7 Fakta Film Satria Dewa: Gatotkaca yang Perlu Kamu Ketahui
Seperti apa fakta film pembuka Satria Dewa Semesta satu ini?
Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya film pembuka Satria Dewa Semesta yang berjudul Satria Dewa: Gatotkaca berhasil dirilis pada Kamis lalu ( 9/6/2022 ) di seluruh bioskop tanah air.
Ada beberapa faktor menarik di balik proses produksi Satria Dewa: Gatotkaca yang perlu kalian ketahui. Penasaran? Simak pembahasannya berikut ini!
Baca Juga: Review Satria Dewa: Gatotkaca, Pembuka Satria Dewa Semesta
1. Direncanakan sebagai film pembuka Satria Dewa Semesta
Seolah tak mau ketinggalan dengan kepopuleran Marvel Cinematic Universe ( MCU ), Indonesia pun juga mulai memiliki jagad film superheronya sendiri yang diberi nama Satria Dewa Semesta.
Nah, jika MCU mengangkat kisah-kisah para superhero dari komik Marvel, maka Satria Dewa Semesta memilih mengadaptasi kisah para tokoh pewayangan ke dalam film-filmnya.
Satria Dewa: Gatotkaca sendiri ditunjuk sebagai film pembuka yang akan membuka jalan ke cerita yang jauh lebih luas lagi.
2. Mengalami pergantian sutradara
Diketahui bahwa posisi sutradara film Satria Dewa: Gatotkaca sendiri sudah dipegang oleh Charles Gozali ketika ia ditunjuk Satria Dewa Studios pada tahun 2019 silam.
Namun dengan alasan tertentu, Charles Gozali akhirnya digantikan oleh Hanung Bramantyo. Menariknya, ia sendiri dulu juga hampir menangani proyek film Gundala, sampai akhirnya film itu dikerjakan oleh Joko Anwar.
Bisa dibilang, film Satria Dewa: Gatotkaca adalah momen pertama bagi Hanung Bramantyo di dalam genre superhero.
3. Sempat mengajak Ashraf Sinclair dan Didi Kempot
Saat merencanakan daftar casting, awalnya Hanung Bramantyo berencana merekrut alm. Ashraf Sinclair dan Didi Kempot untuk berpartisipasi dalam proyek film Satria Dewa: Gatotkaca.
Nama Ashraf Sinclair sendiri bahkan sempat menjadi pilihan pertama Hanung Bramantyo hingga sang sutradara menyempatkan diri untuk membuat janji temu dengan suami dari Bunga Citra Lestari.
Sayangnya, sebelum pertemuan itu terealisasi, Hanung malah mendapat kabar bahwa Ashraf Sinclair telah meninggal dunia pada tanggal 18 Februari 2020.
Dwi Sasono sendiri sempat menjadi nominasi pengganti mendiang suami Bunga Citra Lestari. Namun, ia justru terjerat kasus narkoba hingga nama Edward Akbar lah yang resmi masuk.
Hal itu juga terjadi pada alm. Didi Kempot. Menurut sang sutradara, penyanyi legendaris satu ini awalnya direncanakan menjadi cameo dalam film, di mana beliau akan bernyanyi saat menjelang kedatangan Gatotkaca.
Namun, rencana tersebut gagal karena seniman satu ini menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 5 Mei 2020.
Meskipun tak jadi bergabung, Hanung tetap menghormati mereka dengan memasukkan nama-nama tersebut ke dalam credit scene film Satria Dewa: Gatotkaca.
4. Syutingnya dikerjakan di tengah pandemik wabah Covid-19
Hal ini sempat diungkapkan oleh sang produser film Satria Dewa: Gatotkaca, Celerina Judisari.
Ia mengakui tentang peliknya melakukan syuting film superhero pada saat itu disebabkan banyak persiapan yang harus dilakukan secara online membutuhkan berbagai penyesuaian kreatif di lapangan dan juga keterbatasan lokasi yang bisa digunakan.
Untungnya, tidak ada satupun kru yang positif virus Covid-19 berkat penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat.
5. Desain dan proses pembuatan kostum Gatotkaca dipesan langsung dari Perancis
Untuk kostumnya sendiri, pihak produksi terbilang tidak setengah-tengah. Mereka langsung menggunakan jasa desainer professional Naythero yang terbiasa menangani kostum superhero barat seperti Daredevil.
Tak tanggung-tanggung, harga kostum tersebut bisa mencapai satu milyar rupiah
Menurut Rizky Nazar dalam wawancaranya di kanal Youtube milik MechaShock, kostum Gatotkaca tersebut didesain untuk mobilitas tinggi dan flekasibel untuk segala macam gerakan.
Selain itu, ada fitur yang memungkinkan pemakainya bisa bernafas dengan mudah.
6. Teknologi CGI yang menarik
Sebagai film bertema superhero, tentunya Satria Dewa: Gatotkaca membutuhkan banyak efek spesial, terutama di pertarungan yang mengandung unsur magisnya.
Hal itu tentunya disadari oleh sang sutradara. Hanung Bramantyo sendiri menggunakan teknologi CGI yang muktahir. Tak tanggung-tanggung, sutradara itu menyebutkan ada sekitar lima ratus titik yang membutuhkan efek CGI dalam film ini.
Dan benar saja, hasilnya sendiri terbilang memuaskan, jika dilihat dari efek perubahan Yuda menjadi Gatotkaca dan pertarungannya dengan sang penjahat di trailer filmnya.
7. Biaya produksinya terbilang tinggi
Sudah bukan hal baru bahwa film bertema superhero biasanya membutuhkan lebih banyak dana karena faktor kostum dan juga bantuan teknologi CGI.
Hal itu juga berlaku pada Satria Dewa: Gatotkaca. Hanung menyebutkan bahwa biaya produksinya saja sampai menelan angka dua puluh hingga dua puluh empat miliar rupiah.
Meskipun demikian, sutradara itu juga menambahkan bahwa biaya tersebut masih terbilang kecil untuk sekelas film superhero di Indonesia.
Ucapan Hanung Bramantyo satu ini bisa kita pahami mengingat angka biaya produksi film superhero di luar negeri saja bisa mencapai angka yang jauh lebih fantastis lagi.
Itulah fakta menarik tentang film Satria Dewa: Gatotkaca yang resmi membuka gerbang Satria Dewa Semesta.
Bagaimana pendapat kalian? Jangan lupa tulis di kolom komentar!
Baca Juga: Ikonik, ini Makna Simbol Bintang di Dada Satria Gatotkaca!