Review Titanic 25th Anniversary, Tenggelam Bersama dengan Teknologi 3D
Titanic merayakan 25 tahun hari jadinya dengan 3D 4K HDR
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
1997 merupakan tahun yang bersejarah bagi Hollywood. Pada tahun tersebut, James Cameron merilis Titanic. Sebuah film yang memenangkan banyak penghargaan Academy Awards, dan sampai saat ini masih bertengger di posisi ketiga sebagai film dengan pendapatan terbesar di dunia.
Kebetulan pada tahun 2023 ini Titanic merayakan peluncurannya yang ke 25 tahun dan kami mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan film tersebut sekali lagi.
1. Format 3D 4K HDR
Titanic 25th Anniversary mengusung format 3D 4K HDR. Format tersebut menjadikan film ini menampilkan lebih banyak detail ketimbang format aslinya yang diputar di bioskop-bioskop Indonesia di tahun 1997.
Sebenarnya kami sudah pernah melihat Titanic dengan detail yang lumayan tinggi melalui teknologi HD DVD yang ada di XBOX 360. Film Titanic yang tersemat di dalam konsol tersebut hadir dalam resolusi 1080p, lengkap dengan berbagai dokumentasi dan adegan behind the scene.
Menyaksikan Titanic secara langsung dengan HDTV 1080p merupakan salah satu keajaiban yang sulit untuk dilupakan. Peralihan resolusi dari 480i ke 1080p membuat mata kami jadi sangat paham dengan efek resolusi terhadap kualitas gambar. Intinya adalah, resolusi 1080p tersebut menghadirkan berbagai detail yang selama ini belum pernah kami lihat di layar lebar.
Pada Titanic 25th Anniversary yang hadir di bioskop Indonesia, kami menemukan lagi berbagai koreksi warna yang timbul karena HDR, dan detail yang lebih tajam karena peningkatan resolusi film ke 4K.
Selain itu kami juga sangat menikmati konversi 3D yang dilakukan oleh Cameron untuk Titanic. Tidak terlalu berlebihan, tapi tetap mempertahankan "wow factor" dari sebuah film 3D.
Baca Juga: 10 Film Bioskop Februari 2023, Ada Ant-Man dan Titanic!
2. Proses digitalisasi Titanic
Menilai kualitas visual dari Titanic 25th Anniversary, tidak lengkap rasanya tanpa membahas proses yang berlangsung di belakangnya.
Proses konversi film Titanic 25th Anniversary dimulai dengan pemindaian master digital 4K asli dari negatif 35mm asli, yang menghilangkan semua ketidaksempurnaan visual. Itu saja sudah menarik bagi para pembuat film. “Jika Anda menonton master dalam 2D, itu masih terlihat lebih menakjubkan, menurut saya, daripada yang dirilis pada tahun 1997,” catat Cameron.
Proses ini lalu berlanjut menjadi projek yang membutuhkan waktu bertahun-tahun, di mana sekitar 300 seniman komputer menghabiskan lebih dari 750.000 jam kerja untuk "memahat" fotografi asli menjadi informasi digital 3 dimensi yang penuh kedalaman dan detail. Mulai dari hari ini, para penggemar sekarang dapat menikmati hasil 3D film “Titanic” yang luar biasa di bioskop-bioskop.
3. Film yang aging dengan menarik
Ketika Titanic hadir di bioskop pada 19 Desember 1997, film tersebut menjadi fenomena budaya sejati, momen paling ikoniknya terukir dalam imajinasi populer.
Kapal Titanic, menjadi simbol bagaimana konflik dan bahaya tidak pernah berhenti, begitu pula keberanian dan harapan manusia. Itulah juga keindahan dari hubungan Jack dan Rose, yang tidak dapat dihancurkan oleh konvensi sosial maupun kekuatan alam. Film ini juga meluncurkan Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet sebagai bintang terkemuka di Hollywood.
Sayangnya setelah kami menyaksikan film ini sekali lagi, kami menemukan kalau beberapa dialog terasa terlalu tua dan aging dengan tidak pas. Mungkin ini merupakan efek tidak langsung dari pergeseran budaya secara global. Di luar masalah dialog ini, film Titanic itu aging dengan luar biasa baik. Seperti sebotol Port Wine yang disimpan selama 25 tahun lamanya. Manis dengan cita rasa (emosi) yang kompleks.
Demikian komentar kami soal Titanic 25th Anniversary.
Gimana menurutmu? Sampaikan di kolom komentar!
Baca Juga: Review Babylon, Curhatan Hollywood Melalui Brad Pitt dan Margott Robie