Review The Ritual: Sajian Mencekam dengan Twist yang Kurang Ajar

Meskipun premisnye sekilas sangat klise dan basi, The Ritual masih memiliki segudang kejutan yang membuatnya layak ditonton lho!

The Ritual. Sajian horor terbaru dari Netflix ini mungkin memiliki premis yang klise, namun eksekusinya yang apik membuat film ini sukses menyajikan tontonan yang mencekam dengan twist yang kurang ajar.

Sebelum booming-nya film-film horor yang berpusat pada aktivitas pengusiran setan dan sebagainya di tahun 2010-an ke atas, yang dimulai oleh The Conjuring (2010) garapan James Wan, ada satu kategori film horor yang sempat menjadi kegemaran banyak orang di era 1980an hingga awal 1990an, yaitu film-film horor eksploitasi yang berlatar di belantara hutan-hutan yang gelap dan misterius.

Premis sekelompok orang yang pergi ke hutan-hutan misterius dengan tujuan yang cukup konyol pula (berlibur, uji nyali, dsb.) memang cenderung sudah ketinggalan zaman. Hal ini mungkin karena penonton zaman sekarang sudah cukup cerdas untuk berpikir bahwa premis seperti itu terkesan klise dan membodoh-bodohi penonton, hingga akhinya sub-genre ini hilang kehormatannya dengan menjadi bahan ejek-ejekan film parodi seperti sebut saja The Cabin in the Woods (2012).

Karena itulah, ketika pertama kali melihat trailer The Ritual (2017), penulis merasa hilang selera karena lagi-lagi ada film horor baru yang menggunakan premis se-basi ini, terlebih setelah dikecewakan dengan Blair Witch (2016) garapan Adam Wingard yang cenderung hambar meskipun dibuat dengan lumayan kompeten atau The Forest (2016) yang sebaiknya kita lupakan saja.

Namun, setelah mengetahui bahwa The Ritual merupakan adaptasi dari sebuah novel horor pemenang penghargaan karya Adam Nevill dari tahun 2012, muncul sedikit percikan rasa penasaran akan bagaimana dengan setup kisah se-klise ini bisa menyajikan cerita yang baik, terlebih memenangkan penghargaan.

Dengan ekspektasi yang dijaga dengan cukup rendah, penulis "terjun" ke dalam teror berdurasi 94 menit garapan David Bruckner ini dengan harapan setidaknya bisa setidaknya memberikan sajian yang menyeramkan dan menghibur.

Liburan yang Berujung Maut

Review The Ritual: Sajian Mencekam dengan Twist yang Kurang Ajar

Luke (Rafe Spall), Phil (Arsher Ali), Hutch (Robert James-Collier), Dom (Sam Troughton), dan Rob (Paul Reid) adalah lima sekawan asal Inggris yang sudah akrab semenjak mereka masih kuliah. Setelah kematian Rob dalam sebuah insiden perampokan mini market enam bulan sebelumnya, keempat sahabat yang tersisa ini kemudian memutuskan untuk melakukan perjalanan ke alam lepas Swedia untuk menghormati teman mereka yang wafat.

Dalam perjalanan kembali dari liburan mereka, Dom mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakinya terkilir. Untuk memotong jarak dan waktu perjalanan, empat sekawan ini kemudian memutuskan untuk mengambil jalur alternatif dengan melewati belantara hutan.

Hanya selang beberapa saat mereka memasuki area hutan, mereka menemukan banyak hal-hal yang janggal dan mengerikan, seperti sebuah van yang terlantar, dompet berisi kartu kredit yang sudah habis masa berlakunya sejak tahun 1984, dan mayat rusa yang digantung di pohon.

Semakin jauh mereka menjelajahi hutan tersebut, semakin jelas pula bahwa ada seseorang—atau sesuatu—yang sedang mengintai mereka. Tak hanya itu, Luke yang diam-diam masih merasa bersalah atas kematian Rob juga mulai mengalami halusinasi yang memperlihatkan momen-momen terakhir Rob.

Tanda-tanda keberadaan makhluk misterius serta teror psikologi yang pelan-pelan mulai menular ke empat sekawan tersebut hanyalah permulaan dari sesuatu yang jauh lebih mengerikan.

Simak ulasannya di halaman 2!

Premis ala The Blair Witch Project dengan twist yang hebat

Review The Ritual: Sajian Mencekam dengan Twist yang Kurang Ajar

Membaca premisnya mungkin bakal mengingatkan kalian dengan The Blair Witch Project, yah, premis sekelompok orang pergi ke hutan dan menemukan tanda-tanda akitivitas gaib memang tidak lagi orisinal. Namun tidak seperti Blair WitchThe Ritual bukanlah sebuah film found-footage dengan kisah yang dangkal karena dalam durasi yang cenderung ringkas (94 menit) film ini memuat cukup banyak substansi yang membuatnya lebih berisi dibandingkan dengan film-film serupa.

Satu hal yang penulis suka dari The Ritual adalah bagaimana Bruckner bisa membuat interaksi antar empat sekawan ini terasa alami.

Dari lontaran dialog dengan sedikit cipratan humor ala "bapak-bapak PNS di grup WhatsApp", ada sense of history yang dipancarkan dari interaksi mereka, perasaan bahwa mereka benar-benar sahabat yang sudah kenal lama membuat mereka lumayan bisa disukai penonton. Meskipun karakterisasi tiap individu tak terlalu kompleks atau dalam, jelas ini adalah nilai plus karena membuat kita peduli pada tokoh-tokohnya, ketimbang hanya sekedar menunggu mereka dibantai satu per satu.

Bisa membuat penonton terhubung dengan karakternya adalah kunci sebuah film bagus. Dan meskipun tak serta merta semua keputusan dan tindakan yang diambil oleh karakter-karakter ini benar, paling tidak penonton bisa mengerti dan harap maklum kenapa mereka melakukannya tanpa harus geram melihat kebodohan ala karakter film horor. Jelas ini merupakan salah satu keuntungan dari film adaptasi novel, karena dari sumber materinya sudah memberi kedalaman karakter yang tak kita temui di kebanyakan film horor.

Satu lagi tema yang disinggung dalam The Ritual adalah trauma dan rasa bersalah. Seperti yang ditulis sebelumnya, karakter Luke mengalami mimpi buruk dan halusinasi akan momen-momen terakhir sahabatnya ketika meregang nyawa. Syukurnya, diikutsertakannya sub-plot ini ditangani dengan cukup sensitif tanpa harus terlalu manipulatif untuk membuat Luke menjadi favorit penonton, terutama berkat penampilan Rafe Spall yang mengesankan sebagai leading man di film ini.

Sub-plot ini sudah dikenalkan sejak adegan awal film. Tentu saja, sebagai sebuah film horor yang dari poster dan trailer-nya terkesan hanya menjual teror makhluk gaib di hutan, hal ini merupakan tambahan yang lumayan menarik. Korelasi antara teror yang terjadi di belantara hutan di Swedia dengan trauma yang dialami Luke menambah unsur teka-teki dan misteri dalam The Ritual.

Yak, misteri. The Ritual lebih dari sekedar pesta jumpscare atau gore, namun yang membuat film ini begitu efektif adalah rasa takut akan sesuatu yang tak diketahui baik oleh karakter di dalam film maupun penontonnya. Apa yang sebenarnya mengintai mereka? Kenapa hanya Luke yang dihantui halusinasi dan mimpi buruk? Apa hubungan antara masa lalu tragis keempat sahabat ini dengan kejadian misterius yang mereka alami di hutan? Pertanyaan-pertanyaan dan misteri inilah yang membuat The Ritual tetap menegangkan dan seru untuk disaksikan.

Layaknya Alien (1979) atau The Blair Witch Project (1999), sosok makhluk gaib yang menebar teror pada keempat sahabat ini nyaris tak terlihat sama sekali meskipun hawa dan tanda-tanda keberadaannya selalu menghantui—membuat twist menjelang akhir film begitu menonjok dan sangat menarik. Jujur, sebaiknya tak usah kita bicarakan lebih detil di sini, tapi pengungkapan sang makhluk di The Ritual ini benar-benar kreatif dan mengesankan, penulis sarankan untuk tidak usah melihat trailer-nya agar kalian tetap penasaran dan terkejut di akhir.

Sayangnya, setelah twist yang dimaksud berlalu, tensi The Ritual terasa agak menurun dan berubah menjadi tipikal kisah survival, dengan ending yang rasanya terlalu terburu-buru. Meskipun tak serta merta membuat kualitasnya menurun drastis, konsistennya bagian awal dan tengah film ini membuat paruh akhirnya terasa lumayan cetek dan konvensional.

Selain didukung oleh latar lokasinya yang jelas sudah menyeramkan, sound design di dalam film ini juga sangat jempolan. Jarang sekali film ini menggunakan efek kaget dari suara violin yang digesek dengan agresif, melainkan dari efek suara natural yang begitu detil, menambah kesan realistis pada pengalaman menontonnya.

Verdict

Review The Ritual: Sajian Mencekam dengan Twist yang Kurang Ajar

The Ritual mungkin tidak akan menjadi salah satu film horor terbaik sepanjang masa, namun berkat eksekusinya yang sangat kompeten dan menarik, serta menyajikan sesuatu yang lebih segar ke dalam sub-genre film-film horor yang berlatar di belantara alam bebas, The Ritual sangat disarankan bagi kalian yang mencari tontonan horor yang bermutu.

Diedit oleh Snow

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU