Review Mumun, Nostalgia Sinetron Horor Indonesia

Sepertia apa film adaptasi sinetron legendaris ini?

Review Mumun, Nostalgia Sinetron Horor Indonesia

Film adaptasi karya legendaris H. Mandra, Mumun akhirnya rilis pada Kamis (1/9/2022) di seluruh bioskop tanah air. Bisa dibilang, tontonan satu ini merupakan bentuk nostalgia bagi generasi tahun 90-an yang sempat menyaksikan versi sinetronnya di layar kaca.

Seperti apa filmnya? Simak pembahasannya berikut ini!

Baca Juga: 10 Adegan Menarik di Trailer Kedua Film Mumun

1. Sinopsis cerita Mumun

Review Mumun, Nostalgia Sinetron Horor Indonesiadok. Dee Company/ Mumun

Kisah dalam film Mumun tak berbeda jauh dengan sinetron Jadi Pocong.

Ceritanya sendiri berfokus pada karakter Mumun yang dikejar-kejar penagih hutang gara-gara identitas dirinya digunakan oleh adik kembarnya, Mimin. Hal itu pun berujung pada tragedi yang merenggut nyawanya.

Akan tetapi, Bang Husen yang bertugas memakamkan perempuan tersebut malah lupa melepaskan salah satu ikatan tali kafannya. Hal itu pun berbuntut pada bangkitnya arwah Mumun sebagai sosok pocong.

Akibatnya, berita kemunculan pocong Mumun pun tersebar luas. Bisakah Mimin, Juned dan Bang Husen menghentikan teror tersebut?

2. Cerita lama dengan sentuhan isu hangat dalam masyarakat

Review Mumun, Nostalgia Sinetron Horor IndonesiaMumun sedang dikejar-kejar seseorang ( Dok. Dee Company / Mumun )

Salah satu hal menarik dalam film ini adalah sisipan isu modern dalam ceritanya.

Ada beberapa tambahan problematika modern seperti masalah pemakaian data orang lain, gaya hidup hedonisme dan pinjaman online yang memang belakangan ini marak terjadi dalam masyarakat era sekarang.

Hal ini membuat karakter Mimin dan Mumun terasa begitu hidup karena kita juga menemukan konflik cerita yang memang juga bisa dialami oleh masyarakat pada umumnya.

Bisa dibilang, film ini juga mengajarkan pada kita untuk tidak sembarangan menggunakan milik pribadi orang lain sampai ke tahap merugikan pihak itu sendiri.

3. Elemen komedinya tak cukup kuat untuk membuat penonton tertawa

Review Mumun, Nostalgia Sinetron Horor IndonesiaJefri dan anak buahnya ( Dok. Dee Company / Mumun )

Meski sukses menghadirkan nuansa perkampungan Betawi, nyatanya hal itu tak berlaku untuk aspek komedinya.

Hampir semua lawakan yang dibawakan beberapa karakter komedik seperti jokes dialek Jaksel atau perilaku kocak khas acara variety show tak bisa membuat penonton tertawa saat menontonnya.

Hal itu dikarenakan, seluruh jokes yang muncul adalah model lama yang sering disaksikan masyarakat entah lewat media sosial maupun acara-acara di layar kaca.

Untungnya, H. Mandra lewat perannya sebagai Bang Husen berhasil mencairkan suasana dengan celetukan khasnya yang masih manjur untuk memancing tawa penonton.

4. Kelogisan ceritanya perlu ditanyakan

Review Mumun, Nostalgia Sinetron Horor Indonesiadok. Dee Company/ Mumun

Selain komedinya yang kurang kuat, kelogisan ceritanya terbilang lemah.

Karakter yang harusnya paling bersalah tak mendapat teror yang berarti dari sosok hantu. Sedangkan, tokoh-tokoh lain justru lebih sering mendapat penampakan sosok pocong satu ini.

Tidak hanya soal porsi teror, karakter biang kerok masalah ini malah hampir melakukan tindakan tak logis pada tokoh lain atas dasar balas dendam. Hal ini tentu akan membuat penonton bertanya-tanya soal norma keadilan yang ada dalam film ini.

Menurut penulis, kemungkinan film ini ingin menyampaikan bahwa konflik ceritanya tak sesederhana versi sinetronnya. Sayangnya, akibat hubungan watak tokoh yang tak sinergi dengan plot ceritanya membuat film Mumun berasa membingungkan.

5. Kesimpulan

Review Mumun, Nostalgia Sinetron Horor IndonesiaMumun meneror seluruh warga desa yang menghadiri pertunjukan ( Dok. Dee Company / Mumun )

Terlepas dari beberapa kekurangan yang ada, film Mumun layak untuk kamu tonton jika ingin bernostalgia tentang salah satu tontonan favorit masyarakat Indonesia di era awal tahun 2000-an.

Di sini kamu bisa menikmati nuansa khas perkampungan dengan kebudayaan khas masyarakat Betawi. Nuansa sinetron yang membuat kangen para penggemarnya juga sukses dihadirkan dalam film ini berkat kemunculan H. Mandera dan Eddies Adellia yang sempat bermain di Jadi Pocong.

Bisa dibilang film ini cocok buat kamu yang akrab dengan sinetron jadul sehingga bisa sekalian bernostalgia atau yang tak terlalu memikirkan soal kualitas cerita atau efek visual.

Namun jika kamu adalah tipe yang fokus pada kualitas cerita atau efek visual, mungkin perlu pikir-pikir lagi sebelum menonton film ini.

Itulah ulasan film Mumun, film horor adaptasi dari sinetron Jadi Pocong.

Bagaimana pendapat kalian? Jangan lupa tulis di kolom komentar!

Baca Juga: Review The Invitation, Kisah Horor Pernikahan Keluarga Vampire

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU