5 Hal yang Bikin Jake Schreier Cocok Jadi Sutradara X-Men MCU!

- Sorotan Schreier terhadap isu kesehatan mental di Thunderbolts bisa diterjemahkan sempurna ke X-Men, cocok untuk menyampaikan pesan emosional tentang perjuangan manusia.
- Kemampuan Schreier dalam menyajikan banyak karakter bisa berguna untuk X-Men, mampu menangani kelompok karakter kompleks dengan dinamika yang hidup.
- Schreier mampu menyajikan humor tanpa mengorbankan kedalaman emosi, juga tahu kapan membiarkan momen bernapas tanpa komedi, sesuai untuk menyajikan film X-Men yang matang secara emosional.
Hari ini, 19 Juni 2025, Variety melaporkan bahwa Jake Schreier (sutradara di balik Thunderbolts*) resmi ditunjuk sebagai sutradara film X-Men versi Marvel Cinematic Universe.
Rumor soal keterlibatan Schreier sebenarnya sudah beredar sejak Mei lalu, saat ia dikabarkan tengah dalam tahap pembicaraan awal. Namun kini, kabar tersebut akhirnya dikonfirmasi: Schreier benar-benar akan mengarahkan debut para mutan ikonik ini di bawah bendera Marvel Studios.
Lantas, apa yang membuat Jake Schreier pilihan yang tepat untuk menyutradarai X-Men di MCU? Berikut ulasannya!
1. Sorotan Schreier terhadap isu kesehatan mental di Thunderbolts bisa diterjemahkan sempurna ke X-Men

Salah satu kekuatan paling menonjol dalam Thunderbolts* adalah bagaimana Jake Schreier menangani isu kesehatan mental secara sensitif dan mendalam.
Yelena digambarkan masih berjuang dengan rasa kesepian dan depresi, sementara Bob Reynolds alias Sentry dihantui oleh trauma masa lalu dan luka batin yang dalam. Lalu pada momen klimaks film ketika rekan-rekan Thunderbolts membantunya menghadapi Void (sisi gelap dari dirinya sendiri) bukan hanya aksi superheroik, tapi juga metafora kuat tentang menghadapi kegelapan batin dengan dukungan orang lain. Sebuah pesan emosional yang memang patut disampaikan: “Kamu tidak sendirian.”
Ini adalah jenis pendekatan yang sangat cocok untuk X-Men. Para mutan dalam cerita-cerita X-Men kerap digambarkan sebagai sosok yang terpinggirkan, dibenci, dan ditakuti hanya karena mereka berbeda. Mereka bergulat dengan identitas, penolakan, dan rasa tidak diterima oleh dunia.
Jika Jake Schreier diberi ruang untuk menggali tema-tema ini dengan kedalaman yang sama seperti di Thunderbolts*, maka X-Men versi MCU berpotensi menjadi lebih dari sekadar film superhero, namun bisa menjadi kisah menyentuh tentang perjuangan manusia untuk menemukan tempat di dunia yang menolak mereka.
Bahkan Thunderbolts* pun di beberapa aspek sudah terasa bukan film superhero biasa.
2. Kemampuan Schreier dalam menyajikan banyak karakter bisa berguna untuk X-Men

Sejak awal kemunculannya di komik, X-Men selalu tentang tim. Bahkan di edisi pertama pun, mereka sudah hadir sebagai kelompok: Marvel Girl, Angel, Beast, Iceman, dan Cyclops di bawah bimbingan Professor X. Dinamika antar anggota tim (kerja sama, konflik, hingga ikatan emosional) adalah inti dari kisah mereka.
Jake Schreier telah membuktikan bahwa ia mampu menangani kelompok karakter yang kompleks lewat Thunderbolts*. Hampir seluruh anggota tim mendapatkan porsi narasi yang seimbang dan berarti. Yelena, Bob (Sentry), John Walker, Ghost, dan Red Guardian tampil dengan kepribadian dan dinamika yang hidup. Interaksi mereka terasa natural, bahkan menyentuh, tanpa kehilangan ketegangan atau sisi humor yang manusiawi.
Memang ada dua karakter yang porsinya lebih terbatas, Taskmaster yang mati terlalu cepat, dan Bucky yang kadang terasa sebagai tempelan saja sosoknya. Namun selebihnya, Schreier mampu meramu perkembangan karakter, dialog, dan relasi tim dengan presisi yang jarang terlihat di film ensemble MCU.
Dengan kemampuan seperti ini, Schreier punya modal kuat untuk menghadirkan X-Men sebagai tim yang hidup, bukan sekadar sekumpulan individu berkekuatan super. Ia bisa menyorot ketegangan internal, loyalitas, dan pertumbuhan karakter dalam satu kelompok tanpa kehilangan fokus pada masing-masing peran.
Jika diberikan kebebasan kreatif yang cukup, Schreier dapat menyajikan dinamika tim X-Men yang kompleks dan emosional dengan keaslian yang menyentuh, sesuatu yang memang dibutuhkan untuk adaptasi mutan paling ikonik ini.
3. Schreier mampu menyajikan humor, tapi juga tahu kapan membiarkan momen bernapas tanpa komedi

