Review Poltergeist: Kurang Seram Dibanding Versi Aslinya
Apakah film Poltergeist baru ini mampu menyajikan horor setingkat film aslinya? Simak review Poltergeist ini untuk tahu jawabannya!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Remake dari film legendaris tahun 1982 ini akhirnya dirilis juga di bioskop Indonesia. Simak review Poltergeist ini untuk menilai apakah filmnya cocok untuk kamu tonton!
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/06/04/review-insidious-chapter-3/" title="Review Insidious Chapter 3: Penuh Horor Kagetan!"]
Poltergeist 2015 ini menyorot keluarga dengan tiga anak, seperti versi 1982. Namun kali ini yang disorot bukan lagi keluarga Freeling, melainkan keluarga Bowen. Akibat kesulitan keuangan, keluarga Bowen memiliki pilihan yang terbatas untuk rumah hunian baru. Untungnya ada satu rumah yang harganya masih masuk jangkauan dompet mereka.
Sayangnya, seperti kebanyakan tokoh genre horor lain, seharusnya Eric dan Amy Bowen menyelidiki terlebih dahulu latar belakang rumah murah ini sebelum menempatinya. Mereka pun harus berhadapan dengan sejumlah fenoma supernatural yang mengancam masing-masing anggota keluarga. Sanggupkah mereka melewatinya?
Dibandingkan dengan film horor barat lain yang baru-baru ini rilis, Insidious: Chapter 3, horor yang disajikan Poltergeist terasa kurang menggigit. Film ini juga jenis horor yang menyajikan horor kagetan, seperti Insidious. Namun pembangunan sejumlah unsur kagetannya terasa inferior bila dibandingkan dengan yang disajikan di Insidous.
Horornya sendiri sebenarnya tidak buruk, terutama di bagian awal film. Kamu bisa merasakan tensi ketegangan dibangun dengan lumayan hingga paruh awal film. Namun penulis pribadi justru merasa paruh akhirnya, saat para hantu mulai lebih aktif menyerang keluarga ini, menjadi semakin tidak seram. Bukan hasil yang baik, mengingat itulah seharusnya momen penonton dicekam ketakutan.
Dibandingkan dengan versi aslinya, Poltergeist terasa terlalu... hambar. Film ini masih menggunakan beberapa adegan ikonik dari Poltergeist 1982, seperti komunikasi hantu via TV (kali ini HDTV), serangan pohon jahat, serta - yang sudah terlihat di trailer - boneka badut menyeramkan. Beberapa kejutannya juga familier bagi mereka yang sudah menyaksikan Poltergeist 1982 terlebih dahulu.
Dan... itulah masalahnya. Poltergeist 2015 ini mencoba menciptakan versi modern Poltergeist, namun masih menyajikan cerita yang kurang lebih sama dengan beberapa unsur kejutan yang sama. Masalahnya, selain kurang menambahkan sesuatu baru, sutradara film gagal menyajikan horor yang lebih memikat dari versi aslinya. Hasilnya? Jatuh-jatuhnya terasa hambar.
Singkat kata, yang belum menonton Poltergeist versi 1982 mungkin bisa lebih menikmati film ini. Tapi tenang, review Poltergeist ini tidak akan melulu mengumbar poin negatifnya saja. Ada beberapa hal menarik yang juga disajikan Poltergeist 2015 ini.
Masing-masing aktor mampu menyajikan karakter yang mumpuni. Ada tiga yang terasa paling menonjol. Yang pertama adalah Kennedi Clements pemeran Madison Bowen. Sebagai anak kecil yang pertama mampu berinteraksi dengan para arwah penasaran, aktris cilik ini mampu menyajikan karakternya dengan polos namun meyakinkan.
Yang kedua adalah Jarred Harris sebagai Carrigan Burke, bintang reality show yang ternyata juga pengusir hantu handal. Karakter unik ini menggantikan sosok Tangina Barrons dari Poltergeist 1982, dulu diperankan Zelda Rubinstein, sebagai ahli paranormal yang membantu keluarga tokoh utama. Latar belakang tokoh ini tergolong paling menarik di antara karakter normal lain, dan Harris mampu menyajikannya dengan baik.
Sementara itu yang ketiga adalah aktor cilik lain, Kyle Catlett sebagai Griffin Bowen. Sebagai karakter, Griffin memiliki perkembangan yang paling terasa dibandingkan orang tua maupun saudara-saudaranya. Bahkan, review Poltergeist ini menilai kalau perkembangan karakter Griffin adalah salah satu kekuatan utama film Poltergeist 2015 ini.
Kesimpulan review Poltergeist ini: filmnya sebenarnya cukup oke untuk tontonan santai. Unsur keluarga di dalamnya membuatnya cocok kalau kamu adalah orang tua yang ingin membawa anak ke sinema horor. Tapi kalau kamu mau horor yang lebih seram, Insidious: Chapter 3 masih jadi pilihan yang lebih oke. Poltergeist 1982 juga masih mampu memikat walau usianya sudah puluhan tahun.
[youtube_embed id="fhr8d1yxSP8"]