Review Mindcage, Memburu Sang Pembunuh Berantai Artistik
Pembunuhan di Mindcage dilakukan secara artistik dan sadis
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Entah mengapa akhir tahun 2022 dipenuhi dengan berbagai film thriller dengan genre detektif dan kasus pembunuhan berantai. Bulan lalu kita mendapatkan Midnight in The Switchgrass yang dibintangi oleh Bruce Willis dan Megan Fox.
Pada bulan ini giliran film Mindcage arahan sutradara Mauro Borrelli yang biasanya terlibat sebagai ilustrator bagi film-film terkenal, seperti Star Wars: Episode VIII: The Last Jedi, Dumbo, dan Captain America: The First Avenger.
Kisah yang dibuat oleh Mauro Borrelli ini membuat korban pembunuhan terlihat sangat artistik. Bahkan sang pembunuh menyebut dirinya sendiri sebagai “The Artist”.
1. Sang peniru The Artist
Mary (Melissa Roxburgh) merupakan detektif baru di bawah veteran Jake Doyle (Martin Lawrence) Mereka mendapatkan kasus pembunuhan berantai dimana sang korban diawetkan dan dijadikan sebagai sebuah karya seni.
Kejadian ini sama persis dengan pembunuh berantai yang pernah berkeliaran di kota tersebut, “The Artist” (John Malkovich) yang telah dipenjara dan menunggu hukuman mati. Untuk menemukan pelaku pembunuhan tersebut, Mary dan Jake akhirnya mendatangi The Artist untuk meminta pertolongan.
Pada akhirnya The Artist mau membantu mereka dengan imbalan hukuman matinya diganti dengan hukuman penjara seumur hidup. Dengan pembunuhan yang semakin sering, mereka harus berpacu dengan waktu untuk menghentikan si peniru “The Artist”.
Baca Juga: Review Avatar: The Way of Water, Babak 2 Pertempuran di Planet Pandora
2. Thriller yang kedodoran
Film Mindcage menghadirkan genre thriller misteri di tahun 90-an. Film ini berusaha penonton untuk mencari tahu siapa sebenarnya sang peniru dan apa hubungannya dengan The Artist, selain metode pembunuhannya yang sama persis.
Secara visual, film ini memiliki estetika yang menawan. Tetapi karena low budget, beberapa detail seperti hilang atau terpaksa dihilangkan dengan teknik zoom ke arah pemainnya. Padahal sejatinya film ini memiliki banyak komponen yang memiliki detail ciamik. Terutama di bagian para korban yang dibentuk menjadi patung indah tapi mengerikan.
Selain itu karena adanya proses zoom ke wajah pemain, kita jadi tahu kalau Melissa Roxburgh dan Martin Lawrence menghadirkan akting yang kurang apik. Hal ini diperburuk dengan kualitas penulisan dialog yang terkesan cheesy sehingga tidak mampu menyelamatkan para pemainnya.
Satu-satunya hiburan kami adalah akting dari John Malkovich yang sangat mengena meskipun pada akhirnya harus tunduk pada naskah yang biasa saja.
3. Kesimpulan
Film ini memiliki twist yang lumayan membuat kami bertanya-tanya, mengapa Mauro Borrelli memilih sebuah jalur mudah yang sering digunakan banyak penulis naskah film lainnya. Seharusnya dia bisa menghadirkan sebuah twist yang lebih sederhana dan rapi.
Pada intinya pada bagian akhir film kita bakal tahu mengapa film ini diberi judul Mindcage. Begitupun dengan genre utama film ini yang ternyata lebih ke supranatural ketimbang misteri. Ya, mau tidak mau kami hanya bisa memberikan nilai 3 dari 5 bintang review. Seharusnya film ini bisa bersinar dengan caranya sendiri, kalau saja diberikan budget dan waktu yang cukup untuk mengembangkan ceritanya.
Mindcage bakal tayang di bioskop Indonesia bulan Desember 2022. Kalau kamu suka pembunuhan berbau supranatural, maka kamu bisa menjadikan Mindcage sebagai salah satu film yang ditonton saat senggang.
Baca Juga: Review Night at the Museum: Kahmunrah Rises Again