Review Lucy: Saat Kemampuan Otak Scarlett Johansson Mencapai 100%
Lucy. Luc Besson cukup sering mengangkat wanita yang kuat sebagai tokoh utama filmnya, sekarang giliran Scarlett yang diberi kesempatan. Seperti apa kekuatan yang dimiliki ScarJo dalam film ini? Mungkinkah sama dengan Black Widow?
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Black Widow? Bukan, kali ini Scarlett Johansson tidak menjadi Black Widow, karena memang ini bukan film superhero Marvel. Tapi Luc Besson sebagai director memang menyebutkan kalau, si seksi ScarJo akan jadi wanita super, yang menurut penulis sendiri lebih kuat dari gabungan Magneto dan Professor X. What?
Lucy. Luc Besson cukup sering mengangkat wanita yang kuat sebagai tokoh utama filmnya, sekarang giliran Scarlett yang diberi kesempatan. Awal film, Scarlett yang berperan sebagai Lucy sama sekali tidak terlihat seperti wanita super. Bersama dengan teman kencannya, Lucy hanya wanita yang sering keluyuran malam. Bahkan, ketika ditangkap oleh gangster Korea, Scarlett benar-benar menghilangkan sosok jagoan di wajahnya. Ia terlihat sangat ketakutan dan kebingungan ketika tahu, kumpulan orang Korea ini sangat sadis.
Lucy yang berada di Taiwan, dijebak teman kencannya tersebut untuk mengantarkan sebuah paket rahasia kepada Mr. Jang (Choi Min-Sik). Naas, karena ternyata Mr. Jang adalah ketua gangster Korea dan paket tersebut adalah narkoba jenis baru yang ingin mereka edarkan. Lucy lantas dipaksa Mr Jang untuk mengedarkan narkoba tersebut ke luar negeri dengan cara menyembunyikan paket tersebut di dalam perutnya.
Narkoba jenis baru dengan nama CPH4 itulah yang mengubah Lucy menjadi wanita super. Perut Lucy yang ditendang salah satu anggota geng tersebut, membuat paket tersebut sobek dan setengah dari isinya langsung menyebar ke seluruh tubuh Lucy.
Lucy seakan mendapatkan kekuatan super yang semuanya berasal dari otaknya. Ia bisa merasakan ruang, udara, sampai gravitasi dengan lebih jelas, ingatannya saat bayi pun bisa dirasakannya sekarang. Morgan Freeman akan menjelaskan apa yang terjadi dengan Lucy saat itu dari tempat yang berbeda. Freeman berperan sebagai Professor Samuel Norman yang meneliti tentang kemampuan otak manusia. Film ini mengambil tema dari cerita tentang manusia yang hanya bisa menggunakan 10% kemampuan otaknya. Entah mitos atau bukan, beberapa film sudah mengangkat cerita ini, salah satunya adalah Limitless.
Saat Lucy mampu menggunakan 20% otaknya, ia mampu berpikir sangat cepat, mengerti hal baru dengan sangat mudah. Bahkan, saat kemampuan otaknya terus bertambah ke angka 30-40% ia sudah mulai bisa membaca dan mengendalikan pikiran orang lain. Namun, Lucy yang mulai kehilangan rasa takutnya tidak akan bisa bertahan lama dan harus terus mengonsumsi obat tersebut.
Film ini hanya berdurasi 89 menit, jadi meski ada beberapa pemeran lain untuk mengisi cerita, penonton akan fokus kepada apa yang akan terjadi pada Lucy selanjutnya. Sayangnya, sang sutradara membuat Lucy layaknya tuhan. Menjelang 100% kemampuannya, Lucy sudah mampu mengendalikan barang, sampai mengakses berbagai jaringan komputer.
Sebuah film Science-Fiction dengan daya imajinasi yang sebenarnya cukup luar biasa ini sedikit mengecewakan di bagian akhir. Luc Besson jadi terlihat sangat ambisius dan berlebihan membuat karakter Lucy. Tapi bagi Scarlett Johansson setidaknya ini menambah karakter berbeda lagi yang pernah ia mainkan.