Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Penilaian Film: Locked, Ketika Ide Besar Terjebak di Ruang Sempit

MV5BNWZmNTJmZjItMWI0OC00N2QzLWIwYzktYjgyOTNkZTZlNWFiXkEyXkFqcGc@._V1_FMjpg_UX1103_.jpg
Dok. Paramount

GENRE: Thriller

ACTORS: Bill Skarsgård, Anthony Hopkins, Ashley Cartwright

DIRECTOR: David Yarovesky

RELEASE DATE: 14 Mei 2025

RATING: 3/5

Locked dibuka dengan premis yang sederhana namun penuh potensi: seorang pencuri yang mendadak terjebak di dalam mobil yang ingin ia rampok, dan ternyata sang pemilik mobil memiliki rencana jauh lebih gelap daripada sekadar memanggil polisi. Konsep semacam ini dulu dikenal sebagai high concept, cerita yang bisa dijual hanya dengan satu kalimat. Namun dalam kasus Locked, daya tarik ide itu justru terasa cepat habis begitu cerita mulai bergulir.

Disutradarai oleh David Yaroevsky, yang sebelumnya dikenal lewat Brightburn, film ini adalah adaptasi dari film Argentina berjudul 4x4 (2019). Meski versi aslinya lebih kasar dan langsung pada esensi cerita, versi Hollywood ini mencoba menyuntikkan elemen-elemen sosial dan politik ke dalam narasi. Sayangnya, bukannya memperkaya, lapisan tambahan ini justru terasa dipaksakan, seperti ingin relevan dengan isu ketimpangan sosial tanpa benar-benar menyelaminya.

1. Pertarungan Dua Aktor yang Tidak Seimbang

MV5BMzVkYWZmYzAtZjJlZi00MzMzLWJkNzItNzIxMDAyOTBhOTgyXkEyXkFqcGc@._V1_.jpg
Dok. Paramount

Bill Skarsgård memerankan Eddie Barrish, seorang pria kelas pekerja yang terdesak secara ekonomi dan emosional. Ia sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan sang istri dan anak perempuan, tapi terhambat oleh masalah finansial. Akhirnya, keputusan impulsif untuk mencuri dari mobil mewah berujung petaka: mobil itu ternyata dirancang khusus agar tak bisa dibobol, dan pemiliknya, William (Anthony Hopkins), sedang menanti di balik layar untuk menjalankan rencana balas dendamnya.

Sayangnya, meskipun Hopkins dan Skarsgård adalah aktor dengan kapabilitas tinggi, naskah film ini tidak memberi ruang yang seimbang bagi keduanya. Skarsgård tampak kesulitan membuat penonton benar-benar peduli pada Eddie. Ia terlalu mudah diasosiasikan dengan karakter-karakter menyeramkan dalam film-film sebelumnya, sehingga sulit dipercaya sebagai sosok ayah penyayang yang cuma "salah langkah."

Sementara itu, Anthony Hopkins tampil dengan aura dingin dan kalkulatif, namun kali ini perannya tidak cukup dalam untuk menggugah empati. William dijelaskan sebagai pria kaya yang kehilangan keluarganya akibat kejahatan, namun motivasinya untuk menyiksa pencuri kecil terasa seperti metafora politik yang terlalu hitam-putih. Hopkins tampak berusaha keras mengangkat materi yang sebenarnya tidak sepadan dengan kemampuannya.

2. Ruang Sempit, Eksekusi Visual Menawan tapi Tanpa Emosi

MV5BODU0ZjlkNTctY2VlYS00YTRhLTllMTgtODBlMDBjYTYwNGExXkEyXkFqcGc@._V1_.jpg
Dok. Paramount

Sebagai film yang hampir seluruhnya berlangsung di dalam mobil, Locked memiliki tantangan besar secara teknis. Untungnya, Yaroevsky menunjukkan kepiawaian dalam menjaga visual tetap dinamis. Ia bermain dengan sudut pandang kamera, pencahayaan, dan ritme penyuntingan untuk menghindari rasa monoton. Bahkan ada momen-momen awal yang cukup stylish, seperti penggunaan kamera melingkar yang menjelajahi interior mobil.

Namun, keindahan visual saja tak cukup untuk membangun ketegangan yang berkelanjutan. Seiring waktu, narasi film terasa stagnan. Setiap momen dramatis yang seharusnya memuncak malah terasa datar karena motivasi karakter yang lemah dan kurangnya pembangunan emosi. Tak ada eskalasi yang benar-benar membuat penonton merasa cemas atau bersimpati, hanya repetisi penderitaan Eddie dan suara William yang terus mempertegas superioritas moralnya.

3. Simbolisme dan Ending Tanpa Dampak

MV5BZDZhMDllZTYtZmRmYi00ZTA4LWFlODgtYWE1NjE3ZDU3NjViXkEyXkFqcGc@._V1_.jpg
Dok. Paramount

Naskah Michael Arlen Ross tampaknya ingin menyoroti ketegangan sosial antara si kaya dan si miskin, serta ketidakpercayaan terhadap sistem hukum. Namun semua itu ditampilkan dengan cara yang terlalu gamblang dan tanpa nuansa. William digambarkan sebagai simbol “elit” yang muak dengan sistem peradilan, dan Eddie sebagai “rakyat kecil” yang salah jalan. Tapi tak ada eksplorasi mendalam tentang kenapa atau bagaimana mereka bisa sampai ke titik itu, hanya penghakiman sepihak dan permainan psikologis yang makin tidak masuk akal.

Alih-alih menjadi refleksi atas sistem yang timpang, Locked justru terasa seperti eksperimen sadistik yang kehilangan arah moral. Ending-nya pun tidak menawarkan resolusi emosional atau intelektual yang berarti. Penonton dibiarkan keluar dari mobil bersama Eddie (secara harfiah atau kiasan), tapi tanpa benar-benar membawa pulang apa-apa selain rasa frustasi.

Locked adalah film dengan ide yang menjanjikan namun terjebak dalam eksekusi yang setengah matang. Dua aktor besar tidak cukup untuk menyelamatkan cerita yang gagal membangun simpati, dan upaya untuk menjadi relevan secara sosial malah membuat film ini terasa artifisial. Sebuah kisah tentang ruang sempit yang justru memperlihatkan sempitnya visi naratif di baliknya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us