Review Insidious Chapter 3: Penuh Horor Kagetan!
Apakah film ini bisa memuaskan fans horor? Simak reviewnya untuk tahu jawabannya!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Belum lama It Follows tayang di Indonesia, fans horor sudah kembali disuguhi film lain. Kali ini yang hadir adalah lanjutan dari seri populer: Insidious. Simak review Insidious Chapter 3 ini untuk melihat apakah filmnya cocok untuk kamu!
Protagonis utama film ini, Quinn Brenner, merasa sangat kehilangan ibunya yang telah tiada. Tak heran, karena ia sulit nyambung dengan ayahnya yang sibuk dan adiknya tidak terlihat menaruh respek terhadap dirinya. Ia mencoba meminta bantuan cenayang Elise Rainier, yang fans seri ini mungkin sudah kenal di Insidious dan Insidious 2, namun ia tak memperoleh hasil yang ia inginkan. Elise memperingatkan Quinn untuk tidak lagi mencoba mengontak ibunya sendiri.
Apakah Quinn patuh? Yah, kalau dia mematuhinya mungkin plot film ini tidak akan terjadi. Alih-alih menghubungi ibunya, tampaknya upaya Quinn justru menghubungi entitas lain, yang jauh lebih jahat dan berbahaya. Mampukah keluarga Brenner menangani persoalan ini?
Seperti yang bisa kamu baca di judul review Insidious Chapter 3 ini, film ini mengandalkan horor kagetan. Sama seperti dua judul sebelumnya, tim produksi masih mengandalkan formula mereka yang berhasil meneror penonton. Setiap horor kagetan dibangun dengan baik, tidak semuanya sekonyong-konyong muncul. Setiap adegan kejutan ini pun disusun sedemikian rupa untuk membangun plot, bukan sekedar kagetan mendadak untuk mencengkeram minat penonton.
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/05/28/review-it-follows-horror/" title="Review It Follows: Film Unik Buat Penggemar Genre Horror!"]
Fans yang suka dengan jenis horor begini mungkin tak akan keberatan. Tapi bagaimana dengan fans yang lebih suka dengan pembangunan tensi yang lebih subtil, seperti Silent Hill 2 (versi game tentu saja) atau Lake Mungo? Mungkin film seperti It Follows akan lebih cocok untuk kamu.
Tapi, untuk ditonton rame-rame di akhir pekan bersama teman, Insidious Chapter 3 jelas sangat mumpuni. Fans Insidious mungkin sudah mulai terbiasa dengan pola horor dan kejutan yang ditampilkan di film ini, namun ketegangan yang disajikan masih mampu mencekammu. Setelah terror yang Quinn terima memburuk, kamu-kamu yang penakut mungkin akan berusaha tidak mengamati latar belakang, takut-takut menemukan “kejutan” yang disiapkan tim produksi.
Unsur hiburan Insidious Chapter 3 juga cukup kental. Selain horor, film ini tidak takut menyelipkan beberapa humor, bahkan di pertiga akhir. Kecuali kamu adalah pakar horor yang sudah jenuh dengan genre ini, minimal kamu tidak akan merasa bosan menyaksikan film ini.
Desain hantu yang disajikan di sini pun cukup mencekam, walau para arwah ini jauh lebih efektif sebagai sosok kagetan yang jarang muncul. Semakin sering mereka muncul, penonton bisa mulai terbiasa, berhenti merasa takut, dan mungkin lebih mengantisipasi horor kagetannya ketimbang kemunculan arwah jahatnya sendiri.
Jangan terintimidasi dengan Chapter 3 di judul film. Karena bersifat sebagai prekuel, penonton baru bisa langsung duduk dan menonton tanpa terganggu. Para penonton baru mungkin hanya akan baru berkenalan dengan karakter-karakter dari pendahulu film ini, yakni Elise, Specs, Tucker, serta beberapa hantu familiar.
Kesimpulan review Insidious Chapter 3 ini? Meski tidak sempurna, film ini tetap cocok untuk disaksikan di bioskop oleh fans horor, terutama yang menyukai dua film Insidious sebelumnya.
[youtube_embed id="3HxEXnVSr1w"]