Review Puss in Boots: The Last Wish, Kisah si Kucing Oren

Nyawa Puss tinggal satu saja, dia harus mencari gantinya

Review Puss in Boots: The Last Wish, Kisah si Kucing Oren

Shrek merupakan salah satu tonggak animasi 3D di Hollywood. Film tersebut merupakan animasi 3D pertama yang mendapatkan penghargaan Academy Awards. Walaupun memiliki sejarahnya sendiri, franchise Shrek sudah lama tidak digarap oleh DreamWorks Animation. Terakhir mereka malah sibuk membuat IP baru seperti misalnya The Bad Guys.

Karena hal itulah cerita Shrek jadi sedikit dilupakan oleh para penonton modern. Meskipun filmnya kerap diputar di layar kaca Indonesia. Untuk menebus absennya Shrek selama bertahun-tahun, DreamWorks Animation akhirnya menghadirkan Puss in Boots baru di tahun 2022 ini.

1. Nyawa terakhir si kucing oren

Review Puss in Boots: The Last Wish, Kisah si Kucing OrenDok. DreamWorks

Setelah kejadian di film pertama dan beberapa saat setelah Shrek Forever After, Puss in Boots (Antonio Banderas) menjadi legenda setelah mengalahkan monster raksasa namun secara tidak sengaja terbunuh oleh bel yang terjatuh.

Bangun, dia menemukan bahwa dia hanya memiliki satu nyawa tersisa setelah menghabiskan delapan nyawa sebelumnya. Puss awalnya menepis fakta tersebut, tetapi ketika dia kalah dalam pertarungan dengan serigala yang diyakini sebagai pemburu hadiah, dia memutuskan untuk menggantung jubahnya dan menjadi kucing peliharaan untuk Mama Luna (Da'Vine Joy Randolph).

Setelah waktu berlalu, dia bertemu dengan seekor anjing yang menyamar sebagai kucing. Percakapan mereka terputus ketika Goldilocks dan Tiga Beruang muncul untuk mencari dirinya. Setelah Goldilocks cs menemukan "kuburannya", mereka secara tidak sengaja mengungkapkan legenda Hope Star kepada Puss. Dia pun akhirnya memutuskan untuk menemukan bintang tersebut untuk mendapatkan nyawanya kembali.

Puss tahu bahwa peta itu dipegang oleh Jack "Big" Horner (John Mulaney), yang ingin menggunakan Hope Star untuk memiliki semua keajaiban di dunia untuk dirinya sendiri.

Saat mencoba mencuri peta, dia tiba-tiba bertemu kembali dengan Kitty Softpaws (Salma Hayek), yang menginginkan peta itu untuk dirinya sendiri dan masih marah pada Puss atas apa yang terjadi di Santa Colomba. Mereka, bersama dengan sang anjing, berhasil melarikan diri dari Goldi dan Jack. Akhirnya mereka bertiga pergi ke hutan kegelapan tempat Hope Star berada.

Baca Juga: Review Mindcage, Memburu Sang Pembunuh Berantai Artistik

2. Sebuah animasi 3D yang indah

Review Puss in Boots: The Last Wish, Kisah si Kucing OrenDok. DreamWorks

Sejak Sony memperkenalkan animasi 3D yang unik dan stylish di Spider-Man: Into the Spider-Verse, semua studio animasi berusaha mengikuti langkah Sony tersebut, tidak terkecuali DreamWorks Animation yang memilih gaya seperti lukisan cat minyak untuk animasi miliknya.

Sebenarnya gaya animasi ini pernah dipakai oleh DreamWorks Animation di film animasi The Bad Guys. Tapi tampaknya gaya lukisan tersebut jauh lebih mengena di Puss in Boots. Mungkin karena waktu dan periode ceritanya yang lebih ke abad pertengahan, sehingga tema lukisan tersebut jadi terasa lebih masuk di Puss in Boots, ketimbang di The Bad Guys.

Selain penggambaran seperti lukisan, DreamWorks Animation membuat setiap adegan yang ditampilkan seperti melompat keluar frame. Sayang kami tidak menyaksikan versi 3D dari film ini. Kalau saja di Indonesia ada versi 3D-nya, pasti film ini bakal tampil lebih wow lagi ketimbang versi 2D-nya.

3. Antagonis yang apik

Review Puss in Boots: The Last Wish, Kisah si Kucing OrenDok. DreamWorks

Shrek sering sekali mengubah salah satu antagonisnya menjadi protagonis di akhir film atau di film berikutnya. Bahkan Puss in the Boots pada awalnya diperkenalkan sebagai anti hero di Shrek 2.

Di Puss in Boots: The Last Wish kami mendapatkan Goldilocks dan keluarga beruang yang diperankan dengan apik oleh Florence Pugh, Olivia Colman, Ray Winstone, dan Samson Kayo. Keempat penjahat baru ini memiliki alasan yang sederhana untuk menjadi penjahat melawan Puss dan kawan-kawan.

Pada intinya mereka ingin Goldilocks bahagia, bagaimanapun caranya. Hal ini terasa cukup menyentuh meskipun sebenarnya cara yang ditempuh sedikit salah. Tapi pada akhirnya keluarga Goldilocks berhasil menemukan kebahagian sejati mereka dan, mungkin uang yang banyak melalui usaha baru yang mereka tekuni.

Dari keluarga Goldilocks ini kita jadi mendapatkan pesan moral mengenai perjuangan orang tua untuk membahagiakan anaknya. Yes, bahkan pesan moral saja diajarkan oleh para antagonis di Puss in Boots: The Last Wish.

4. Kesimpulan akhir

Review Puss in Boots: The Last Wish, Kisah si Kucing OrenDok. DreamWorks

Luar biasa. Kami menyaksikan Puss in Boots: The Last Wish tanpa tekanan yang tinggi atau harapan apapun. Hasilnya film animasi ini berhasil menghibur kami dengan sangat sempurna tanpa cela sedikitpun. Temanya yang sederhana dan pesannya yang dalam, membuat kami memasukan Puss in Boots: The Last Wish sebagai animasi yang sangat istimewa di 2022 ini.

4.5 dari 5 bintang bisa kami berikan ke Puss in Boots: The Last Wish. Sangat tinggi untuk ukuran animasi yang mengadopsi tema pop tanpa ada unsur eksperimental sama sekali.

Puss in Boots bisa kamu saksikan di bioskop kesayangan kamu di bulan Desember 2022. Jangan sampai terlewat. Apalagi kalau kamu mengikuti seluruh petualangan Shrek dan kawan-kawan dari tahun 2001.

https://www.youtube.com/embed/RqrXhwS33yc

Baca Juga: Review Avatar: The Way of Water, Babak 2 Pertempuran di Planet Pandora

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU