Review Run All Night: Dosa Liam Neeson Sang Pembunuh Bayaran
No sin goes unpunished!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Run All Night, usaha Liam Neeson lari dari dosa-dosanya.
Liam Neeson kembali berakting di laga penuh aksi, Run All Night. Berkolaborasi dengan aktor senior, Ed Harris serta aktor muda Joel Kinnaman, Run All Night menyajikan sebuah aksi intense dengan sebuah filosofi: dosa masa lalu akan selalu menghantui kita.
Wherever we're going, when we cross that line, we're crossing it together.
Jimmy Conlon (Liam Neeson) dikenal sebagai the Gravedigger adalah seorang pembunuh. Ia mengabdi pada bos mafia Shawn Maguire di salah satu sudut Kota Brooklyn. Jimmy, saat ini berusia 55 tahun. Ia dihantui oleh dosa-dosa masa lalunya -terutama ia mengaku tidak bisa tidur karena terbayang-bayang oleh wajah orang yang ia bunuh. Karena demi kelangsungan bisnis mafia Shawn yang juga sahabat baiknya, Jimmy harus membunuh orang-orang terdekatnya -dari sahabat, bahkan sanak saudara sendiri.
Jimmy sudah menjadi incaran penyelidikan Detektif Harding (Vincent D'Onofrio) selama 30 tahun. Namun penyelidikan ini selalu mentah karena aksi pembunuhan yang dilakukan Jimmy tercover oleh berbagai pihak -bahkan oleh kalangan polisi korup sekalipun. Tidak banyak yang bisa Jimmy lakukan untuk menghindari semua hal itu, melainkan dengan lari kepada minuman keras.
If you pull that trigger, you're no better than I am
Semua berubah ketika anak Shawn, Danny (Boyd Holbrook) berulah. Bermasalah dengan gembong narkoba, Danny menyelesaikan masalahnya dengan gegabah, dan ini disaksikan oleh anak dari Jimmy, Mike Conlon (Joel Kinnaman). Danny mengincar nyawa Mike, namun sebagai ayah, Jimmy harus mengambil resiko: menyelamatkan nyawa anaknya, atau menjadi target seantero mafia yang dipimpin sahabat baiknya, Shawn.
Dikejar seantero gang mafia -bahkan juga dikejar oleh polisi, Jimmy harus membuat pilihan antara keluarganya atau setia pada sahabatnya Shawn yang sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Menghindari kejaran bersama anaknya Mike, Jimmy berusaha lari dari dosa-dosa masa lalunya. Dosa yang ia harap tidak terulang kembali pada anaknya maupun mengancam keselamatan keluarga anaknya yang tidak berdosa. Dan Jimmy Conlon hanya punya satu malam untuk menyelesaikan semuanya.
Run All Night memiliki aksi kejar-kejaran, tembak-tembakan, dan taktis melarikan diri yang cukup menarik. Namun perlu diakui, Run All Night memang terasa tidak jauh-jauh dari film Liam Neeson lainnya, contohnya tentu film Taken. Namun di sini Liam berperan menjadi pembunuh, yang walaupun lawas namun keahliannya tidak kalah canggih dengan pembunuh yang penuh gadget dan teknologi mutakhir. Berbagai aksi mengejar dan dikejar tersampaikan dengan seruh, seolah-olah se-New York diacak-acak gara-gara pelarian para Conlon ini.
Tentunya dramanya juga menarik untuk diikuti. Filosofi bahwa dosa masa lalu akan selalu menghantui dan mengejar-ngejar kita tersampaikan walaupun hanya terungkap dalam berbagai dialog saja. Dan jangan lupa, setting waktu di Run All Night hanya berlangsung semalam saja, sehingga pace ceritanya juga terasa cepat dan ketat namun menjadi menegangkan.
[youtube_embed id="7uDuFh-nC-c"]
[youtube_embed id="6P_C73BPT7M"]
Buat kamu yang suka aksi Liam Neeson, ini adalah film yang tepat buat kamu. Namun seperti yang saya ulas sebelumnya, Run All Night memang terasa seperti film Liam Neeson lainnya.
Run All Night diproduksi oleh Warner Bros. Pictures dibintangi oleh Liam Neeson, dan Ed Harris, disutradarai oleh Jaume Collet-Serra. Run All Night tayang pada 13 Maret 2015.