Jika kamu ingin nonton Two Cars, One Night, silakan cari di Youtube. Film yang sempat merajai bioskop Selandia Baru ini bercerita tentang Boy (James Rolleston), anak laki-laki dari suku Māori, suku asli Selandia Baru. Ia punya banyak teman yang asik, hidup senang walaupun kondisi ekonomi menghimpit. Suatu ketika, ayahnya (Taika Waititi) baru kembali dari penjara dan mengubah hidup Boy. Semoga kamu tidak teringat Boy dari film Catatan si Boy (1987) atau justru Boy-nya Stefan William karena film yang satu ini sebenarnya cukup sedih. Dikatakan “cukup” karena ia juga lucu dengan cara a la Waititi. Ia lembut, hangat, dan mampu menyentuh emosimu.
Film Taika Waititi selanjutnya menggeser Boy dan menjadi film terlaris Selandia Baru sepanjang masa.
[page_break no="3" title="What We Do in the Shadows (2014)"] Sumber: Silver Screen Serenade[/caption] Otak kreatif Taika Waititi membuatnya mencari cara lain untuk melawak, kali ini dengan cara penceritaan yang berbeda. What We Do in the Shadows adalah mokumenter. Mokumenter adalah jenis acara tv atau film yang menggambarkan kejadian fiksi, tetapi dibuat seperti dokumenter. Film ini mengajak kita melihat kediaman para vampir. Sekilas menyeramkan, tetapi kamu mungkin terhenyak ketika Viago (Taika Waititi), seorang vampir berumur 379 tahun membangunkan vampir-vampir lain untuk rapat membahas kontrakan mereka.
Selain Viago, ada Vladislav (Jemaine Clement), vampir dari Transylvania yang dulu pernah kejam, Deacon (Johathan Brugh), vampir muda yang gemar erotis, dan Petyr (Ben Fransham), vampir legenda berumur 8000 tahun yang sudah mirip Nosferatu. What We Do in the Shadows adalah film Taika Waititi paling gila dan sedikit absurd. Kita dipertontonkan kehidupan sehari-hari vampir, dari mulai kegiatan mereka menghisap darah hingga kegemaran mereka clubbing. Semua dipresentasikan dalam bentuk dokumenter seolah-olah ini serius. [page_break no="4" title="Hunt for the Wilderpeople (2016)"] Sumber: New York Times[/caption] Inilah film yang menggusur posisi Boy menjadi film terlaris Selandia Baru hingga sekarang. Film ini berkisah tentang seorang anak bernama Ricky Baker (Julian Dennison, ia juga akan bermain dalam sekuel Deadpool) yang diasuh oleh pasangan Bella (Rima Te Wiata) dan Hec (Sam Neill) di pedesaan Selandia Baru. Ricky Baker ini nakalnya minta ampun. Dinas sosial Selandia Baru sampai kewalahan mengurus bocah satu ini. Bayangkan saja, sebuah institusi negara pun sampai kerepotan. Namun, dalam pengasuhan Bella dan Hec, Ricky menemukan petualangan yang tidak akan ia lupakan seumur hidupnya. Hunt for the Wilderpeople boleh dibilang adalah film Taika Waititi mode ultimate. Ia adalah kombinasi dari lawakan tak biasa Eagle vs Shark, kehangatan sekaligus kepedihan Boy, hingga energi dan pesona What We Do in the Shadow. Sangat recommended buat kamu yang ingin kenal Taika Waititi. Diedit oleh Doni Jaelani