Review Murder on the Orient Express: Perjalanan yang Menyenangkan, Meskipun Agak "Macet" di Pertengahan
Penggemar kisah-kisah misteri klasik Agatha Christie tidak akan kecewa dengan film ini!
Murder on the Orient Express garapan Kenneth Branagh menghidupkan kembali kisah detektif klasik karya Agatha Christie ini dengan cara yang cukup menyenangkan dan menghibur meskipun agak "macet" di pertengahan.
Sinopsis
Hercule Poirot (Kenneth Branagh) adalah seorang detektif asal Belgia yang sering dianggap sebagai detektif terbaik di dunia. Ia memutuskan untuk berlibur dari hingar bingarnya menguak kasus kriminal di sana-sini, setelah menyelesaikan sebuah kasus pencurian artifak berharga di Yerusalem.
Namun kasus demi kasus terus mengejarnya bak penguntit, kala ia ingin berlibur di Istanbul, ia dibutuhkan secara mendadak oleh pihak kepolisian London untuk mengungkap sebuah kasus pembunuhan misterius. Untungnya, ia bertemu dengan rekannya yaitu Bouc (Tom Bateman); direktur kereta api bergengsi Orient Express yang menawarkannya perjalanan dari Istanbul ke London secara cuma-cuma.
[duniaku_baca_juga]
Di tengah-tengah perjalanan, kereta Orient Express harus terhenti secara terpaksa akibat longsor salju yang menutupi jalan. Tak hanya itu, di tengah-tengah situasi yang genting tersebut, seorang penumpang ditemukan tewas terbunuh secara mengenaskan di dalam kabinnya yang tertutup dengan rapat.
Dengan 14 penumpang lain menjadi tersangka, Poirot bersama Bouc harus berlomba dengan waktu untuk menguak siapa pelaku pembunuhan sebenarnya di antara mereka, sebelum sang pelaku bisa kabur atau membahayakan penumpang lain yang menjadi incarannya.
Memukau Secara Visual
Satu hal yang mungkin terucap dari mulut penonton ketika menonton Murder on the Orient Express adalah: "Cantik!". Ya, dengan dana yang sebenarnya tidak terlalu besar-besar amat untuk film Hollywood (sekitar $55 juta), Kenneth Branagh mampu mengumpulkan tim-tim produksi yang amat handal untuk menghidupkan kembali suasana di Yerusalem, Istanbul, dan kereta Orient Express di tahun 1930-an.
[read_more id="349206"]
Desain set di Orient Express sangat-sangat mengesankan. Dengan sebagian besar film berlokasi hanya di satu tempat saja yakni di dalam kereta Orient Express, tim produksi arahan Branagh mampu merekreasikan kembali suasana kereta yang elegan dan sangat khas dengan era-nya.
Menonton Orient Express benar-benar melepas rindu akan suasana khas awal abad 20 di drama-drama period prestisius seperti Downtown Abbey.
Menggunakan talenta sinematografer andalan Branagh yaitu Haris Zambarloukous, Orient Express memiliki banyak shot-shot yang mengesankan, bahkan sangat layak menjadi wallpaper komputer anda. Tiap adegan selalu didesain untuk dibuat se-mengesankan mungkin untuk dilihat, meskipun adegan tersebut hanya berupa dialog.
[read_more id="331777"]
Branagh dari dulu memang senang memamerkan talentanya dalam mengarahkan one take (shot yang diambil dalam satu kali take tanpa cut), dan Orient Express memiliki banyak shot-shot yang sangat mengesankan.
Salah satu adegan one take dengan teknik pengambilan gambar terunik adalah kala korban pembunuhan pertama kali ditemukan, menggunakan overhead shot yang statis.
Tanpa menunjukkan jasad korban dan hanya berfokus pada dialog antar empat karakter di lorong kereta yang sempit, Branagh menciptakan suspense hanya dari kekuatan implikasi semata dalam sekuen sepanjang 3-4 menit ini.
