8 Perubahan di Avatar: TLA Netflix yang Terasa Bagus
Beda dari kartun, tapi bikin Avatar: TLA Netflix jadi bagus!
Sebagaia daptasi serial kartun dengan banyak episode ke serial live action dengan durasi terbatas, tentu saja Avatar: The Last Airbender Netflix ada perubahan yang disesuaikan.
Ada perubahan yang terasa biasa saja, ada perubahan yang terasa kurang oke, tapi ada juga perubahan yang membuat Avatar: The Last Airbender Netflix jadi bagus!
Apa saja perubahan yang membuat live action-nya jadi bagus? Ini beberapa di antaranya!
1. Diperlihatkan perlawanan pengembara Udara melawan negara Api
Perubahan yang bagus pertama terjadi saat invasi negara Api ke kuil pengembara Udara Selatan.
Di kartun adegannya tak diperlihatkan saat negara Api menyerang dan menghabisi para pengembara Udara, tapi di live action diperlihatkan, termasuk dengan perlawanan mereka.
Gyatso di kartun memang ditunjukan bisa menghabisi banyak prajurit negara Api, terlihat dari mayat mereka di sekitar mayat Gyatso. Tapi di live action diperlihatkan Gyatso melawan Sozin!
2. Avatar Kyoshi muncul lebih dominan
Salah satu adegan yang cukup menarik para penonton terjadi di episode Kyoshi, saat Aang mempelajari Avatar State.
Kehadiran Avatar Kyoshi yang mengusir pasukan Zhao pun sangat menarik. Apalagi Kyoshi ditunjukan sama seperti versi kartun, yaitu wanita berbadan tinggi yang kemungkinan sampai atau memang 2 meter tingginya.
Namun yang disayangkan, karena di live action Avatar Kyoshi lebih dominan sebagai pendahulu Aang, malah Avatar Roku yang kesannya hanya jadi cameo.
3. Zuko melawan balik Ozai di Agni Kai, bukan hanya diam ketakutan
Di versi kartun, Ozai membuat duel Agni Kai untuk Zuko saat Zuko membantah rencana salah satu jendral negara Api di pertemuan strategi. Zuko terkejut karena yang ia lawan adalah Ozai. Dia berlutut memohon diampuni, tapi Ozai tetap melukai wajah Zuko.
Di versi live action, Zuko juga terkejut karena yang dilawan Ozai, tapi dia tidak hanya berlutut dan meminta ampun.
Diperlihatkan kalau Zuko memberikan perlawanan, ya meskipun akhirnya Zuko tidak tegaan dan kalah dari Ozai.
4. Letnan Jee dan anak buah kapal Zuko dari divisi 41 yang ia selamatkan
Di versi kartun, letnan Jee dan Zuko memang sering tidak sejalan dan berkonflik, tapi letnan Jee dan anak buah kapal Zuko lainnya jadi punya hubungan baik dengan Zuko setelah Iroh menceritakan soal Agni Kai Zuko.
Di live action, adegannya ditambahkan, Agni Kai Zuko vs Ozai karena Zuko tidak sependapat dengan rencana mengorbankan pasukan mereka di garis depan, ternyata di live action, pasukan tersebut adalah divisi 41.
Letnan Jee dan anak buah kapal Zuko lainnya adalah mantan divisi 41 yang ditugaskan Ozai untuk ikut "diasingkan" dengan Zuko, secara tak langsung Zuko menyelamatkan nyawa mereka.
5. Peran Zhao yang dominan, menjadikannya musuh utama di season 1
Zhao memang di kartun juga musuh di season 1, tapi di live action perannya lebih banyak lagi dibanding di kartun.
Tentu ini menarik, kenapa? Harus ada satu musuh utama yang menggerakan konflik di season ini, dan Zhao ada di semua konflik Aang.
Hal ini bagus karena momen Zhao sebagai musuh utama di season 1 jadi makin terasa.
6. Ozai tidak menghilangkan kemungkinan Zuko jadi penerusnya, berikan harapan ke Zuko dan motivasi ke Azula
Di versi kartun, Zuko ingin menangkap Avatar untuk mengambil kembali kehormatan dan harga dirinya serta posisi di negara Api. Tak pernah dispesifikan apakah Ozai masih membuka posisi Raja Api untuk Zuko atau tidak.
Tapi di live action ditegaskan kalau Ozai mengasingkan Zuko untuk misi mencari Avatar, sebagai pengembangan diri. Zuko juga masih punya posisi sebagai calon Raja Api.
Hal ini menarik karena memberikan harapan ke Zuko dengan menangkap Avatar, serta memberikan Azula motivasi, yang kebetulan Azula muncul lebih cepat.
7. Tidak ada komet Sozin sebagai pembatas waktu Aang. Sebenarnya itu hal yang bagus
Di versi kartun, Aang bertemu Avatar Roku dan Roku memperingati Aang kalau komet Sozin akan segera datang. Negara Api dan Ozai akan sulit dikalahkan, Aang harus mengalahkan Ozai sebelum komet datang. Jadi pembatas waktu.
Di live action, komet Sozin ini tidak disebutkan sebagai pembatas waktu Aang mengalahkan Ozai. Dikonfirmasi oleh showrunner-nya kalau "tidak ada batas waktu" karena live action-nya butuh waktu untuk syuting dan rilis, sedangkan aktornya bertambah usia terus.
Gordon Cormier pemeran Aang saja sekarang sudah lebih tinggi dan suaranya lebih ngebass dibandingkan season 1.
Tidak lucu misal dikatakan komet Sozin akan datang dalam setahun di serinya, tapi pemeran Aang sudah berusia 17 atau 18 tahun di dunia nyata (lebih tua dari season 1).
8. Diperlihatkan adegan pemakaman Lu Ten, membuat interaksi Zuko dan Iroh semakin kuat
Iroh kehilangan putranya, Lu Ten di perang. Sehingga Lu Ten dianggap pahlawan, tapi Iroh yang pensiun setelahnya karena berduka dianggap sebagai pengecut.
Di live action, diperlihatkan adegan pemakaman Lu Ten, di mana Iroh berduka sendirian meskipun banyak tamu yang mengunjungi.
Namun dia tidak sepenuhnya sendirian, keponakannya, sepupu dari Lu Ten, yaitu Zuko menemani Iroh di pemakaman, lengkap dengan musik "Leaves From the Vine". Tentu adegan ini sangat bagus dan meningkatkan hubungan Zuko dan Iroh.
Itu dia perubahan di live acton Avatar: The Last Airbender yang bagus. Bagaimana menurutmu?
Baca Juga: 8 Perbedaan Avatar: TLA Netflix dengan Kartun yang Kurang Oke