Salah satu keluhan umum terhadap film-film MCU adalah kecenderungan untuk menyisipkan humor di saat yang tidak tepat. Skenario umum: dua karakter tengah berbicara serius, saling membuka luka batin, namun tiba-tiba muncul interupsi atau celetukan dari karakter lain yang merusak intensitas emosinya.
Jake Schreier, saat menangani Thunderbolts*, membuktikan bahwa ia mampu menyajikan humor yang tepat sasaran tanpa mengorbankan kedalaman emosi. Ia tidak alergi komedi, Thunderbolts* tetap punya banyak momen lucu yang terasa natural, namun ia juga tahu kapan harus diam dan membiarkan drama bernapas.
Contoh paling mencolok adalah ketika Yelena mencurahkan perasaan kesepiannya kepada ayah angkatnya, Red Guardian. Tidak ada interupsi, tidak ada karakter yang tiba-tiba melontarkan candaan. Momen itu dibiarkan mengalir, menyentuh, memberi ruang bagi emosi penonton untuk benar-benar merasakannya.
Jika pendekatan ini diterapkan ke X-Men, maka Schreier berpotensi menghadirkan film yang masih memiliki elemen komedi khas MCU, namun tidak menghindar dari tema-tema berat seperti penerimaan diri, diskriminasi, dan kehilangan. Dengan kata lain, ia bisa menciptakan X-Men yang matang secara emosional, namun tetap menghibur, sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kisah mutant dalam bentuk terbaiknya.
4. Pendekatan efek praktis

Di saat banyak film Marvel modern terlalu bergantung pada efek visual dan green screen, Thunderbolts tampil beda. Jake Schreier justru memilih pendekatan yang lebih membumi, mengandalkan efek praktis untuk menciptakan aksi yang terasa nyata dan penuh intensitas.
Salah satu contohnya adalah adegan awal yang ikonik: Yelena Belova melompat dari gedung Merdeka 118 di Malaysia, sebuah aksi nyata yang dilakukan dengan stunt praktis. Hasilnya? Adegannya terasa nyata, memiliki bobot.
Memang, X-Men akan menuntut penggunaan efek visual yang lebih besar mengingat karakter seperti Storm, Cyclops, Magneto, atau Jean Grey memiliki kekuatan yang jauh lebih fantastis dibanding mayoritas anggota Thunderbolts* yang relatif grounded. (Mayoritas Thunderbolts* itu super soldier). Namun kekuatan Schreier justru terletak pada keseimbangan: ia tahu kapan menggunakan efek digital, dan kapan membiarkan aksi fisik berbicara.
Jika pendekatan ini dipertahankan, Schreier bisa menghadirkan X-Men dengan aksi yang tetap terasa nyata dan memiliki bobot fisik, bukan hanya sekadar ledakan efek cahaya dan pertarungan CGI. Hasil akhirnya bisa jadi sesuatu yang segar!
5. Schreier juga bisa menyajikan kekuatan fantastis

Ketika akhirnya Sentry melepas kekuatan penuhnya di Thunderbolts*, Jake Schreier tidak setengah-setengah. Ia menampilkan kekuatan luar biasa sang superhero dengan skala dan intensitas yang mendekati versi komiknya.
Tubuh Sentry digambarkan kebal terhadap serangan gabungan semua anggota Thunderbolts, kekuatan fisiknya luar biasa, dan kemampuan energi serta terbangnya ditampilkan dengan visual yang meyakinkan, menjadikannya ancaman yang benar-benar terasa. Belum lagi kemunculan Void, sisi gelap dari Sentry, yang mampu menyelimuti New York dalam kegelapan dan menjebak orang-orang dalam mimpi buruk serta trauma pribadi mereka.
Semua ini menunjukkan bahwa ketika harus menyajikan kekuatan super yang besar, fantastis, dan memukau, Schreier mampu mengeksekusinya dengan cemerlang, tanpa kehilangan konteks emosional dan bobot naratifnya.
Pendekatan inilah yang sangat dibutuhkan di X-Men, di mana setiap mutant punya kekuatan unik: dari manipulasi cuaca, telepati, hingga perubahan bentuk. Baik para pahlawan maupun villain dalam dunia X-Men membutuhkan penggambaran kekuatan yang tidak hanya keren secara visual, tetapi juga punya dampak emosional dan cerita yang kuat. Schreier terbukti mampu menyajikan keduanya.
Itulah lima alasan kenapa Jake Schreier adalah pilihan yang sangat menjanjikan untuk menyutradarai X-Men versi MCU.
Bagaimana menurutmu? Apakah kamu setuju dengan pilihan ini? Yuk, bagikan pendapatmu di kolom komentar!