Bila ditangani oleh sutradara biasa, adegan ini hanya akan menjadi sekedar shock value saja, namun di tangan dingin Branagh, ia mampu menciptakan sesuatu yang sangat spesial.
Jajaran Pemain Ansambel Kelas A yang Mengesankan
Mengikuti tradisi Sidney Lumet di Murder on the Orient Express versi 1974, Branagh juga tidak mau kalah dalam memperlihatkan kemampuannya mengumpulkan aktor-aktris handal lintas generasi, baik itu aktor-aktor senior yang sudah terbukti mutu aktingnya, maupun talenta-talenta baru yang masih cenderung hijau di layar perak.
Kenneth Branagh membawa beban yang sangat berat dalam melanjutkan jejak Albert Finney, mendiang Peter Ustinov, dan David Suchet yang memerankan beragam inkarnasi karakter Hercule Poirot di layar perak maupun layar televisi.
Keputusan tepat bagi Branagh untuk membuat karakter Poirot di Orient Express menjadi jauh lebih simpatik, memiliki sifat eksentrik dengan kumis mencoloknya yang juga menjadi sumber humor di film, namun juga memiliki sisi serius yang tidak bisa diremehkan.
Branagh memberikan dimensi baru yang membuatnya bisa lebih diterima kalangan penonton generasi muda, tanpa membuatnya menjadi terlalu komikal seperti Sherlock Holmes versi Guy Ritchie.
Bagi kalangan purists hal ini bisa cukup kontroversial, namun perlu diketahui bahwa Branagh ingin memperkenalkan dunia Poirot yang tetap mempertahankan tradisi kisah-kisah Agatha Christie sebagaimana mestinya, namun dengan sedikit sentuhan modern yang bisa menarik perhatian penonton "kids jaman now".
[read_more id="348247"]
Kualitas ansambel di Orient Express memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Kapan lagi kita bisa melihat beberapa penghuni layar perak paling terkenal di dunia bisa berkumpul di dalam satu film? Terlebih, di dalam satu adegan? Ada Michelle Pfeiffer, Judi Dench, Willem Dafoe, Penelope Cruz, Johnny Depp dan Derek Jacobi yang memimpin ansambel senior di Orient Express.
Pujian yang lebih patut dilayangkan pada Pfeiffer yang berperan sebagai Mrs. Hubbard di sini. Screentime Pfeiffer di Orient Express mungkin tidak terlalu banyak mengingat ia harus berbagi dengan 15 aktor lain, tapi penampilannya di sini tidak diragukan lagi, sebuah akting yang Oscar-worthy! Terutama di klimaks yang emosional dan mengejutkan itu.
Dari generasi muda, ada Daisy Ridley yang dua tahun lalu melakukan gebarakannya di layar perak sebagai Rey di Star Wars: The Force Awakens. Meskipun dirinya cenderung masih hijau dibandingkan pemain lain, ia membuktikan dirinya sebagai penerus Vanessa Redgrave yang layak untuk memerankan Mary Debenham.
Ridley yang sering berbagi layar dengan Branagh di Orient Express mampu menciptakan chemistry yang baik, meskipun lawan mainnya adalah aktor senior (sekaligus sutradara film ini). Ini adalah bukti bahwa sepak terjangnya di layar lebar setelah Orient Express dan Star Wars patut diperhatikan.
Namun ada satu aktor pendatang baru yang paling menarik perhatian penulis, yaitu Tom Bateman yang memerankan Bouc. Jam terbang Bateman mungkin memang masih rendah, namun talentanya dalam beradu peran dengan Branagh tidak perlu diragukan lagi, ia berhasil menjadi tokoh sidekick yang mudah disukai penonton sekaligus sebagai yin yang sempurna untuk yang Poirot.
[read_more id="349863"]
Apakah Orient Express memiliki kekurangan yang berarti? Simak pembahasannya di halaman kedua!
Agak Membosankan di Pertengahan
Orient Express memulai perjalanannya dengan cukup mulus, dengan perkenalan karakter Poirot serta calon-calon tersangkanya yang sangat baik.
Branagh bisa menyeimbangkan porsi antara Poirot yang lebih dominan dengan karakter-karakter lainnya di paruh awal ini, namun begitu masuk ke paruh kedua, kereta Orient Express terasa agak kekurangan bahan bakar yang memberikannya dorongan yang membuatnya begitu menarik di awal film.
Memang sepatutnya kita harap maklum dengan jumlah pemain yang sangat banyak, dengan screentime yang merata pula, bahwa Branagh memiliki beban untuk membangun misteri dan karakter-karakter yang menarik, namun juga ikut mengajak penonton menebak-nebak dan ikut serta dalam menyelesaikan kasus pembunuhan misterius ini.
[read_more id="350561"]
Paruh investigasi di Orient Express cenderung terasa hambar, dengan banyaknya karakter dan informasi yang diperlihatkan kepada penonton, terkadang agak susah untuk mengikuti alurnya. Entahlah karena ini disengaja untuk memperlihatkan kepintaran Poirot, tapi beberapa misteri di Orient Express diselesaikan dengan cara yang cukup straightforward.
Penonton tidak diberi kesempatan untuk ikut berpikir layaknya Poirot di sini, padahal elemen krusial dalam film misteri detektif adalah penonton bisa ikut merasakan keseruannya menyelidiki kasus, dan sayangnya hal itu sepertinya kurang bisa disajikan dengan baik di Orient Express.
Untungnya menuju paruh akhir, Orient Express kembali menemukan mojo-nya lewat klimaks yang sangat mengejutkan dan emosional. Dibantu dengan akting yang kuat dari semua aktor, terutama oleh Branagh dan Pfeiffer, serta skor musik yang sangat baik dari Patrick Doyle, bisa dibilang klimaks film ini benar-benar menutupi segala kekurangan di paruh kedua.
Di sini, Branagh sukses melakukan apa yang tidak bisa Sidney Lumet capai di versi 1974: Emosi. Plot twist yang mengesakkan hati itu benar-benar diarahkan dengan baik, sekaligus juga menutup misteri di Orient Express dengan sempurna. Branagh tahu betul cara "menonjok" hati penonton dengan cara yang lumayan kurang ajar, bahkan bagi yang sudah pernah menonton versi terdahulu atau membaca novelnya.
Verdict
Murder on the Orient Express memang tidak serta merta sempurna, tapi haruskah ia menjadi sempurna? Tentu tidak. Agak disayangkan memang ada beberapa faktor yang menghambatnya untuk bisa maju di perhelatan Oscar 2018, mengingat Kenneth Branagh dikenal sebagai langganan penghargaan tersebut.
Namun syukurnya, Orient Express tidak pernah dirancang sebagai film "pengemis" penghargaan, karena apa yang Branagh sajikan di film ini adalah sebagai hiburan semata bagi mereka yang penat dengan film-film aksi atau superhero dan bagi mereka yang ridnu akan kisah-kisah detektif bernuansa klasik ala Sherlock Holmes.
Orient Express memiliki segala yang dibutuhkan untuk membuatnya sangat layak tonton, mulai dari jajaran pemain yang sangat memikat, skala produksi yang tidak main-main, serta dukungan kisah yang menarik pula. Tidak ada alasan bagi anda untuk melewatkan adaptasi novel legendaris karya Agatha Christie ini.
Oh iya, jangan beranjak dari kursi anda dulu ketika filmya selesai, karena ada lagu vokal mengesankan bertajuk "Never Forget" ciptaan Kenneth Branagh dan Patrick Doyle yang dinyanyikan dengan indah oleh Michelle Pfeiffer yang akan menemani kredit penutup, salah satu unggulan untuk peraih nominasi Oscar kategori Lagu Orisinal Terbaik tahun depan!
Murder on the Orient Express sudah tayang midnight tanggal 25 November lalu, dan siap tayang reguler mulai hari Rabu tanggal 29 November ini. Jangan sampai kelewatan!
Diedit oleh Fachrul Razi