Review Avatar: The Way of Water, Babak 2 Pertempuran di Planet Pandora

Planet Pandora kembali memancing manusia kembali menjajah

Review Avatar: The Way of Water, Babak 2 Pertempuran di Planet Pandora

James Cameron berkali-kali membuat keajaiban melalui media film. Banyak sekali judul-judul besar yang lahir dari tangan dingin seorang Cameron. Mulai dari Alien, Terminator, Titanic, True Lies, hingga Avatar. Film yang terakhir ini akhirnya memiliki sekuelnya di tahun 2022.

Film yang hingga saat ini masih bertengger di nomor satu tangga box office dunia ini akhirnya memiliki sekuelnya setelah penantian selama 13 tahun. Kebetulan kami mendapatkan kehormatan untuk menyaksikan Avatar: The Way of Water lebih cepat satu hari ketimbang orang kebanyakan.

Berikut ini adalah review dari Avatar: The Way of Water.

1. Pertempuran Kedua di Pandora

Review Avatar: The Way of Water, Babak 2 Pertempuran di Planet PandoraDok. 20th Century Studios

Kita kembali ke kehidupan Jack Sully setelah akhir Avatar pertama. Jack dan Nyetiri meneruskan kehidupan mereka sebagai sepasang suami istri suku Na’vi. Mereka dikaruniai banyak anak termasuk anak angkat yang lahir dari orang terdekat mereka.

Sayangnya kehidupan sederhana mereka di Pandora mendapatkan gangguan dari langit. Pada suatu malam yang penuh bintang, Jack melihat ada bintang baru yang mendekati Pandora. Bintang baru yang mendekat itu merupakan pertanda kalau ada pesawat dari Bumi yang sedang mengerem di lapisan atmosfer Pandora.

Jack yang melihat hal tersebut langsung mengabari anggota Omaticaya yang lainnya. Mereka harus mengungsi atau diserang habis-habisan oleh para manusia langit. Jack akhirnya melakukan gerilya dan memerangi para manusia langit sekali lagi. Dia menghancurkan banyak target penting untuk memotong suplai dan persenjataan para manusia langit.

Pada awalnya rencana ini berjalan lancar, hingga akhirnya para manusia langit mengerahkan pasukan Na’vi mereka sendiri. Taktk ini berhasil, ada anggota Jack yang tertangkap sehingga seluruh operasi bisa terbongkar.

Akhirnya Jack harus mengambil langkah ekstrem. Dia harus mengungsikan keluarganya jauh dari hutan tempat mereka lahir. Pilihan Jack adalah suku laut atau karang. Di sana mereka diterima dengan baik, meskipun ada beberapa halangan karena perbedaan budaya dengan suku Omaticaya.

Baca Juga: Review Night at the Museum: Kahmunrah Rises Again

2. Skala konflik yang lebih kecil

Review Avatar: The Way of Water, Babak 2 Pertempuran di Planet PandoraDok. 20th Century Studios

Kalau kamu ingat dengan Avatar yang pertama, kamu pasti ingat dengan skala konflik yang dihadirkan oleh film tersebut. Walaupun mereka bertempur dengan RDA (Resource Development Administration), tetapi impak yang dihasilkan melebar ke mana-mana. Bahkan bisa dibilang perang yang terjadi di Avatar pertama adalah perang kemerdekaan bangsa Na’vi.

Di Avatar: The Way of Water, James Cameron memperkecil skala tersebut hingga cukup personal. Memang masih ada pertempuran besar melibatkan senjata berat dan benteng bergerak. Tetapi konflik dan permasalahan yang dihadirkan lebih menyerupai dendam kesumat ketimbang perang kemerdekaan.

Pengurangan skala ini menjadikan alur yang ada di Avatar: The Way of Water jadi jauh lebih personal ketimbang sebelumnya. Selain itu pengecilan skala ini seperti menjadi sebuah ancang-ancang untuk film Avatar berikutnya. Mungkin hal ini disengaja oleh James Cameron agar dia memiliki bahan yang bisa dibahas di Avatar 3 dan 4.

3. Film 3D terbaik tahun ini

Review Avatar: The Way of Water, Babak 2 Pertempuran di Planet PandoraDok. 20th Century Studios

Lagi-lagi James Cameron melepaskan sihirnya di film ini. Avatar: The Way of Water adalah film 3D terbaik yang kami pernah saksikan di bioskop hingga saat ini.

Avatar Remastered memang indah, tetapi Avatar: The Way of Water seperti menghadirkan sesuatu yang luar biasa indah. Apalagi ketika berada di bawah laut yang dalam. Rasanya seperti berada di dunia atau planet lain. Ya, dalam kenyataan kita memang diajak ke Pandora sih, tetapi ini benar-benar di luar dari ekspektasi kami.

Sering sekali kami dibuat bengong dengan tampilan ikan yang hadir di Avatar: The Way of Water. James Cameron benar-benar memperlihatkan sisi lain planet pandora yang jauh dari warna hijau dan coklat. Sebagai gantinya kita diberi warna biru muda dan tua yang sangat serasi dengan warna-warna makhluk yang ada di sekitarnya.

Para aktor dan artis yang terlibat di Avatar: The Way of Water juga luar biasa. Kami memang tidak bisa melihat ekspresi mereka secara langsung, tetapi melalui seluruh gerak-gerik yang mereka lakukan (yang mungkin canggung dan terlihat aneh tanpa efek 3D), kami bisa mengetahui sifat masing-masing karakternya.

4. Beberapa inspirasi dari anime lama

Review Avatar: The Way of Water, Babak 2 Pertempuran di Planet PandoraDok. 20th Century Studios

Kami tahu kalau Avatar yang pertama itu sangat mirip dengan kisah Fern Gully. Untuk Avatar: The Way of Water ini kami belum menemukan apa yang menjadi inspirasi James Cameron dalam menulis ceritanya. Tapi yang jelas kami melihat berbagai anime yang mungkin menjadi inspirasi James Cameron dalam membuat beberapa unit dan makhluk di Avatar: The Way of Water.

Yang pertama adalah unit Tachikoma dari Ghost in the Shell. Yes, kamu bakal melihat robot laba-laba ini beraksi di dalam film. Pada awalnya kami kira kalau robot yang digunakan adalah robot kepiting. Tetapi begitu bergerak, kami langsung mengingat Tachikoma dengan segala kelincahannya.

Anime yang kedua adalah hadirnya ikan raksasa yang mirip Musuca dari Blue Submarine No.6. Selain ikan raksasa, kendaraan yang digunakan para pemburu bawah laut juga mirip dengan Battle Pod yang dikendarai Mayumi Kino dan Tetsu Hayami.

Selain anime, sebenarnya Avatar: The Way of Water juga menghadirkan momen bersejarah di masa kolonial. Di mana pada saat itu para ikan paus diburu untuk minyak dan lemak yang mereka miliki. Avatar: The Way of Water, para ikan raksasa tersebut diburu untuk sebuah alasan yang bisa dibilang mirip-mirip.

5. Kesimpulan Avatar: The Way of Water

Review Avatar: The Way of Water, Babak 2 Pertempuran di Planet PandoraDok. 20th Century Studios

Film dengan durasi tiga jam ini membuat kami pulang kemalaman dan mengalami fatigue yang cukup berat. Tetapi karena film ini begitu memukau, akhirnya kami memutuskan untuk membuat review ini begitu selesai menontonnya.

Bayangkan, sebuah film yang bisa mengalahkan rasa capek dan magernya kami di jam satu pagi. Terakhir kali kami bersemangat seperti ini adalah ketika kami menyaksikan Avengers: Endgame untuk pertama kalinya, Dan film tersebut masih bercokol di urutan kedua film paling laku di dunia, di bawah Avatar.

Jadi Avatar: The Way of Water menghadirkan seluruh hal yang ingin kami saksikan di Avatar kedua. Mulai dari konflik baru, suku baru, budaya baru, makhluk baru, dan antagonis lama (lho!). Ya, mau bagaimana lagi, antagonis yang ada di film ini memang wajah lama dengan sosok yang baru.

Dengan segala kelebihannya, Avatar: The Way of Water bisa kami ganjar dengan nilai 4,8 dari 5 bintang review. Tidak sempurna karena adanya adegan yang bisa menyebabkan epilepsi. Kami peringatkan ini dari awal, jangan ajak teman atau anggota keluarga kamu yang memiliki masalah epilepsi atau sensitif terhadap cahaya yang sangat terang. 

https://www.youtube.com/embed/o5F8MOz_IDw

Baca Juga: Review The Curse of Rosalie, Ketika Harbinger Membangkang dari Lucifer

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU