Shared Universe Akan Dominasi Industri Film Hollywood
The Hollywood Reporter memprediksikan 2014 sebagai awal lahirnya masa 'shared universe' di industri film. Kita akan bahas beberapa di antaranya yang saat ini tengah dimasak di dapur film dunia. Mulai dari Marvel Cinematic Universe hingga Universal Monster.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada jaman dahulu kala, kebanyakan film Hollywood dibuat untuk dinikmati sebagai satu film utuh. Berdiri sendiri. Percayalah, tidak semua film pada masa itu dibuat untuk persiapan sekuel atau menjadi franchise baru. Jaman itu telah lewat. Seperti yang diprediksikan oleh The Hollywood Reporter, tahun ini akan menandai awal lahirnya jaman 'shared universe'. Sebuah film tak lagi akan berdiri sendiri, melainkan terkait satu dengan lainnya, dan menjadikan bisnis jutaan dolar menjadi miliyaran dolar.
Tak ada asap tanpa api. Tentu saja semuanya diawali oleh sepak terjang Marvel dan Disney, yang di tahun 2012 lalu sukses besar dengan The Avengers. Ini adalah titik puncak dari apa yang telah mereka awali dengan sebuah film Iron Man di tahun 2008. The Avengers tak hanya mendominasi box office, namun juga menghasilkan lebih dari 1.5 miliyar dolar Amerika bagi Disney. The Avengers masuk di urutan ketiga di daftar film dengan pendapatan terbesar dunia (nomor 1 dan 2 diduduki oleh Avatar dan Titanic, yang keduanya dibesut oleh James Cameron). Yang lebih menggiurkan, di posisi kelima dari daftar itu ada Iron Man 3, sekuel kedua Iron Man, yang masih berada di satu universe yang sama dengan The Avengers. Ini jelas membuktikan bahwa shared universe, atau satu setting semesta yang digunakan dalam berbagai produk, adalah hal yang sangat efisien.
Semuanya berawal dari kisah miliyuner ini[/caption]
Saya percaya, The Avengers meledak karena penonton film-film Marvel-Disney sebelumnya (Iron Man, Iron Man 2, The Incredible Hulk, Thor, dan Captain America) menonton film tersebut (yang memang menampilkan keempat superhero sebelumnya). The Avengers mempersatukan fanbase keempat superhero tersebut. Kemudian fanbase itu diarahkan untuk menonton Iron Man 3, yang sudah dikenal lewat The Avengers. Hasilnya bisa dilihat, film-film besutan Marvel-Disney yang berdasarkan universe The Avengers pasti laris manis. Tengok saja Thor: The Dark World, yang dirilis November kemarin, kini sudah memperoleh lebih dari 200 juta dolar. Bandingkan dengan X-Men: First Class, yang mendapat review sangat positif dari kritikus dan dianggap sukses, namun hanya meraup kurang dari 150 juta dolar. Siapa yang tidak iri melihatnya? Lalu bagaimana cara studio lain bersaing? Tentu saja, dengan mendesain sendiri shared universe multi-film dari properti yang mereka miliki. Mari kita bedah, shared universe apa saja yang tengah disiapkan di Hollwood.
X-Men / Fantastic Four (20th Century FOX)
X-Men adalah franchise Marvel yang tidak bisa diremehkan. Universe X-Men sendiri memiliki kekuatan yang seimbang (bahkan lebih) dari seluruh superhero Marvel lain. 20th Century FOX juga telah membangun portofolio film X-Men yang cukup besar. Memang tak semuanya memiliki rekor yang baik. Tapi tetap saja empat film X-Men, yaitu X-Men (2000), X2 (2003), X-Men: The Last Stand (2006), X-Men: First Class (2011), ditambah dua film Wolverine, X-Men Origins: Wolverine (2009) dan The Wolverine (2013), adalah jumlah yang impresif.
X-Men adalah cikal-bakal film superhero modern[/caption]
Menurut saya, universe ini agak rancu, mengingat FOX sebenarnya ingin me-reboot seri X-Men lewat First Class ketika X-Men Origins: Wolverine gagal di pasaran. First Class bahkan hampir mendapatkan sekuel ber-setting tahun 60an, yang rencananya masih ditangani oleh Matthew Vaughn. Kesuksesan The Avengers mengubah segalanya. FOX ingin X-Men bisa sesukses The Avengers. Di sinilah Bryan Singer, sutradara X-Men pertama dan kedua, muncul dengan ide untuk menyatukan trilogi X-Men pertama dengan First Class. FOX suka dengan ide itu. Maka Vaughn mundur, digantikan oleh Singer, yang sebetulnya kariernya tengah meredup karena film-filmnya flop di pasar (seperti Superman Returns dan Jack the Giant Slayer), dan lahirlah X-Men: Days of Future Past.
Days of Future Past tampaknya akan mengoreksi semua kesalahan di X-Men Origins dan First Class. Setidaknya begitu banyak hal janggal yang harus dijelaskan jika FOX memaksakan film-film X-Men ini dalam satu shared universe. Misalnya saja mengapa Xavier sudah cacat di akhir film First Class, padahal di X-Men Origins Xavier masih diperlihatkan bisa berdiri dan berjalan dengan sehat?
First Class awalnya didesain sebagai reboot seri X-Men[/caption]
Meski saya pesimis dengan kemampuan Singer meracik universe X-Men, namun tampaknya FOX begitu percaya dengannya. Buktinya, Days of Future Past disebut-sebut sebagai film dengan budget termahal kedua produksi FOX (yang tertinggi adalah Avatar). Belum juga film ini dirilis, FOX bahkan sudah mempercayakan X-Men: Apocalypse, sekuel Days of Future Past, ke tangan Singer.
FOX juga terlihat sangat serius membangun shared universe X-Men. James Mangold, yang cukup piawai menghadirkan The Wolverine tahun lalu, kembali dipercaya untuk membuat film baru Wolverine. Saya juga tidak terlalu optimis dengan hal ini. Tapi setidaknya Hugh Jackman, yang telah enam kali membintangi Wolverine sudah bersedia untuk berperan sekali lagi (rumornya ini yang terakhir).
Wolverine, diperankan oleh aktor sama selama tujuh film![/caption]
Keseriusan FOX juga ditunjukkan dengan mempekerjakan Mark Millar, salah satu penulis komik kawakan jebolan Marvel, sebagai konsultan untuk universe X-Men ini. Salah satu langkah konkritnya adalah membuat film X-Force, sisi lain X-Men, yang akan menghadirkan karakter ikonik seperti Deadpool dan Cable. Duet penulis-sutradara, Rob Liefeld dan Jeff Wadlow, yang sebelumnya mengerjakan film Kick-Ass, dipercaya untuk menangani X-Force yang rencananya akan dirilis tahun 2016 nanti.
Green Lantern Deadpool akan kembali muncul di film X-Force[/caption]
X-Men bukan hanya satu-satunya properti Marvel yang dimiliki FOX. Fantastic Four juga salah satunya. Millar sebelumnya menyebutkan bahwa FOX ingin agar X-Men dan Fantastic Four berada dalam satu semesta yang koheren. Jika X-Men batal di-reboot, saya percaya FOX tetap ingin me-reboot Fantastic Four, yang dua film sebelumnya betul-betul berantakan. Josh Tank, sutradara kreatif di balik Chronicle yang menggemparkan di tahun 2012, dipercaya untuk menangani reboot Fantastic Four. Saya belum bisa membayangkan bagaimana cara FOX menggabungkan para mutant X-Men yang dibenci dan menyembunyikan identitasnya dari dunia, dengan superhero yang dicintai masyarakat seperti Fantastic Four ini. Apakah para Fantastic Four juga menjadi mutant? Apakah mereka mutant yang diterima oleh masyarakat? Yang pasti film ini sudah dijadwalkan untuk rilis tahun depan.
