Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

Review minggu ini sedikit spesial, karena selain saya akan ada penulis Duniaku lainnya yang mengutarakan pendapat mereka mengenai The Amazing Spiderman. Silakan simak artikelnya untuk keterangan lebih lanjut.

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

Jika Kamis lalu kita telah membahas Brave, untuk minggu ini saya akan membahas film superhero yang baru saja dimainkan di bioskop tanggal tiga Juli lalu. Film yang saya maksud tentunya adalah The Amazing Spider-Man. Oh iya, Friday Night Movie Review kali juga cukup istimewa, karena saya tidak akan membahas film layar lebar ini sendirian. Nantinya kamu bisa melihat bagaimana sudut pandang dari para penulis Duniaku lainnya mengenai The Amazing Spider-Man.

OK, sebelum mulai membahas salah satu film terpanas tahun ini, saya ingin memberikan sedikit info mengenai film tersebut. The Amazing Spider-Man ini adalah reboot dari film layar lebar Spide-Man yang dirilis tahun 2002 lalu. Sama seperti The Incredible Hulk, The Amazing Spider-Man bukanlah sebuah sequel maupun prequel dari seri Spider-Man, melainkan sebuah awal baru. Ini berarti film Spider-Man sesudah The Amazing Spider-Man akan melanjutkan cerita dari film layar lebar ini. Oh iya sebelum membaca ulasan ini lebih lanjut,  ini adalah peringatan SPOILER bagi Anda yang belum melihat film layar lebarnya.

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

Tentunya pertanyaan terbesar disini adalah apakah The Amazing Spider-Man ini lebih bagus daripada Spider-Man? Sayangnya (atau untungnya) pertanyaan tersebut bukanlah hal yang mudah dijawab. Jika membandingkan Hulk dan Incredible Hulk saya yakin 99% orang yang sudah menonton kedua film tersebut akan mengatakan The Incredible Hulk jauh lebih bagus. Tapi untuk The Amazing Spider-Man VS Spider-Man permasalahannya tidak semudah itu. Dari satu sisi The Amazing Spider-Man memiliki beberapa hal yang jauh lebih baik jika dibanding Spider-Man, sementara itu di sisi lain, Spider-Man mengungguli versi Reboot-nya ini. Tapi diluar pertanyaan mana yang lebih baik, The Amazing Spider-Man ini tetap adalah film yang wajib kamu tonton.

Sebelum membahas mengenai kekurangan dari The Amazing Spider-Man, mari kita bahas dulu hal-hal yang membuat film ini menarik. Bagi saya, salah satu hal yang paling menarik dari film ini adalah bagaimana Marc Webb mampu menampilkan Spider-Man yang lebih mirip dengan versi komiknya jika dibanding dengan Spider-Man milik Sam Raimi. Tiap Super Hero memiliki ciri khas mereka masing-masing. Batman misalnya memiliki aura misterius yang gelap, Ironman adalah pria kaya mesum, dan Superman adalah perwujudan dari semua yang baik (dan sedikit memuakkan). Sementara itu Spider-Man adalah remaja kutu buku yang berubah menjadi super hero cerewet dan selengehan. Spider-Man yang diperankan Tobey Macguire memang tidak buruk, tapi terus terang Spider-Man baru yang diperankan oleh Andrew Garfield ini jauh lebih mirip dengan versi komiknya. Sebagai Peter Parker, Andrew jelas terlihat lebih aneh dan canggung daripada Tobey, yang merupakan hal positif karena Peter Parker memang adalah orang yang tersisih. Tapi ketika menjadi Spider-Man, ia berubah menjadi sosok super hero yang lucu, cerewet, selengehan, dan gemar mempermainkan para penjahat.

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

Selain itu hal lain yang menjadi nilai positif dari The Amazing Spider-Man adalah bagaimana Marc Webb mampu membuat Spider-Man sebagai sosok pahlawan yang dicintai oleh warga kota. Sam Raimi mencoba melakukan hal yang sama di Spider-Man 2 dengan menciptakan adegan dimana penumpang kereta membela Spidey dari Dr Octopus. Tapi adegan ini masih kalah jauh jika dibanding adegan di The Amazing Spider-Man. Terus terang dada saya sempat sesak menahan haru ketika melihat deretan katrol raksasa yang diposisikan untuk memberi jalan bagi Spidey.

