5 Hal yang Beda dari Thunderbolts* Dibanding Film Marvel Lain!

- Thunderbolts* menggunakan pendekatan efek praktis daripada CGI berlebihan, memberikan nuansa aksi yang lebih nyata dan intens.
- Film ini menyoroti isu kesehatan mental pada setiap anggota timnya, memberi kedalaman karakter dan dinamika tim yang lebih manusiawi.
- Komedinya terasa lebih terkendali dan tahu batas, dengan fokus pada momen emosional tanpa intervensi komedi berlebihan.
“Do something different with this one.”
Kalimat itu diucapkan oleh Kevin Feige kepada Jake Schreier, sutradara Thunderbolts*, seperti dikutip dari Marvel.com.
Dan jika kamu sudah menonton filmnya, mungkin kamu juga merasakannya. Ada sesuatu yang terasa beda dari film ini dibanding film-film Marvel sebelumnya.
Berikut lima hal yang membuat Thunderbolts* tampil berbeda di antara deretan film MCU lainnya!
1. Kembali ke pendekatan efek praktis
Saat ini, film-film Marvel sering mendapat cap sebagai tontonan penuh CGI. Penuh efek visual dan latar digital yang terkadang terasa terlalu mengkilap. Untuk film macam Ant-Man and the Wasp: Quantumania, bahkan efeknya pun kadang terasa buruk.
Tapi Thunderbolts* tampil beda.
Alih-alih mengandalkan CGI berlebihan, film ini justru mengingatkan kita pada Captain America: The Winter Soldier, salah satu film MCU yang paling mengedepankan aksi dengan efek praktis.
Contohnya? Adegan ikonik saat Yelena melompat dari gedung bukan sekadar trik digital. Itu benar-benar dilakukan dengan efek praktis, di lokasi nyata: gedung Merdeka 118 di Malaysia.
Pendekatan ini memberikan nuansa raw dan membumi pada adegan aksi Thunderbolts, membuat pertarungan terasa lebih nyata, intens, dan penuh ketegangan fisik, sesuatu yang mulai langka di era blockbuster penuh CGI.
2. Sorotan pada mental health

Thunderbolts tayang di Amerika Serikat pada 2 Mei 2025, yang kebetulan bertepatan dengan Mental Health Awareness Month, bulan yang dikhususkan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental.
Inilah alasan mengapa fokus film ini pada isu kesehatan mental terasa sangat relevan dan penting.
Setiap anggota Thunderbolts* membawa beban emosional dan trauma mereka sendiri.
Namun yang paling dapat sorotan adalah Yelena dan Bob.
Yelena berjuang dengan kesepian dan perasaan depresi yang mendalam, merasa kosong dan terasing. Sementara itu, Bob membawa trauma masa kecil yang kelam, yang terus menghantuinya dan mempengaruhi cara dia berinteraksi dengan dunia sekitar.
Penyertaan tema kesehatan mental ini tidak hanya memberi kedalaman pada karakter-karakter ini, tetapi juga menyoroti bagaimana perjuangan batin mereka memengaruhi interaksi mereka satu sama lain, menciptakan dinamika tim yang lebih manusiawi dan terasa lebih autentik.
3. Tetap lucu tapi komedinya terasa lebih tahu kapan harus berhenti

Film-film Marvel memang identik dengan humor. Namun, dalam beberapa film terakhir seperti Thor: Love and Thunder, ada tren yang agak mengganggu, di mana humor terasa berlebihan dan tidak tahu kapan harus berhenti, bahkan di momen-momen yang sebenarnya lebih efektif jika dibiarkan serius.
Lalu, bagaimana dengan Thunderbolts*? Apakah film ini juga masih penuh dengan humor?
Tentu saja, Thunderbolts* tetap menyajikan banyak adegan lucu. Namun, komedinya terasa lebih terkendali dan tahu batas. Mungkin karena dalam tim ini, yang benar-benar "pelawak" adalah Red Guardian, sementara Bob sering kali memberikan humor canggung. Anggota lainnya cenderung mengandalkan komentar sinis atau sarkasme untuk memberi warna humor dalam interaksi mereka.
Salah satu momen yang menonjol adalah ketika Yelena mengungkapkan kepada Red Guardian bahwa dia merasa kesepian. Red Guardian, yang memang memiliki peran sebagai comic relief dalam film ini, bisa saja merespons dengan kata-kata yang tidak tepat atau mencoba membuat penonton tertawa dengan cara yang tidak sensitif. Namun, alih-alih meremehkan, dia merespons dengan cara yang lebih hangat, seperti seorang ayah yang berusaha sebaik mungkin menghadapi penderitaan batin anaknya.
Momen tersebut sangat berisiko untuk dirusak oleh humor yang tidak pada tempatnya. Namun, film ini berhasil menjaga keteguhan emosi, membiarkan momen itu tetap mengena tanpa intervensi komedi yang berlebihan.
Dari sisi ini, saya merasa humor dalam Thunderbolts* memang memiliki pendekatan yang berbeda dibandingkan film MCU kebanyakan. Lebih bijaksana, lebih peka, dan lebih tahu kapan momen harus diserahkan pada emosi dan bukan sekadar tertawa.
4. Cerita yang membumi

Mungkin cukup ajaib, film dimana ancaman terbesarnya adalah sosok mirip Superman dan mampu menciptakan wilayah kegelapan yang mengirim orang untuk tersiksa oleh trauma dan penyesalan mereka dapat dikatakan "membumi."
Namun, meskipun latar belakangnya berhubungan dengan ancaman level Superman, Thunderbolts* berhasil menciptakan cerita yang terasa sangat membumi.
Salah satu hal yang membuatnya berbeda adalah pendekatannya yang lebih grounded. Tidak ada elemen kosmik atau multiverse yang mendominasi, kecuali sekadar sebagai petunjuk dalam adegan post-credits. Ini menjadikan Thunderbolts* terasa lebih terhubung dengan dunia nyata, meskipun ancaman yang dihadapi jauh dari biasa.
Pendekatan film ini terhadap tema kesehatan mental sangat berperan dalam menciptakan nuansa yang lebih realistis. Ditambah dengan penggunaan efek praktis untuk sebagian besar adegan aksi, Thunderbolts* lebih terasa dekat dengan penonton. Semua ini menambah kedalaman emosional yang jarang kita temui dalam film-film MCU modern yang sering kali dibanjiri dengan efek visual yang bombastis.
Hasilnya, meski memiliki elemen besar yang berhubungan dengan superhero, Thunderbolts tetap mampu membawa kisahnya ke tingkat yang lebih manusiawi dan mudah dipahami, menjadikannya lebih relatable bagi audiens.
5. Para tokoh utamanya yang bermasalah

Hampir semua tokoh utama Thunderbolts* memiliki latar belakang sebagai villain atau anti-hero di film atau serial Marvel sebelumnya. Hanya Red Guardian yang tidak.
Bahkan Bob pun kemudian jadi antagonis di film ini!
Sebelum Bucky bergabung dengan mereka, Thunderbolts benar-benar dihuni oleh sekumpulan individu yang penuh dengan kekacauan, penyesalan, atau masalah lain. Sosok-sosok yang tidak ragu untuk membunuh demi mencapai tujuan mereka. Yelena, misalnya, sama sekali tidak melihat dirinya sebagai seorang pahlawan.
Jika kita melihat tim yang penuh dengan individu "kacau", mungkin Guardians of the Galaxy bisa dianggap sebagai perbandingan terdekat. Namun, meskipun keduanya memiliki dinamika yang unik dan penuh warna, Thunderbolts terasa lebih kelam dan bermasalah dalam banyak aspek dibandingkan dengan Guardians. Tim ini tidak hanya berurusan dengan konflik eksternal, tetapi juga dengan trauma dan ketegangan internal yang lebih berat, memberi nuansa yang jauh lebih serius dan gelap.
Nah itu lima hal yang beda dari film Thunderbolts* dibanding film Marvel lain.
Menurutmu gimana? Sampaikan di kolom komentar!