Review Aladdin, Nostalgia Animasi Klasik dengan Bumbu Baru
Filmnya bagus gak sih? Simak review versi Duniaku.net di sini!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
DUniaku.net - Jujur saja, kami sangat kesulitan dalam membuat review film Aladdin. Bukan karena film ini susah atau rumit, tapi melainkan karena banyaknya kenangan masa kecil yang harus kami tilik berkali-kali. Saking banyaknya kenangan tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk menonton versi 1992 dan 2019 secara bergantian untuk mendapatkan feel yang dibutuhkan untuk menulis review Aladdin.
Masih Cerita Klasik Aladdin
Aladdin (Mena Massoud) adalah seorang pemuda jalanan yang sehari-harinya ditemani oleh seekor monyet pencuri bernama Abu. Pada sisi lainnya, Jasmine (Naomi Scott) merupakan putri anak Sultan (Navid Nehgaban) yang selalu dikurung di istana oleh sang ayah.
Jasmine merasa frustasi dengan kehidupannya di Istana hingga ia memilih kabur agar tak dinikahi oleh Pangeran Anders (Billy Magnussen) yang dijodohkan Ayahnya. Ia akhirnya kabur ke kota dan masuk ke pasar, demi menyatu dengan para warga guna mencari kehidupan lebih nyata.
Pada kesempatan tersebut Jasmine bertemu Aladdin. Aladdin jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat wajah Jasmine, sebaliknya,Jasmine juga jatuh cinta pada kebaikan yang dimiliki Aladdin.
Dalam upayanya bertemu dengan Jasmine, Aladdin ditangkap Jafar (Marwan Kenzari). Jafar yang saat itu mencari “berlian yang belum terasah” untuk masuk ke dalam Cave of Wonder melihat potensi yang dimiliki oleh Aladdin.
Dari sini cerita Aladdin bergulir terus layaknya animasi klasik Disney yang kami rasa kurang seru untuk diceritakan ulang di dalam sebuah review.
Aladdin dengan Format Baru
Aladdin versi live action ini disutradarai oleh Guy Ritchie yang pernah membuat Lock, Stock and Two Smoking Barrels, Snatch, dan Sherlock Holmes. Film-film yang digarap oleh Ritchie biasanya memiliki ciri khas dan gaya yang sulit ditiru sutradara lainnya.
Pada film Aladdin Ritchie berusaha menghadirkan berbagai elemen yang sama dengan animasinya ke dalam format live action. Sayangnya kedua format tersebut tidak pernah benar-benar sama, sehingga kamu akan menemukan penyesuaian di sana-sini.
Penyesuaian tersebut rupanya membuat kami sadar satu hal. Aladdin adalah film animasi musikal yang sangat apik dan klasik. Saking klasiknya, kamu mungkin baru sadar kalau Disney kebanyakan membuat film animasi musikal tanpa cue dan highlight yang cukup sulit diterjemahkan ke live-action.
Hasilnya Aladdin versi live action ini mendapatkan berbagai segmen yang hit and miss, terutama pada adegan tambahan atau adegan yang tidak bisa diterjemahkan dengan baik ke live-action.
Sebagai contoh, momen One Jump Ahead yang ditampilkan pada versi live-action terasa kurang match antara adegan dengan liriknya. Hal ini terjadi karena versi live-actionnya berusaha memperhalus seluruh adegan yang seharusnya ditampilkan. Hasilnya, kamu malah akan mendapatkan feeling yang lumayan acak ketimbang yang seharusnya muncul.
Diselamatkan Will Smith Berkali-kali
Will Smith yang dihujat karena mendapatkan peran Genie, malah berhasil menyelamatkan film ini berkali-kali. Di sini Will Smith berhasil membuktikan diri kalau dia bukan aktor sembarangan yang kebetulan mendapatkan peran legendaris. Dengan gayanya yang khas dan improvisasi yang top-notch, Will berhasil melepaskan diri dari bayang-bayang almarhum Robin Williams.
Kami memang tidak bisa melupakan begitu saja suara Robin Williams yang khas, tetapi Will Smith seperti menghadirkan versi Genie yang lebih modern tetapi tetap mudah diterima oleh orang-orang yang sudah menonton animasi klasiknya.
Mena Massoud dan Naomi Scott juga memberikan andil besar dalam film live-action Aladdin. Keduanya memang sempat diragukan bisa mencuri perhatian dalam film kali ini, namun pada kenyataannya Massoud dan Scott tampil apik dengan akting yang cukup luwes dan tidak tumpang tindih dengan Will Smith.
Kesimpulan
Banyak orang yang memberikan review negatif pada Aladdin karena feeling acak yang ditimbulkan oleh film ini. Tapi sejatinya kalau kamu membuka mata selebar-lebarnya dan membiarkan dirimu dituntun untuk menyaksikan Aladdin yang berbeda, maka film live-action ini akan bersinar di hadapanmu.
Aladdin versi live-action ini kami ganjar dengan 3,5 dari 5 bintang yang bisa kami berikan dalam review. Sebenarnya bisa saja film ini mendapatkan empat bintang kalau tidak hit and miss di beberapa segmen.
Aladdin sudah bisa kamu tonton di bioskop-bioskop Indonesia mulai dari 22 Mei 2019.
[embed]https://www.youtube.com/watch?v=foyufD52aog[/embed]