Reboot... reboot!![/caption]
Go home, Captain America. You're drunk![/caption]
The Amazing Spider-Man (Sony)
Berbeda dengan FOX yang lebih memilih errata, Sony mengambil jalan pintas dengan reboot untuk Spider-Man. The Amazing Spider-Man (2012) menghasilkan lebih dari 250 juta dolar. Meski lebih sedikit dari pendapatan film-film trilogi Spider-Man besutan Sam Raimi (yang rata-rata menghasilkan 300 hingga hampir 500 juta dolar), namun ini sudah cukup membuat Sony yakin untuk membuat universe yang solid bagi Spider-Man. Hal ini dibuktikan dengan dipekerjakannya lima penulis naskah, yaitu Alex Kurtzman, Roberto Orci, Jeff Pinkner, Ed Solomon dan Drew Goddard, untuk membangun shared universe bagi Spider-Man.
Peter Parker baru lebih muda, lebih fresh... dan gebetannya kece amit![/caption]
Tentu saja hal ini tidak mudah. Sony hanya punya Spider-Man. Dan Spider-Man, meski salah satu superhero terpenting Marvel, hanyalah satu superhero saja. Dalam komik-komik Marvel, Spider-Man pun kebanyakan ditandemkan dengan superhero lain. Bahkan dia juga anggota tetap dari The Avengers. Lalu universe seperti apa yang ingin dibangun oleh Sony? Saya melihat Spider-Man sebagai superhero yang dibentuk seperti Batman bagi Marvel. Dia memiliki begitu banyak musuh yang memorable. Sony tampaknya memanfaatkan peluang itu. Maka film spin-off tentang Venom dan Sinister Six pun sekarang dikerjakan.
Apakah Electro akan kembali muncul di Sinister Six?[/caption]
Fun Fact: Anna Hartaway, pemeran Catwoman, nyaris menjadi Black Cat di Spider-Man 4.[/caption]
Saya masih beranggapan proses reboot ini sebetulnya tak perlu. Trilogi Spider-Man sebelumnya toh sudah memperkenalkan beberapa karakter ikonik, seperti Green Goblin, Doc. Ock, dan Sandman, yang berpotensi untuk digali lagi. Meski perannya diganti, tentu akan lebih hebat jika Sony melanjutkan saja apa yang sudah dibangun sebelumnya. Tentunya dengan gaya baru.
Sebagai komponen untuk membangun universe Spider-Man, Sony bisa saja menggunakan Black Cat dan Scarlet Spider (Ben Reilly) untuk film selanjutnya. Bagi saya aset yang dimiliki Spider-Man masih kurang banyak jika dibandingkan dengan X-Men maupun The Avengers. Karena itulah saya tetap berharap nantinya Spider-Man ini bisa bertemu dengan rekan-rekannya di The Avengers. Tak harus kembali ke tangan Marvel. Kan masih bisa kerjasama yang saling menguntungkan toh?
Pilih mana, Spider-Man lawas yang melankolis...[/caption]
... atau Spider-Man baru yang lebih lincah?[/caption]
Marvel Cinematic Universe (Disney)
Marvel Cinematic Universe (MCU) adalah raja dari shared universe Hollywood. Marvel yang merealisasikan, sekaligus membuktikan, konsep shared universe di film. Berawal dari superhero sisa (come on, berapa banyak dari kita yang kenal Iron Man dan Tony Stark di tahun 2008), kini menjelma menjadi urutan ketiga di daftar franchise film dengan pendapatan terbesar (peringkat pertama adalah Harry Potter, disusul dengan James Bond), dengan pendapatan lebih dari lima miliyar dolar. Rupanya keputusan Disney membeli Marvel seharga empat miliyar dolar sangat tepat.
Menggabungkan fanbase dua franchise film yang berbeda[/caption]
Terdiri atas film Iron Man (2008), The Incredible Hulk (2008), Iron Man 2 (2010), Thor (2011), Captain America: The First Avenger (2011), The Avengers (2012), Iron Man 3 (2013), Thor: The Dark World (2013), dan akan disusul dengan Captain America: The Winter Soldier (2014), Guardians of the Galaxy (2014), Avengers: Age of Ultron (2015), dan Ant-Man (2015).
Kesuksesan MCU menurut saya terletak pada konsistensi Marvel dalam membangun karakter dan dunia secara bersama-sama. Meski film-filmnya ditangani oleh penulis dan sutradara yang berbeda, juga dengan tone warna dan nuansa yang sangat berbeda antara satu dengan lainnya, namun ada benang merah yang kuat dan mengikat penonton untuk terus mengikuti sepak terjang superhero favorit mereka. Konsistensi ini juga yang melambungkan nama Robert Downey Jr. sebagai Tony Stark/Iron Man, Tom Hiddleston sebagai Loki, Scarlett Johansson sebagai Black Widow, dan seterusnya. Yang hebat, meski ada penggantian pemeran, seperti Edward Norton digantikan oleh Mark Ruffalo sebagai Bruce Banner dan Terrence Howard diganti dengan Don Cheadle sebagai James 'Rhodey' Rhodes, namun hal ini tidak mengurangi esensi karakter yang diperankan. Ini membuktikan kalau karakter tersebut lebih kuat dibandingkan pemerannya.
Bruce Banner lama yang lebih macho, namun diganti pun tak masalah![/caption]
Yang membuat saya juga salut dengan Marvel dan Disney adalah keberanian mereka dalam mengangkat tokoh yang tak dikenal dan belum punya fanbase kuat menjadi film. Risikonya besar, namun mereka berani. Siapa yang kenal tokoh-tokoh Guardians of the Galaxy atau Ant-Man? Toh, Marvel dan Disney berani memfilmkannya. Dengan budget tinggi! Ini menunjukkan betapa kuatnya MCU dan betapa percayanya Marvel dan Disney dengan fanbase MCU.
Selain film, MCU juga merambah serial TV. Tahun lalu, Agent of S.H.I.E.L.D mengudara di channel ABC. Di Indonesia, serial ini bisa dinikmati lewat jaringan TV berbayar di channel FOX. Meski rating dan viewer-nya terus merosot, namun Marvel tampaknya akan kembali menghadirkan seri TV baru, yaitu Agent Carter, yang dibintangi oleh Hayley Atwell, yang sebelumnya juga berperan sebagai Agent Carter di Captain America: The First Avenger. Kemungkinan besar Agent Carter akan mengudara bersaman dengan film kedua Captain America, yang akan tayang pertengahan tahun ini.
MCU merambah serial TV lewat Agent of S.H.I.E.L.D[/caption]
Tak berhenti di sana, beberapa saat yang lalu Marvel juga mengumumkan bahwa mereka akan bekerjasama dengan Netflix untuk menghadirkan empat mini-seri live action (kemungkinan 10 episode ala Game of Thrones, maksimal 13 episode). Empat mini-seri ini akan terfokus di Hell's Kitchen, dan menghadirkan Daredevil sebagai mini-seri pertama, disusul dengan Jessica Jones, Iron Fist, dan Luke Cage. Kerjasama ini akan berlangsung selama beberapa tahun dan akan mencapai klimaks dengan mini-seri The Defenders, yang mempertemukan keempat superhero tersebut. Ini strategi yang sama seperti yang digunakan Marvel dengan The Avengers. Saya berharap mini-seri ini akan memperkuat MCU, khususnya untuk Agent of S.H.I.E.L.D, yang performanya kurang. Bayangkan, betapa menariknya jika tokoh-tokoh dari The Defenders ini muncul sebagai cameo di Agent of S.H.I.E.L.D?
Daredevil will be back! (asal jangan yang ini saja)[/caption]
Meski tanpa X-Men dan Spider-Man, MCU tetap memiliki potensi yang sangat besar. Marvel punya segudang superhero hebat yang belum terjamah. Ada Black Panther, Dr. Strange, atau Ms. Marvel, yang bisa diintegrasikan dengan mudah ke dalam The Avengers. Jika ingin menyentuh sisi supranatural dan agak gelap, ada Ghost Rider dan Blade, yang lisensinya baru saja dikembalikan ke Marvel. Potensi ini makin tak terbatas mengingat Marvel juga berani membuka diri ke jalur superhero cosmic lewat Guardians of the Galaxy. Di ranah cosmic, ada Nova Corps (yang setara dengan Green Lantern dari DC comic) dan Inhumans (yang punya potensi untuk bisa jadi sebesar X-Men).
Guardians of the Galaxy, the next BIG thing![/caption]
Masih ada shared universe lainnya loh. Dan tidak semuanya berasal dari dapur kreatif Marvel.
Simak di halaman selanjutnya.
DC Cinematic Universe (Warner Bros.)
Bukan cuma Marvel yang punya superhero hebat. Bagi banyak orang, superhero-superhero DC bahkan lebih hebat. Panas dengan suksesnya The Avengers, Warner Bros., pemilik tunggal properti intelektual DC, juga mulai menyiapkan cinematic universe-nya sendiri. Sayangnya langkah ini baru dimulai lewat Man of Steel (2013).
Superman generasi baru[/caption]
Man of Steel bagi saya adalah film superhero terbaik tahun lalu. Film besutan Zack Snyder, sutradara di balik 300, Watchmen, dan Sucker Punch, ini memang punya gaya yang khas. Terlepas dari segala kontraversi, saya suka dengan gaya maju-mundur dengan flashback untuk menceritakan karakter Clark Kent, pesan moral yang dibawa, juga adegan pertarungan yang begitu dahsyat. Bagi saya cerita yang diangkat juga sangat bagus, mungkin film Superman terbaik yang pernah ada. Figur Superman bisa dihadirkan dengan realistis dan humanis. Jangan lupakan peran Christoper Nolan, yang sebelumnya sukses dengan trilogi The Dark Knight. Dialah yang menyusun konsep cerita Man of Steel. Pantas saja nuansanya (dan juga tone warnanya) terasa senada dengan trilogi The Dark Knight.
Namun inilah yang saya sayangkan. Trilogi The Dark Knight yang menghadirkan Batman Begins (2005), The Dark Knight (2008), dan The Dark Knight Rises (2012) adalah sukses besar bagi Warner Bros. Tak hanya dianggap sebagai trilogi film Batman terbaik, seri ini juga telah menghasilkan lebih dari dua setengah miliyar dolar. Mengingat Batman dan Superman sama-sama ditangani oleh Nolan, lalu kenapa cinematic universe DC tidak melanjutkan trilogi The Dark Knight ini. Saya rasa Superman generasi baru yang diperankan Henry Cavill cocok bersanding dengan Gotham yang sudah dibangun Nolan sebelumnya.
Kenapa harus reboot Batman?[/caption]
Tahun depan Warner Bros. akan merilis sekuel Man of Steel. Judul tentatif sekuel ini adalah Batman vs Superman. Selain Superman, film ini juga akan kembali menghadirkan Batman (kali ini diperankan oleh Ben Affleck). Batman yang akan dihadirkan adalah sosok veteran yang lebih berpengalaman. Ini deskripsi yang pas untuk melanjutkan sosok The Dark Knight yang sudah dibangun Nolan. Saya tidak mengharapkan Batman ini kembali diperankan Christian Bale. Affleck pun tak masalah! Namun alangkah baiknya jika karakter Batman-nya bukan Batman yang baru, melainkan melanjutkan Batman dari trilogi The Dark Knight. Sosok Batman beberapa tahun setelah kejadian The Dark Knight Rises. Satu universe!
My name is Wayne. Bruce Wayne.[/caption]
Apakah Baffleck bisa mengimbangi The Dark Knight ini?[/caption]
Menurut saya suatu cinematic universe yang sukses adalah yang bisa mengadaptasi karya lain. Kalau saya yang in-charge, tentu saya juga akan masukkan Arrow, seri TV yang tayang di CW Network (di Indonesia bisa dinikmati lewat TV berbayar di channel FOX) ke dalam cinematic universe DC. Coba lihat saja, nuansa Arrow sebetulnya senada dengan Man of Steel dan trilogi The Dark Knight. Seri TV ini juga sukses besar, mengungguli Agent of S.H.I.E.L.D. Setidaknya origin Green Arrow sudah dibangun jika ingin ditampilkan ke dalam film layar lebar. Apalagi mengingat suksesnya Arrow, kabarnya produser seri TV ini juga akan mengangkat The Flash sebagai seri TV selanjutnya. Ini kan potensi yang bagus untuk disatukan dengan cinematic universe yang dibangun untuk DC. Tentu saja, jika dirasa kurang, pemeran Oliver Queen/Green Arrow bisa diganti untuk versi layar lebarnya. Namun karakternya tetap Green Arrow yang sama.
