Review Bad Black: Film Aksi Low Budget Dari Uganda
Film kedua Wakaliwood Uganda yang rilis gratis di Youtube
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Who Killed Captain Alex sempat jadi film fenomenal di Youtube. Bayangkan, sebuah film aksi kolosal dengan puluhan karakter yang beraksi di satu adegan, dibuat dengan budget kurang dari 2 juta Rupiah dan diedit di komputer butut di perkampungan Uganda. Who Killed Captain Alex mencuri perhatian netizen luar negeri berkat kegigihan para krunya dalam menciptakan film aksi sekelas Hollywood dengan peralatan seadanya.
Sutradara Nabwana IGG dari Ramon Film Productions di Wakaliwood Uganda merupakan seorang pecinta film dan ia telah memproduksi berbagai film secara independen. Kebanyakan tidak beredar hingga luar negeri, namun beberapa yang memang bisa didapatkan oleh masyarakat luar merupakan salah satu karya terbaiknya. Kini, Wakaliwood merilis satu lagi film mereka ke luar negeri yaitu Bad Black. Bagaimana film ini jika dibandingkan dengan Who Killed Captain Alex?
1. Balas dendam anak yatim
Bad Black berkisah tentang seorang ketua geng terbesar di Kampala yang hanya dipanggil sebagai Bad Black (Nalwanga Gloria). Di masa lalu, Bad Black adalah anak yatim yang dipaksa menggelandang oleh sindikat perdagangan anak yang dikepalai mantan komando tentara Uganda. Ia juga pernah disiksa oleh miliuner bernama Hirigi (Bisaso Dauda) karena sebuah kesalahan sepele.
Tumbuh besar, Bad Black yang kini memimpin pasukan anak yatim berencana membalas dendam pada Hirigi serta para komando. Ia tidak sengaja berpapasan dengan Alan Ssali (Alan Ssali Hofmanis), seorang dokter Amerika yang tengah bertugas di Uganda. Menyadari kalung dog tag milik Alan, Bad Black mengira Alan sebagai komando dan memutuskan untuk membuatnya sengsara. Setelah Bad Black mencuri uang dan paspornya, Alan mendapatkan latihan kung fu dari asistennya Wesley Snipes (Kasule Rolean).
Saat Bad Black dan sindikatnya menjalankan rencana balas dendam pada Hirigi, Alan membuat kerusuhan di pelosok desa di Kampala untuk mencari keberadaan Bad Black. Akankah mereka bertemu kembali?
2. Realita kehidupan di Uganda
Berbeda dengan Who Killed Captain Alex, Bad Black punya cerita yang terasa lebih lengkap dan koheren. Adegan aksi yang tampil bukan sekedar adegan aksi tanpa motif yang jelas. Misalnya Bad Black yang memilih untuk membunuh ketua sindikat karena insting bertahan hidupnya, atau Alan yang mengobrak-abrik desa untuk mencari harta-hartanya yang dicuri Bad Black.
Setiap karakter penting mendapatkan perkembangan karakter, baik itu Bad Black, Alan, hingga tokoh-tokoh lainnya. Mereka punya konflik dan motivasi yang membuat karakternya lebih humanis. Pengembangan plotnya pun cukup menarik meskipun terasa belum sempurna, lebay ala sinetron, hingga menyisakan beberapa pertanyaan yang tidak terjawab.
Bad Black juga seakan ingin menceritakan keadaan di Uganda di mana kemiskinan merajalela dan terdapat segregasi antara kalangan kaya dan miskin. Hal itu berhasil ditangkap dengan baik dari sudut pandang Bad Black yang merasakan semua itu sejak masa kecilnya.
Baca Juga: Di Indonesia, 5 Film Hari Natal Ini Paling Sering Diputar!
3. Drama lebih banyak, tapi aksi lebih greget
Meskipun Bad Black lebih fokus ke drama karakternya, adegan aksi tidak dilupakan begitu saja. Sebagai salah satu kelebihan dari film-film Wakaliwood, Bad Black punya adegan aksi yang lebih keras. Setiap adegan memiliki beban emosional serta intensitas yang hebat sehingga dalam setiap aksinya ada sebuah misi yang harus dicapai, serta resiko yang harus dihindari.
Arahan aksi dan CG dibuat lebih ground to earth sehingga terlihat jauh lebih realistis. Satu-satunya adegan yang menggunakan CG adalah adegan kejar-kejaran mobil. Sementara itu aksi pun lebih didominasi adegan tarung kung fu meskipun tembak-tembakan juga masih bisa ditemukan.
4. Budget minimal, aksi maksimal
Bad Black jadi peningkatan besar dari Who Killed Captain Alex. Bad Black memberikan sebuah tujuan dalam setiap adegan aksinya. Ada beban emosional yang menjadikan aksi setiap karakter beralasan dan nggak sekedar aksi random saja.
Film ini memang tidak sempurna. Tentu saja karena film ini diproduksi di negara ketiga dengan dana terbatas, alat seadanya, serta diedit di komputer berusia 10 tahun. Namun apa yang dilakukan oleh sutradara Nabwana IGG dengan segala keterbatasannya sudah sangat mengagumkan. Tentunya hal ini bisa menjadi tamparan bahwa film berbudget besar bukan selalu berarti jaminan mutu.
Kamu bisa menonton Bad Black secara resmi lewat video di atas. Mereka juga memberikan link download/torrent gratis jika kamu ingin menonton filmnya dengan subtitle dalam 40 bahasa, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Recommended! Ini Top 5 Film Terbaik Tahun 2019 Versi Hideo Kojima!