Review KKN di Desa Penari, Sajian Horor Tanpa Penceritaan yang Kuat
Apa jadinya jika tempat kamu KKN adalah wilayah para demit?
GENRE: Horror
ACTORS: Aghniny Haque, Aulia Sarah, Adinda Thomas
DIRECTOR: Awi Suryadi
RELEASE DATE: 30 April 2022
RATING: 3.5/5
Setelah dua tahun mengalami penundaan penayangan, akhirnya film KKN di Desa Penari dirilis di bioskop-bioskop.
Film ini merupakan adaptasi dari kisah horor viral yang diceritakan seorang warganet Twitter bernama SimpleMan pada tahun 2019. Ceritanya sendiri berpusat pada para mahasiswa yang harus menghadapi teror dari para makhluk gaib saat mereka mengadakan kegiatan KKN di sebuah desa terpencil.
Apakah film ini layak untuk kamu tonton? Simak ulasannya berikut ini!
Baca Juga: Review The Unbearable Weight of Massive Talent, Kembalinya Nick Cage
1. Tersedia dalam versi Cut dan Uncut
Bisa dibilang ini merupakan hal yang baru dalam dunia perfilman di mana sebuah film dirilis dalam bentuk cut dan uncut pada waktu bersamaan.
Versi cut sendiri merupakan film yang sudah mendapat pemotongan adegan sedemikian rupa sehingga aman untuk ditonton. Rating-nya sendiri dikhususkan untuk remaja.
Sedangkan uncut adalah film yang tak mendapat pemotongan adegan sama sekali sehingga mendapat rating untuk dewasa dan otomatis durasinya pun jadi jauh lebih panjang.
Baik versi cut dan uncut sendiri tidak akan mempengaruhi alur cerita. Namun jika kamu pengen merasakan nuansa seram yang dibawakan SimpleMan dalam thread Twitter-nya, kamu bisa memilih versi uncut.
2. Terkesan hanya mengikuti alur dari thread aslinya
Kesan pertama yang didapat dalam film ini adalah penceritaannya terlalu dipaksa mengikuti media asli yang menjadi adaptasi filmnya.
Sepanjang penayangannya, banyak dialog yang pernah ditulis dalam thread Twitter-nya kembali terdengar dalam film ini. Pergantian adegan satu ke adegan lain juga terkesan mendadak dan tak terasa adanya benang merah yang menghubungkan keduanya.
Ditambah lagi, kurangnya pengenalan para karakter juga membuat pengembangan ceritanya terasa lemah. Padahal hal itu dibutuhkan para penonton sebagai acuan untuk menikmati jalannya alur film tersebut.
Akan lebih baik, jika cerita KKN di Desa Penari mendapat olahan lebih lanjut termasuk ke detail watak para karakternya sehingga kita tahu bagaimana cerita ini mengalir tanpa harus membaca thread milik SimpleMan.
3. Serangan horor yang bahkan tak membiarkan penonton untuk istirahat
Selain penceritaan yang terlalu mengikuti media asli cerita horornya, film ini memiliki kekurangan di bagian penyajiannya yang terlalu menonjolkan sisi horornya.
Bayangkan saja, setiap karakter dalam film tersebut selalu mendapat kejutan horor dari para makhluk gaib tanpa jeda sama sekali. Salah satunya adalah saat Nur dan Widya yang mendapat teror secara bergantian dalam durasi yang cukup lama.
Adegan satu ini berlangsung tidak hanya satu kali, melainkan sampai beberapa kali mulai dari saat hendak mandi sampai waktu tidur.
Yang membuatnya cukup seru sendiri sih adalah bagaimana kita diperlihatkan bagaimana kacaunya suasana akibat perbedaan persepsi dari masing-masing tokoh saat menghadapi teror tersebut.
4. Meskipun demikian, film ini memiliki kekuatan di penggambaran latar dan dialog yang memperkuat nuansa lokalnya
Terlepas dari lemahnya penceritaan dan sajian horor yang overdosis, film ini perlu diberi jempol untuk masalah sajian latar tempat dan detail yang menguatkan nuansa horor yang menyelimuti.
Sesajen yang diletakkan di berbagai titik di desa, penggambaran desa yang memang terkesan sangat terpencil, dan berbagai tampilan bangunan bernuansa kuno berhasil membangun nuansa angker yang khas.
Ditambah lagi dialek-dialek khas Jawa Timur yang keluar selama interaksi antar para tokohnya juga mempertegas suasana lokal yang diusung sepanjang ceritanya berlangsung.
Jangan lupa, berterima kasihlah pada karakter Wahyu yang menjadi MVP dalam soal memecah suasana hambar dalam film ini dengan tingkah kocaknya yang tepat sasaran tapi terkadang juga bisa merusak ketegangan yang tengah dibangun.
5. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada poin-poin di atas, film ini masih layak buat kamu tonton jika sekedar hanya ingin menikmati nuansa khas provinsi Jawa Timur mulai dari penampakan alamnya, nuansa desanya yang misterius atau dialog-dialog khas daerah tersebut.
Namun sayangnya, kamu harus bersiap karena nanti akan ada gelombang invasi horor dari para makhluk halus yang akan terus terjadi tanpa membiarkan kamu mengambil istirahat sejenak.
Selain itu, jika ingin mendapatkan sajian cerita dengan alur yang solid dan karakter yang jelas, kamu harus mempertimbangkan lagi sebelum menonton film ini, mengingat film ini merupakan adaptasi dari cerita horor viral dari media sosial yang harusnya perlu dimatangkan lagi dalam produksinya.
Bagaimana pendapat kamu tentang film ini? Jangan lupa tulis di kolom komentar, yah!
Diterbitkan pertama 01 Mei 2022, diterbitkan kembali 17 Agustus 2024.
Baca Juga: Review Morbius, Usaha Sony untuk Memperluas Jagat Spider-Man