Arrow pantas dimasukkan ke dalam DCU[/caption]
Heck! Kalau saya yang in-charge atas universe ini, bukan hanya Arrow yang akan saya adopsi. Saya juga akan menyatukan Green Lantern yang sudah dibangun lewat film karya Martin Campell di tahun 2011 lalu. Memang film itu tidak terlalu bagus secara kritik maupun komersil, namun potensinya tetap ada. Penjelasan Green Lantern tidak terbuang sia-sia dan karakter Hal Jordan bisa dimunculkan dengan mudah di film-film DC selanjutnya. Sama seperti sebelumnya, karakter ini tak harus diperankan lagi oleh Ryan Reynolds.
Lihat! Tak sejelek itu kan? Ummm, on second thought... topengnya emang aneh...[/caption]
Batman vs Superman tahun depan tak hanya menghadirkan dua superhero paling ikonik DC. Wonder Woman (diperankan Gal Gadot) dan Nightwing juga dipastikan akan muncul. Lalu ada rumor juga kalau beberapa superhero DC lain, seperti Green Lantern dan Martian Manhunter, akan dihadirkan juga. Rupanya Warner Bros. sudah tak sabar untuk menggabungkan para superhero DC ini ke dalam Justice Leaugue, untuk berhadapan langsung dengan The Avengers. Mengenalkan begitu banyak karakter dalam satu film mungkin bukan ide yang bijaksana, namun somehow saya percaya dengan kemampuan Zack Snyder. Film Watchmen garapannya mengenalkan lebih dari tujuh superhero, dan masing-masing superhero punya peran yang dalam.
Jika ditangani dengan benar, cinematic universe DC ini punya potensi melebihi MCU. Meski memiliki Marvel, namun Disney tidak memiliki hak film atas Spider-Man, X-Men, dan Fantastic Four. Studio ini tak bisa leluasa meracik cerita yang bersinggungan dengan ketiga properti itu, sehingga MCU terasa kurang lengkap. Berbeda sekali dengan Warner Bros. yang memiliki properti intelektual karakter-karakter DC secara utuh. Inilah keunggulan utama Warner Bros. Untungnya mereka juga sadar akan hal ini.
Kalau Watchmen bisa diceritakan dengan baik dalam satu film, maka Justice League pun pasti bisa![/caption]
David Goyer, penulis naskah trilogi The Dark Knight dan Man of Steel, mengatakan kalau beberapa naskah film tengah disiapkan untuk membangun cinematic universe DC. Salah satu yang paling dinanti adalah Dark Universe yang ditangani oleh Guillermo del Toro. Dengan pengalamannya menghadirkan dua film Hellboy dan Pacific Rim baru-baru ini, saya optimis Del Toro bisa menghadirkan Dark Universe yang sebanding dengan Man of Steel. Dark Universe, yang juga sering disebut sebagai Justice League Dark, menceritakan tentang sisi gelap superhero DC. Ada John Constantine, Swamp Thing, Zatanna, Deadman, Frankenstein, dan lain-lain. John Constantine sendiri pernah diangkat ke layar lebar lewat film Constantine di tahun 2005, yang diperankan oleh Keanu Reeves (ah, ini juga bisa di-absorb ke dalam DCU kan!).
Goyer juga menyebutkan kalau naskah film Team 7, Suicide Squad, Deathstroke, dan Booster Gold tengah dikembangkan. Film-film ini kabarnya akan dibuat dengan budget sedang dan akan dirilis berdekatan. Selain Deathstroke yang pernah muncul di seri TV Arrow, nama-nama lainnya memang kurang begitu familiar. Mungkin itu sebabnya Warner Bros. tidak ingin menggelontornya dengan budget 200 juta dolar seperti Man of Steel. Setidaknya film-film tadi akan mengisi dan memperkaya cinematic universe DC, seperti halnya Marvel yang tengah menyiapkan mini-seri Defender bersama Netflix. Saya berharap banyak dengan cinematic universe ini!
John Constantine akan kembali, sodara-sodara!![/caption]
Star Wars Universe (Disney)
House of Mouse tak hanya punya satu shared universe. Selain Marvel, raksasa ini juga mengakuisisi Star Wars seharga lebih dari 4 miliyar dolar di tahun 2012. Star Wars bisa disebut sebagai salah satu shared universe paling penting dalam sejarah. Space opera ini sudah menghasilkan enam film: A New Hope (1977), The Empire Strikes Back (1980), Return of the Jedi (1983), The Phantom Menace (1999), Attack of the Clones (2002), dan Revenge of the Sith (2005), yang impact-nya begitu besar bagi budaya pop dunia. Star Wars memiliki fanbase yang amat besar dan loyal. Bahkan mungkin paling besar dan loyal di seluruh literatur sci-fi/fantasi.
Who's your daddy?[/caption]
Di luar film dan seri TV-nya, Star Wars juga dikenal dengan expanded universe dalam berbagai produk. Ada komik, novel, animasi, game, bahkan sampai drama radio. Yang sangat dikenal dan memberikan kontribusi paling banyak mungkin adalah seri The Old Republic, game racikan Bioware, yang menceritakan ribuan tahun sebelum kisah filmnya. Ini menjadi landasan sejarah bagi produk-produk Star Wars lainnya.
Dengan begitu banyaknya produk, tentu saja menyusun kanonitas bukan perkara sepele. Namun inilah yang tengah dikerjakan Disney. Mereka mensortir semuanya dan menyiapkan landasan untuk melanjutkan universe Star Wars. Disney telah merencanakan trilogi baru yang film pertamanya akan ditayangkan akhir tahun depan. Episode VII ini digawangi oleh J.J. Abrams, yang sukses menghadirkan dua film Star Trek generasi baru. Bukan hanya film trilogi saja yang disiapkan Disney. Kabarnya ada film-film spin-off untuk memperkaya universe Star Wars. Film-film ini akan menyorot karakter-karakter tertentu, yang memiliki peranan besar dalam trilogi Star Wars mendatang. Saya percaya fans Star Wars sudah lama menantikan film khusus Han Solo, Bobba Fett, atau Darth Maul. Ini adalah galaksi tanpa batas!
Film tentang tokoh ini tentu akan sangat keren![/caption]
Apapun Disney, asal jangan film tentang ini![/caption]
Harry Potter (Warner Bros.)
Kalau Disney punya Star Wars, maka Warner Bros. punya tandingannya yang tidak kalah kuat: Harry Potter. Literatur karya J.K. Rowling ini telah diadaptasi menjadi delapan film, yaitu The Philosopher's Stone (2001), The Chamber of Secrets (2002), The Prisoner of Azkaban (2004), The Goblet of Fire (2005), The Order of the Phoenix (2007), The Half-Blood Prince (2009), The Deathly Hallows – Part 1 (2010), dan The Deathly Hallows – Part 2 (2011). Seri Harry Potter dinobatkan sebagai franchise film dengan pendapatan terbesar, dengan meraup lebih dari 7.7 miliyar dolar.
Lihat betapa polosnya wajah mereka...[/caption]
... tujuh miliyar dolar kemudian...[/caption]
Seri Harry Potter memang telah usai. Namun sepertinya Warner Bros. masih ingin melanjutkan kesuksesan ini. Baru-baru ini mereka mengumumkan film spin-off Harry Potter berjudul Fantastic Beasts and Where to Find Them. Tak sembarangan, J.K. Rowling sendiri yang didaulat untuk menangani naskahnya. Film ini akan menghadirkan protagonis baru bernama Newt Scamander, yang dalam dunia Harry Potter merupakan penulis dari buku berjudul Fantastic Beasts and Where to Find Them.
Tidak hanya itu, Warner Bros. kabarnya juga telah mendaftarkan beberapa merek film lain yang didasari dari properti Harry Potter. The Tales of Beedle the Bard adalah salah satunya. Ini adalah buku dongeng yang menjadi bacaan anak-anak penyihir dalam dunia Harry Potter. Salah satu cerita dalam buku ini, yaitu The Tale of the Three Brothers, sebelumnya dimunculkan dalam film Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1. Bisa jadi ini adalah langkah awal Warner Bros. dalam menyiapkan Harry Potter sebagai sebuah shared universe. Bukankah masih banyak hal yang bisa digali dari dunia sihir ciptaan J.K. Rowling ini. Bagaimana kalau selanjutnya mengadaptasi Quidditch? Mungkin Quidditch Through the Ages yang menghadirkan Kennilworthy Whisp?
I want my Quidditch movie![/caption]
Middle Earth (Warner Bros.)
Warner Bros. tak berhenti di Harry Potter saja. Sejak merger dengan New Line Cinema, mereka juga memiliki properti The Lord of the Rings. Keputusan untuk memekarkan film The Hobbit menjadi tiga film, padahal itu hanya adaptasi dari buku yang tidak terlalu tebal, menunjukkan bahwa mereka ingin menjadikan Middle Earth sebagai shared universe yang lebih luas.
Mahakarya J.R.R. Tolkien[/caption]
Hingga naskah ini ditulis sudah ada tiga film berdasarkan seri Lord of the Rings, yaitu The Fellowship of the Ring (2001), The Two Towers (2002) dan The Return of the King (2003), kemudian tiga film lanjutan yang mengadaptasi The Hobbit, yaitu An Unexpected Journey (2012), The Desolation of Smaug (2013), dan There and Back Again (2014). Keenamnya ditangani oleh Peter Jackson dengan WingNut Film.
Materi Middle Earth tidak akan habis setelah The Hobbit. Semasa hidupnya, J.R.R Tolkien pernah menulis beberapa kisah lain yang juga mengambil setting di Middle Earth. Sebut saja The Children of Húrin, The Adventures of Tom Bombadil, atau yang paling epik, The Silmarillion. Jika The Hobbit bisa dimekarkan menjadi tiga film layar lebar, saya tak bisa membayangkan berapa film yang diperlukan untuk menjelaskan kedahsyatan The Silmarillion!
Legolas ini seharusnya tak ada di buku The Hobbit[/caption]
Kalaupun materi tulisan J.R.R Tolkien sudah habis difilmkan, bukan berarti Middle Earth tak bisa lagi dikembangkan. Toh Warner Bros. sudah melakukannya beberapa kali lewat game, seperti War in the North, Rise of Isengard, Riders of Rohan, Shadow of Mordor, dan lainnya.
Let's milk this old guy dry![/caption]
Universal Monsters (Universal Studio)
Di luar superhero dan fantasi, Universal juga berencana untuk membuat shared universe berdasarkan monster-monster Hollywood klasik. Dimulai dari reboot The Mummy yang disiapkan untuk tahun 2016, Universal juga tengah menyiapkan film-film sampingan, seperti Dracula, The Wolf-Man, Frankenstein, The Invisible Man, hingga The Creature from the Black Lagoon. Belum banyak detail yang muncul, namun ini bisa menjadi alternatif lain. Shared universe bernuansa horror kedengarannya bisa sangat menjual.
Me want Imhotep and Anck-Su-Namun[/caption]
Itulah beberapa shared universe yang tengah dimasak di Hollywood. Saya pribadi menyambut shared universe ini dengan sangat positif. Dengan catatan, selama masing-masing filmnya cukup kuat untuk berdiri sendiri. Menurutmu manakah yang akan paling sukses? Dan apakah ada properti intelektual lain yang menurutmu pantas untuk dikembangkan menjadi shared universe?