Review Zombieland: Double Tap, Kembalinya Film Zombie yang Superfun
Keluarga disfungsional kembali menceritakan kisah mereka
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada tahun 2009, Sony Picture merilis Zombieland yang merupakan buah ide dari Rhett Reese dan Paul Wernick. Film zombi ini langsung melejit di pasaran dan dinobatkan sebagai film komedi zombi terbaik, bersandingan dengan Shaun of the Dead yang lebih dahulu populer di tahun 2004. Saking suksesnya Zombieland, Sony, Fox dan Amazon, pernah berusaha menghidupkan kembali film ini sebagai serial televisi. Sayang upaya tersebut gagal dan hanya menghasilkan episode pilot.
Di tahun 2016, Rhett Reese dan Paul Wernick rupanya mengabulkan permintaan para penggemar Zombieland. Mereka akhirnya menulis naskah Zombieland 2 yang pada akhirnya berubah judul menjadi Zombieland: Double Tap.
1. Keluarga disfungsional
Seperti yang kamu tahu, Tallahassee (Woody Harrelson), Columbus (Jesse Eisenberg), Wichita (Emma Stone), dan Little Rock (Abigail Berslin), membentuk sebuah keluarga di akhir Zombieland pertama. Keluarga kecil ini jelas disfungsional, tapi sangat ahli dalam urusan bertahan hidup dan membantai zombi.
Tallahassee rupanya menjadi sosok ayah, terutama bagi Little Rock. Sementara Columbus dan Wichita mulai melangkah ke jenjang yang lebih serius dalam hubungan mereka. Saking seriusnya, Columbus bahkan melamar Wichita secara langsung.
Sayang, ternyata semua itu malah membuat Wichita dan Little Rock melarikan diri. Wichita sendiri sebenarnya tidak siap untuk menuju ke babak yang lebih serius dalam hubungannya. Sementara Little Rock merasa membutuhkan sosok lain yang seumuran dengan dirinya. Bisa dibilang Little Rock membutuhkan sosok teman, atau pacar sekalian.
Ketika melarikan diri, Wichita dan Little Rock bertemu dengan Berkeley (Avan Jogia), seorang hippie yang seumuran dengan Little Rock. Ternyata keduanya langsung akrab dan memutuskan untuk melarikan diri bersama, meninggalkan Wichita seorang diri. Sementara itu di sisi lainnya, Columbus malah bertemu dengan Madison (Zoey Deutch) ketika berbelanja di mall. Keduanya langsung membina hubungan khusus.
Wichita yang kehilangan Little Rock akhirnya memutuskan kembali ke rumah. Di sana dia meminta bantuan pada Columbus dan Tallahassee, untuk menemukan sang adik. Tapi belum jauh percakapan berakhir, Wichita sudah bertemu dengan Madison. Bagaimana nasib cinta segitiga ini? Apakah Little Rock berhasil ditemukan?
Baca Juga: Pendapatan Box Office Film Joker Lampaui Logan!
2. Sekuel yang superfun
Tampaknya Rhett Reese dan Paul Wernick tahu betul kalau Zombieland tidak membutuhkan elemen tambahan yang tidak penting. Karena itu dalam sekuelnya kamu tidak akan menemukan penambahan elemen apapun selain cerita yang sudah maju 10 tahun dan jenis zombi baru yang sulit dibunuh.
Penyelamatan Little Rock menjadi konflik utama dalam film, dengan kandasnya hubungan Columbus dan Wichita sebagai subplot. Bukan konflik yang besar tapi para karakter yang mudah disukai dan sudah dikenal lama, berpotensi membuat para penonton peduli. Hasilnya film ini tetap fun, walaupun sangat ringan.
Chemistry antar karakter menjadi sorotan utama di Zombieland: Double Tap. Dinamika hubungan asmara Wichita dengan Colombus, dan hubungan seperti ayah-anak antara Tallahassee dengan Little Rock. Kehadiran dua tokoh baru dalam sosok Madison yang tipikal blonde dan bodoh. Serta munculnya Nevada (Rosario Dawson) yang tangguh, sangat cocok dengan formula Zombieland.
Sayang, Rhett Reese dan Paul Wernick mematikan beberapa karakter lain yang sebenarnya berpotensi. Ya suka atau tidak, langkah ini kami bilang tergolong tepat ketimbang berusaha mempertahankan tokoh baru yang tidak tahu mau dibawa kemana selama plot utama bergulir.
3. Penuh dar, der, dor!
Pada sisi aksi dan komedi, film ini jauh melebihi film pertamanya. Dari awal penonton sudah disuguhkan aksi slow motion para jagoan kita dalam melawan sekumpulan zombie di ladang gandum dengan iringan lagu Master of Puppets milik Metallica.
Kadar gore film ini lebih banyak dari yang pertama. Adegan zombi ditembak kepalanya, dimutilasi, dilindas mesin pemotong gandum, ditimpa gedung sampai diinjak berulang kali tampil di layar tanpa sensor. Kebanyakan adegan tersebut hadir dalam konteks survival dan komedi. Tidak heran film ini mendapat rating 17+ dan tanpa sensor di Indonesia.
Sayang pertempuran yang paling penting di Zombieland: Double Tap, seperti hadir tanpa klimaks yang jelas. Tampaknya hal ini terjadi karena terbawa oleh plot yang kelewat santai tanpa ada konflik yang terasa urgensinya.
4. Kesimpulan
Zombieland: Double Tap adalah sebuah sekuel yang apik dengan kelemahannya tersendiri. Jelas kamu tidak akan menemukan plot yang rumit atau cerita yang ribet, tapi sebagai gantinya film ini menawarkan komedi yang jauh lebih lucu dan aksi yang lebih seru ketimbang prekuelnya.
Kendati akhirnya terbilang agak antiklimaks, tapi tidak mengurangi seluruh kesenangan yang dihasilkan dalam film. Pada akhirnya kami memberikan nilai 3,7 dari 5 bintang review yang biasa kami berikan. Nikmati perjalananmu di Zombieland: Double Tap, sebuah perjalanan yang sudah dinantikan selama 10 tahun lamanya.
Baca Juga: Jared Leto Dituding Mencoba Menghentikan Film Joker!