Review Rurouni Kenshin: The Final: Adaptasi Menarik Alur Jinchuu!
Kenshin melawan musuh yang punya dendam terhadap dia
GENRE: Adaptation
ACTORS: Takeru Satoh, Mackenyu, Emi Takei
DIRECTOR: Keishi Ohtomo
RELEASE DATE: 23 April 2021
RATING: 4/5
Rurouni Kenshin: The Final rilis di Netflix Indonesia mulai hari ini. (18/6/2021).
Apakah filmnya bagus? Ini review versi saya!
1. Sinopsis Rurouni Kenshin: The Final
Di awal film, Kenshin Himura, Kaoru Kamiya, dan yang lain hidup dengan tenang.
Namun datang ancaman baru. Ada Enishi Yukishiro, sosok dari masa lalu Kenshin yang bukan hanya ingin mengincar Kenshin, melainkan semua orang yang dekat dengan Kenshin.
Didukung oleh orang-orang tangguh, Enishi pun mengincar beberapa pihak yang kenal dengan Kenshin.
Sanggupkah Kenshin mengatasi ancaman ini?
Baca Juga: Rurouni Kenshin: The Final Sudah Bisa Kamu Tonton di Netflix Indonesia
2. Adaptasi yang menarik dari alur Jinchuu
Kalau kamu membaca versi manga, kamu mungkin sadar kalau sinopsis Rurouni Kenshin: The Final ya adaptasi dari alur Jinchuu. Alur yang sempat jadi penutup manga Kenshin, sebelum kemudian serinya lanjut dengan alur Hokkaido.
Tapi bisakah alur Jinchuu dirangkum hanya dalam waktu 2 jam lebih?
Keterbatasan durasi ini tentu membuat alurnya diutak-atik. Ada karakter yang harusnya hidup jadi mati. Karakter tak terduga muncul. Alurnya sendiri terasa diringkaskan, dan ada bagian yang dipotong.
Apakah peringkasan alur ini bagus atau jelek?
Menurut saya sih peringkasannya oke-oke saja. Ceritanya jadi terasa berjalan dengan efektif, dan tetap asyik dinikmati.
Plotnya memiliki momen menegangkan, terutama karena kenalan-kenalan Kenshin terancam bahaya. Lalu ada juga momen dramatis serta pertarungan seru yang dapat membuat kamu betah nonton film ini.
Perubahan-perubahan di cerita juga bisa jadi membuat pembaca manga tetap dapat memperoleh kejutan.
Namun ada beberapa momen di mana saya merasa hasilnya bisa jadi lebih nendang kalau karakter-karakter yang terlibat diberi lebih banyak waktu untuk membangun penokohan dan interaksi dengan tokoh lain.
Salah satu momen di mana saya merasakan ini adalah pada kejadian tertentu di akhir, di mana saya jadi merasa Enishi dan tokoh tertentu harusnya diberi waktu lebih banyak untuk berinteraksi supaya aksi Enishi terasa lebih menggugah.
Film ini juga masih belum menyorot banyak alur kilas balik Tomoe dan Kenshin, hubungan masa lalu yang pada akhirnya membuat Enishi memburu Kenshin. Momen-momennya diperlihatkan memang, namun hanya sebagai cuplikan-cuplikan. Versi penuhnya nanti ada di film The Beginning.
Di satu sisi, saya rasa ini masuk akal sih. Kalau misalnya alur Kenshin dan Tomoe diadaptasi penuh di film pertama ini, bisa jadi filmnya kelar waktu Kenshin selesai cerita, dan duel dengan Enishi baru akan dilakukan di film selanjutnya.
Pacing cerita jadi bakalan terasa terhambat.
Di sisi lain, karena kilas balik Kenshin dan Tomoe hanya disajikan dalam bentuk potongan-potongan masa lalu, mungkin penonton yang tidak mengikuti duluan alur Jinchuu di versi manga bakal merasa dampak emosional kematian Tomoe terhadap Enishi dan Kenshin jadi terasa kurang.
Kalau kamu merasa begitu, mungkin kamu bisa menonton Rurouni Kenshin: The Beginning yang akan menyorot lebih dalam kisah Kenshin dan Tomoe lalu kembali nonton The Final ini.
3. Koreografi pertarungan masih terasa sebagai keunggulan besar
Saya selalu suka adegan aksi film Rurouni Kenshin.
Ketimbang mengadaptasi adu pedang versi anime dan manga dengan kelewat setia, film-film Kenshin live-action menyajikan koreografi yang lebih membumi.
Oh, tentunya masih ada momen-momen fantastis. Tapi duelnya tetap terasa lebih realistis ketimbang versi manga.
Paduan sempurna antara unsur realistis dan fantastis itu yang bikin pertarungan-pertarungannya jadi tetap memukau, namun tidak sampai terlalu ngawur.
Banyak duel yang tersaji dengan luar biasa di Rurouni Kenshin: The Final ini. Semuanya disajikan dengan apik, terutama duel satu lawan satu antara Kenshin melawan musuh-musuhnya. Apalagi karena persenjataan dan teknik musuh yang dilawan Kenshin dalam duel tergolong variatif.
Kalau ditanya yang mana favorit saya, saya rasa Enishi versus Kenshin di akhir terasa menonjol.
Gaya bertarung Enishi yang menggabungkan teknik pedang dan ilmu bela diri beneran terasa memukau. Jadinya menarik melihat bagaimana Kenshin menghadapi teknik seperti itu.
4. Kesimpulan?
Secara keseluruhan, saya merasa Rurouni Kenshin: The Final ini oke dan seru.
Rasanya pantas memperoleh 4/5 bintang.
Uniknya, saya sih merasa mungkin meski The Final ini rilis duluan, dan The Beginning rilis belakangan, mungkin bakal lebih nendang kalau The Beginning yang ditonton duluan.
Soalnya ada bagian di The Final ini yang memperlihatkan momen yang tampaknya akan disajikan di The Beginning seperti kematian Tomoe.
Jadinya The Final ini malah yang terasa sebagai sekuel dari The Beginning, meskipun rilisnya duluan.
Nah, itu pendapat saya soal Rurouni Kenshin: The Final. Gimana menurut kamu? Sampaikan di kolom komentar!
Diterbitkan pertama 18 Juni 2021, diterbitkan kembali 05 Oktober 2024.
Baca Juga: Dua Film Rurouni Kenshin Puncaki Box Office Jepang Bersamaan!