Review The Defenders: Avengers "Mini" yang Lebih Baik Tanpa Iron Fist!
The Defenders secara resmi dirilis untuk Netflix. Seperti apakah serial TV yang menceritakan tim Avengers “mini” ini? Simak review-nya di dalam artikel ini!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
The Defenders secara resmi dirilis untuk Netflix. Seperti apakah serial TV yang menceritakan tim Avengers “mini” ini? Simak review-nya di dalam artikel ini!
Sinopsis
The Defenders memiliki setting beberapa bulan setelah cerita musim kedua Daredevil dan sebulan setelah akhir dari Iron Fist. Mini-seri Netflix Marvel ini menceritakan bagaimana Matt Murdock/Daredevil (diperankan oleh Charlie Cox), Jessica Jones (diperankan oleh Krysten Ritter), Luke Cage (diperankan oleh Mike Colter), dan Danny Rand/Iron Fist (diperankan oleh Finn Jones) bersatu untuk melindungi kota New York dari musuh yang sama: The Hand.
Karakterisasi yang Seimbang dan Lebih Kuat
Seperti yang sudah disebutkan di atas, The Defenders ini menyajikan sebuah tim yang terdiri atas 4 orang superhero level jalanan: Daredevil, Jessica Jones, Luke Cage, dan Iron Fist. Bisa dibilang, Defenders adalah tim mini dari Avengers yang sering kita saksikan di bioskop—dengan orang-orang yang lebih kompleks dan tidak sepenuhnya baik (kecuali mungkin Luke Cage).
Dalam menyajikan sebuah film/seri yang memiliki banyak tokoh, seringkali seri tersebut kesulitan dalam menyajikan setiap karakter yang ada dengan porsi yang seimbang. Nah, The Defenders ini patut diacungi jempol karena mampu menyajikan setiap superhero yang ada sesuai dengan porsi yang pas.
[duniaku_adsense]
[duniaku_baca_juga]
Selain penyajian yang pas, setiap superhero juga mengalami pengembangan karakter yang cukup signifikan dan terasa lebih manusiawi, misalnya saja seperti Matt Murdock yang masih berkabung atas kematian Elektra. Semenjak kematian wanita yang disayanginya, Matt pun memilih untuk berhenti sebagai Daredevil dan memerangi kejahatan dengan cara normal: sebagai pengacara. Tetapi, di satu sisi, dia juga merasa sebagai pengacara saja masih kurang. Terlihat konflik batin yang cukup menarik di dalam diri Matt selama kamu menyaksikan The Defenders.
Hal yang sama bisa kamu lihat di dalam diri Luke Cage yang kini lebih menerima dirinya apa adanya. Luke yang semula adalah seorang yang acuh dan tak peduli, kini menjadi lebih terbuka dan berusaha menolong yang lemah. Sejujurnya, Luke lebih terasa seperti superhero bahkan daripada superhero MCU layar lebar yang sibuk gontok-gontokan antar sesama. Jessica Jones juga jadi lebih simpati dengan orang meskipun sering terlihat acuh. Hal terbaik dari Jessica Jones adalah kalimat-kalimat tajam yang dia keluarkan kepada teman-temannya ataupun musuh—cukup menghibur sebagai komedi tersendiri.
Mereka semua memiliki latar belakang yang berbeda, dan saya rasa hanya Daredevil yang benar-benar memiliki hubungan dengan The Hand. Akan tetapi, Luke Cage dan Jessica Jones pun bisa terlibat tanpa terasa memaksakan.
Tunggu dulu, bagaimana dengan Iron Fist? Bocah yang satu ini akan saya bahas di bagian tersendiri. Sekarang, mari kita lanjutkan ke halaman 2!
Musuh yang Lebih Mengancam, Tetapi Terbuang Sia-Sia
Hal paling menarik dari serial Marvel di Netflix adalah mereka memiliki musuh yang lebih terasa mengancam daripada musuh-musuh yang muncul di MCU—kecuali mungkin, Loki. Nah, musuh dalam The Defenders adalah Alexandra Reid yang diperankan oleh Sigourney Weaver. Bagi kamu yang belum tahu, Alexandra Reid adalah karakter original yang hanya muncul di seri TV dan Sigourney Weaver adalah aktris yang pernah berperan sebagai Ellen Ripley dari seri film Alien.
Disinilah keunggulan The Defenders, Alexandra yang diperankan oleh Weaver mampu menampilkan kharismanya dengan sangat baik sehingga membuat penonton dapat percaya bahwa karakter yang bahkan tidak pernah muncul di komik Marvel ini adalah karakter yang berbahaya. Setiap gerak-geriknya terasa sangat mencurigakan dan senyumannya terasa memiliki arti lain yang sangat berbahaya. Dalam cerita juga, dia adalah orang yang bahkan membuat ketua The Hand lainnya seperti Madame Gao terlihat ketakutan.
Sayangnya, penokohan Alexandra yang bagus hanya bertahan di beberapa episode awal. Ini juga disebabkan karena plot dari The Defenders yang terasa terlalu sederhana—belum lagi plot twist di penghujung film (tenang, tidak akan saya jabarkan di artikel ini). Padahal, Alexandra ini berpotensi bagus sebagai seorang karakter penjahat yang menakutkan layaknya Wilson Fisk/Kingpin.
“I am the Immortal Iron Fist” Ugh…
Kelemahan terbesar dari The Defenders adalah karakter Danny Rand atau Iron Fist. Semenjak kemunculannya, karakter yang diperankan oleh Finn Jones ini mendapatkan banyak sekali kritik—dan kritik itu akan terus berlanjut hingga mini-seri ini. Karakternya yang kekanak-kanakan mungkin bisa saya maklumi karena background story-nya yang tragis. Kekuatannya yang luar biasa dan sifatnya yang kekanak-kanakan, Danny Rand bisa saja menjadi karakter yang lovable dan keren—atau setidaknya punya nilai plus. Tapi, dalam The Defenders, yang saya rasakan hanyalah: karakter ini menyebalkan. Hal ini sangat disayangkan karena Danny Rand adalah karakter yang memiliki koneksi terkuat dengan The Hand.
Selain karakter yang menyebalkan, setiap adegan pertarungan yang menampilkan Iron Fist juga terasa menyebalkan. Gerakan-gerakan kung fu yang ditampilkan tidak terasa nyata karena koreografi yang berantakan membuat pertarungan menjadi tidak enak dipandang mata. Saya bisa bilang, pertarungan Daredevil yang sama-sama menggunakan gerakan-gerakan kung fu jauh lebih baik daripada Iron Fist yang seharusnya “jauh lebih kung fu” daripada Daredevil.
[duniaku_baca_juga]
[duniaku_adsense]
Meskipun begitu, bukan berarti segala hal tentang Iron Fist jelek dalam The Defenders. Terdapat beberapa cool moment yang melibatkan dirinya. Dan bagaimana dia dihajar oleh Luke Cage, Jessica Jones, dan Daredevil menjadi salah satu hiburan terbaik dalam seri ini.
Lanjut ke halaman 3 untuk ending dan kesimpulan!
Ending yang Terlalu Sederhana Sampai-Sampai Mengecewakan
Sebelumnya, biar saya sampaikan bahwa bagian ini bebas dari spoiler.
Serial Marvel Netflix dikenal sebagai bagian dari MCU yang memiliki cerita lebih kompleks. Musuh-musuh yang disajikan juga terasa sangat mengancam dan sulit dikalahkan. Akan tetapi, ending dari The Defenders terasa sangatlah sederhana.
Terlalu sederhana.
Masalahnya begini, karakter superhero yang ada dalam serial Netflix memiliki policy untuk tidak membunuh. Jadi, saya rasa membunuh para ketua The Hand pun tidak mungkin mereka lakukan. Pun kalau dibunuh juga percuma karena mereka semua secara teknis abadi—akan hidup lagi meskipun dibunuh. Lalu, menahan mereka di penjara lebih percuma lagi, karena The Hand adalah organisasi yang sangat besar dan memiliki koneksi di mana-mana. Jadi, meski dipenjara, mereka masih dapat mengontrol dunia luar.
Nah, The Hand ini terasa sulit sekali untuk dikalahkan dan hal itulah yang membuat seru. Saya sebagai penonton sudah mengharapkan sebuah solusi yang out-of-the-box yang membuat saya berdecak kagum: “Oh, jadi begini cara mereka menumpas The Hand! Keren!!” Sayangnya, solusi yang ditawarkan di penghujung film terasa sangat ecek.
[duniaku_adsense]
[duniaku_baca_juga]
Kesimpulan
"I am the Immortal Iron Fist, b*tch!"[/caption]
Sejatinya serial The Defenders ini bisa menjadi sebuah serial TV yang sangat baik. Karakterisasi setiap tokoh mampu digambarkan dengan sangat baik dan mendapatkan upgrade hingga adegan action yang seru dan musuh yang terasa mengancam. Selain itu, keunggulan utama dari The Defenders adalah bagaimana mini-seri ini mampu menyatukan setiap karakter bahkan Jessica Jones dan Luke Cage yang memiliki hubungan minimalis dengan antagonis utama, The Hand. Sayangnya, kemunculan dan peran Iron Fist mengurangi banyak sekali nilai dari The Defenders. Rasanya, bisa dibilang jika kamu ingin menikmati The Defenders, hiraukan saja Iron Fist dalam seri ini.
The Defenders kini sudah dirilis dan bisa kamu saksikan secara streaming melalui Netflix.