Dari sisi aksi dan stunt, saya kira The Amazing Spider-Man juga masih lebih unggul. Marc Webb menggunakan banyak teknik slow motion yang terus terang membuat tiap aksi yang dilakukan Spider-Man menjadi lebih epic dan lebih jelas untuk dilihat. Aksi berayun Spidey juga terlihat lebih anggun dan di koreografi dengan lebih apik. Bicara mengenai aksi, saya harus juga berbicara sedikit mengenai efek 3D dari film ini. Di tiap adegan pertarungan ataupun ketika Spidey tengah berayun dari satu gedung ke gedung lain efek 3D benar-benar akan memukau Anda. Tapi masalahnya, di luar adegan-adegan ini, efek 3D-nya nyaris tidak ada. Jadi layak ditonton versi 3D atau tidaknya tergantung selera Anda.

Sayangnya selain kelebihan, The Amazing Spider-Man juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan terbesar adalah mencoba untuk menghindari momen-momen yang menjadi ciri khas dari Spider-Man buatan Sam Raimi. Misalnya saja, adegan perselisihan antara Peter dan paman Ben, benar-benar terasa kurang menyentuh, begitu juga dengan kematian paman Ben yang tergolong biasa-biasa saja. The Amazing Spider-Man ini tidak memiliki momen "With Great Power, Comes Great Responsibility". Transformasi Peter dari seorang remaja dengan kekuatan super menjadi seorang super hero juga tidak terlalu menonjol.

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

Selain itu, jika dilihat dari jalan ceritanya, The Amazing Spider-Man ini memiliki lebih banyak plot hole dan hal-hal yang tergolong tidak masuk akal. Salah satu adegan paling konyol adalah ketika Lizard meninggalkan Spider-Man di tengah pertarungan tanpa alasan jelas. Padahal waktu itu Spider-Man sudah dalam kondisi kalah. Belum lagi adegan ketika Peter digigit oleh Laba-laba di Oscorp. Terus terang tidak masuk akal jika pusat penelitian super canggih seperti Oscorp bisa diobok-obok begitu saja oleh seorang remaja SMA tanpa ketahuan, apalagi ketika remaja tersebut juga mencuri salah satu hal yang sedang diteliti (benang laba-laba super).  Satu hal terakhir yang saya kira kurang dari The Amazing Spider-Man ini adalah (dan yang ini tergantung selera masing-masing), pemeran wanita yang masih kalah cantik jika dibanding versi originalnya.

Lalu bagaimana keputusannya? Seperti yang sudah saya katakan di atas, The Amazing Spider-Man memang tidak lebih baik (dan lebih buruk) bila dibanding Spider-Man. Tapi yang pasti Anda tidak boleh melewatkannya, kecuali jika Anda membenci film Super Hero tentunya. Dan tidak ada salahnya melihat versi 3D, karena beberapa adegan (walaupun sedikit jumlahnya) memiliki efek 3D yang sangat bagus.

Nah, itu tadi adalah review dari saya. Masuk ke halaman berikut, untuk membaca pendapat penulis Duniaku lainnya mengenai The Amazing Spider-Man.

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

Kevin Suryanto

Imej Spider-Man sudah sangat melekat dengan Sam Raimi dan Tobey Maguire. Meskipun sudah lebih dari 10 tahun sejak dimulainya movie Spider-Man buatan Raimi, trilogi tersebut membuat kita mengenal erat sosok sang superhero laba laba. Pemberhentian seri Spider-Man dari tangan Raimi serta Reboot total seri Spider-Man tentu memberi syok. Sekarang pertanyaanya, apakah Marc Webb dan Andrew Garfield berhasil membawa kembali sang hero?

Dalam The Amazing Spider-Man, kita diajak menjelajah kembali kisah Peter Parker dari awal. Mulai Peter kecil yang masih bersama orang tuanya hingga Peter remaja yang berada di highschool. Kisah Peter Parker dijelaskan sedetil-detilnya oleh Webb, berbeda dengan versi Raimi yang keburu menjadikan Peter ke sosok Spider-Man.

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

Marc Webb juga tidak melupakan bidang keahliannya, romance, dalam The Amazing Spider-Man. Webb menampilkan adegan romance yang pas untuk Peter Parker dengan Gwen Stacey dalam film satu ini.

Action dalam The Amazing Spider-Man sangat memukau. Efek ledakan dan penempatan kamera boleh mendapat acungan jempol.

Andrew Garfield memainkan sosok Spider-Man dengan bagus. Spider-Man versi Garfield ini lebih 'cerewet' daripada Maguire yang cenderung serius. Meski begitu saya merasa Garfield kurang memiliki aura nerd, disini justru Tobey Maguire lebih pantas menjadi sosok kutu buku sang Spider-Man.

Emma Watson di sisi lain berhasil mengalahkan Mary Jane Watson serta Gwen versi Bryce Dallas sebagai pendamping Spidey.

Villain satu-satunya disini, The Lizard berhasil menjadi musuh keras untuk Spidey. Rhys Ifans dapat memainkan kedua perannya, baik menjadi Dr Curt Connors ataupun menjadi The Lizard.

Dennis Leary pun berhasil mendapat nilai plus dengan memerankan Captain Stacey yang merupakan kawan dan lawan Spidey di New York.

Akting dari Martin Sheen sebagai Ben Parker juga tidak kalah dengan Cliff Robertson dulu.

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

The Amazing Spiderman tampil dalam 2 format, 2D dan 3D. Format 3D nya berbeda dengan banyak movie berformat 3D lainnya, banyak objek yang timbul hingga ke depan mata. Tetapi 3D sangat melelahkan, terutama untuk movie dengan durasi 2 jam 15 menit ini. Semuanya kembali ke selera.

Menurut saya, percuma membandingkan kedua Spider-Man versi Raimi dengan Spider-Man versi Webb. Keduanya sama-sama memiliki plus minus yang berbeda.

The Amazing Spider-Man tetap menjadi movie must watch di musim liburan ini. Selain modern, Movie Spider-Man ini juga asik dan menghibur.

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

Febrianto

Seperti melihat sosok spider-man yang benar-benar baru, dan membuat saya benar-benar sesaat melupakan bahwa sebelum ini Toby Maguire pernah memerankan Peter Parker.

Memang di beberapa bagian plot sangat mirip dengan Spider-Man pertama Sam Raimi lalu, seperti scene dimana paman Ben terbunuh. Meskipun dikemas berbeda, tetapi alur ceritanya yang mirip membuat saya bisa menebak kapan paman Ben terbunuh.

Untuk aksi, memang masih kalah jika dibandingkan Spider-Man, dimana saya sih menganggap film ini lebih personal, emosional dan lebih menonjolkan sisi kemanusiaan (dan lucu juga.. :D), jauh dari kesan superhero yang banyak aksi.

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

Bagi saya yang sebelumnya sempat meragukan film ini, saya rasa Marc Webb sudah menjawab keraguan saya tersebut dengan baik. Overall, saya sangat menikmati film ini, namun saya masih beranggapan bahwa The Dark Knight adalah film superhero terbaik yg pernah saya tonton.

Kekurangannya, selain pemeran Peter Parker yang kurang culun, ada beberapa "WTF moment", seperti ketika saat Spidey menerima telepon dari Gwen saat mengenakan kostum Spider-Man dan di dalam terowongan, tanpa membawa tas. Hei spidey, dimana kamu menyimpan HP kamu di kostum yang superketat itu? Hehe..

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

 

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

Reyner

Keseluruhan, film reboot Spider-Man ini betul-betul menarik. Mulai dari aksi, tampilan animasi, hingga desain kostum dan musuh (Lizardman) yang memukau. Memang Spider-Man selama ini identik dengan Tobey McGuire, tapi Andrew Garfield bisa menghidupkan karakter Peter Parker dengan caranya sendiri. Berkesan lebih kocak, lebih slengekan, yang mungkin lebih berkesan "Spidey banget" hehe. Sayang tampilan Andrew di sini kurang "nerd" seperti halnya Tobey dulu, tapi toh karena merupakan sebuah reboot, hal seperti itu bisa dimaklumi.

Friday Night Movie Review: The Amazing Spider-Man

Satu kelebihan sekaligus kekurangan di film ini, yakni tampilan saat Spider-Man beraksi bergantungan dengan sudut pandang orang pertama. Apalagi ketika menonton versi 3D-nya, benar-benar terasa seperti bergelantungan! Tapiiii, porsinya sedikit sekali, saya merasa kurang puas sehingga tidak bisa terlalu menikmati aksi sebagai Spider-Man dengan durasi yang cukup lama. Seandainya bisa lebih lama, pasti akan lebih menarik. Terlepas dari itu, film ini sayang deh untuk dilewatkan!

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU