Review Sewu Dino, Survival Orang Biasa dalam Konflik Mistis  

Film kedua berdasarkan thread fenomenal SimpleMan

Review Sewu Dino, Survival Orang Biasa dalam Konflik Mistis  

Setelah sukses dengan film KKN di Desa Penari, kali ini MD Pictures kembali mengadaptasi salah satu thread SimpleMan yang berjudul Sewu Dino ke layar lebar. Film ini diketahui mendapat adegan sequence zero-nya sendiri di bagian akhir KKN di Desa Penari: Luwih Dowo Luwih Medeni.

Penasaran seperti apa reviewnya? Simak pembahasannya berikut ini!

Baca Juga: 9 Pemain Film Sewu Dino, Siap Menghantui Liburan Kalian!

1. Terjebak dalam konflik ilmu hitam karena desakan ekonomi

Review Sewu Dino, Survival Orang Biasa dalam Konflik Mistis  dok. MD Pictures/ Sewu Dino

Kisah Sewu Dino sendiri berawal dari perjuangan Sri (Mikha Tambayong) yang harus menghidupi dirinya dan ayahnya yang tengah sakit-sakitan. Ia sendiri diketahui bekerja di sebuah warung yang dikelola Yu Minah.

Takdir pun berubah ketika ia mendapat info lowongan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di kediaman keluarga Atmojo yang terkenal sangat kaya raya hingga berani menggaji dengan uang sebesar puluhan juta.

Angka itu tentu sangat menggiurkan pada tahun terjadinya cerita tersebut. Sri bahkan sampai bertekad untuk melamar meski sempat mendapat penolakan dari sang ayah yang merasa cemas akan lowongan pekerjaan tersebut.

Entah karena kebetulan atau tidak, Sri ternyata langsung diterima sebagai pembantu baru setelah Karsa Atmojo, sang kepala keluarga mengetahui ada sesuatu yang spesial pada gadis biasa tersebut.

Benar saja, bukannya bekerja di kediaman utama keluarga tersebut, Sri justru malah dibawa bersama dua rekan barunya, Erna dan Dini ke sebuah rumah kecil di wilayah terpencil untuk melaksanakan tugas spesialnya.

Yah, Sri dan dua temannya disuruh untuk memandikan dan mengawasi sang cucu majikan, Dela yang kini dirasuki arwah jahat yang sangat ganas, Sengarturih.

Masalahnya, ketiga pembantu itu tak tahu bahwa melakukan dua tugas itu tak semudah yang mereka kira.

2. Cerita yang runtut namun kenaikan tingkat horornya tak terbangun dengan baik

Review Sewu Dino, Survival Orang Biasa dalam Konflik Mistis  Dela mengigit salah satu pembantunya ( Dok. MD Pictures / Sewu Dino)

Salah satu hal yang patut diapresiasi dari adaptasi kedua thread karya SimpleMan satu ini adalah penyajian ceritanya jauh lebih baik dari yang pertama.

Para penonton akan disuguhi bagaimana latar belakang Sri dan segala macam persoalan yang dihadapi sampai keputusannya membawa sang tokoh ke konflik yang bahkan jauh lebih sulit untuk diatasi dari sebelumnya.

Yang jadi masalah, tampaknya film ini mulai kehilangan sentuhannya pada bagian membangun ketegangan para penontonnya.

Hal itu penulis rasakan dari bagaimana dinamika sajian horor yang disajikan seperti naik dan turun dan bahkan ada yang terasa anti-klimaks karena adegan yang diekspetasi akan menjadi ledakan momen horor malah tak terjadi.

Bahkan meski bagian akhirnya tetap berhasil memberi "pukulan horor pamungkas" ke penonton, proses menuju ke sana juga tak seseru beberapa judul karya Kimo Stamboel sebelumnya.

3. Detail logika cerita dan penokohan yang masih perlu diperhatikan

Review Sewu Dino, Survival Orang Biasa dalam Konflik Mistis  Sri memperkenalkan diri ke Erna dan Dini ( Dok. MD Pictures / Sewu Dino )

Masih berkaitan soal bagaimana Sewu Dino kurang mampu membangun ketegangan secara bertahap, hal ini sendiri berkaitan dengan detail logika cerita yang masih luput dari perhatian.

Salah satu contohnya, adalah Dini yang memandikan Dela namun malah berakhir digigit karena terlihat grogi seperti yang terlihat dalam trailer . Padahal ia sendiri diketahui punya pengalaman dalam hal tersebut dalam ceritanya.

Bukan hanya itu, perubahan karakternya seperti Sri dan Erna juga terkesan sangat instan. Keduanya seperti langsung menjadi seperti orang lain tanpa detail tambahan yang harusnya diperlihatkan untuk mendorong transformasi watak si tokoh.

4. Kesimpulan

Review Sewu Dino, Survival Orang Biasa dalam Konflik Mistis  dok. MD Pictures/ Sewu Dino

Terlepas dari beberapa kekurangan yang terlihat jelas, Sewu Dino tetap sukses menyajikan ketakutan yang lebih intens untuk para penonton dengan sajian cerita yang lebih runtut.

Film ini tentu akan jauh lebih sempurna jika seandainya pihak produksi lebih memperhatikan bagian penting seperti konsistensi logika cerita dan build up tingkat horor sehingga Sewu Dino bukan hanya sekedar menakutkan tapi juga menyenangkan untuk diikuti dari awal sampai akhir.

Oleh karena itu, kami berharap dua aspek itu perlu diperhatikan jika ternyata di masa depan pihak produksi menemukan materi yang jauh lebih seru dari thread-thread Twitter milik SimpleMan untuk diadaptasi ke layar lebar.

Itulah ulasan tentang Sewu Dino, adaptasi kedua karya SimpleMan.

Bagaimana pendapat kalian?

https://www.youtube.com/embed/12sXNFbQa6I

Baca Juga: Sinopsis Sewu Dino, Bakal Lebih Seram dari KKN di Desa Penari!

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU