Ini 5 Alasan Spider-Man di Civil War adalah Spider-Man Terbaik!
Jadi semakin tidak sabar menunggu Spider-Man: Homecoming
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
SPOILER ALERT!!
Spider-Man di Civil War mungkin adalah inkarnasi terbaik Spider-Man di layar lebar sejauh ini. Inilah lima alasan kenapa dia begitu bagus!
Pertama-tama, seperti yang tertulis besar-besar di atas, artikel ini mengandung spoiler. Otomatis, sebenarnya pembahasan yang tersaji pun diperuntukkan untuk mereka yang sudah menonton filmnya. Tapi kalau kamu sudah tahu risikonya dan tetap ingin membaca, meski belum menonton, maka silakan lanjut.
[page_break no="1" title="Peter Parkernya Pas"]
[read_more id="250388"]
Saat pertama kali Tom Holland terpilih, banyak nada kebingungan dan kecewa terucap di media sosial. Ada yang sekedar tidak senang Marvel kembali menggunakan Peter Parker alih-alih Miles Morales. Ada yang masih belum bisa move on dari Tobey Maguire, walau dia sudah tidak memerankan Peter sejak Spider-Man 3 yang hancur itu. Ada juga yang sekedar kebingungan karena Tom Holland belum punya rekam jejak bagus di Hollywood. Ia masih kalah dari Asa Butterfield, yang sempat menjadi nominasi kuat.
Sekarang, Captain America: Civil War sudah tayang. Memang Peter Parker hanya tampil relatif sebentar dalam durasi filmnya yang mencapai 147 menit itu. Tapi penampilannya benar-benar efektif. Tom Holland mampu menyajikan citra Peter Parker yang diinginkan Marvel Studio: remaja genius yang canggung dalam berinteraksi, tapi menyimpan kekuatan besar di dalam dirinya.
Penampilan Tom Holland sebagai Peter Parker ini mengingatkan penulis kepada Peter versi Tobey Maguire di Spider-Man pertama, di mana dia juga masih SMA. Karenanya, penulis yakin Tom Holland sebagai Spider-Man bisa menjadi pengganti yang lebih baik ketimbang Andrew Garfield.
[page_break no="2" title="Kecerdasannya Pas"]
Spider-Man adalah seorang pahlawan yang genius. Mungkin tidak sampai setingkat Reed Richards atau Tony Stark, tapi tetap saja dia cerdas. Hal ini sudah ditunjukkan sejak trilogi pertama, di mana Peter diperlihatkan sebagai siswa berprestasi. Dan hal ini kembali ditunjukkan pula dalam diri Spider-Man di Civil War.
Sebelum bertemu dengan Tony Stark pun Peter sudah mampu menciptakan jaring sintetis sendiri, yang efeknya cukup kuat hingga dapat menghentikan Winter Soldier dan Falcon. Ia juga memikirkan sendiri seperti apa kostum yang harus ia ciptakan untuk memaksimalkan efek dari indera-inderanya yang meningkat drastis.
Dan itu baru kecerdasan ilmiahnya saja. Saat pertempuran epik di bandara, Spider-Man kembali menunjukkan kalau kecerdasannya pun bisa dia aplikasikan dalam situasi serius. Saat Scott Lang menjadi Giant Man, dan menjelma menjadi ancaman serius bagi tim Iron Man, Spider-Man yang pertama mencetuskan taktik untuk mengalahkannya. Ia juga mencetuskan sendiri beberapa metode efektif untuk melumpuhkan anggota-anggota tim Captain America.
Untung Peter Parker tak terlihat membenci Iron Man hingga akhir film ini. Akan menarik melihat bagaimana Tony mendidik pemuda ini dengan pengetahuan dan pengalamannya yang superior.
[page_break no="3" title="Cerewetnya Pas"]
[read_more id="250148"]
Ada satu sisi Spider-Man yang di trilogi asli Spider-Man kurang disajikan: cerewetnya. Ya, Spider-Man versi Tobey Maguire memang masih suka bicara dan bercanda di tengah pertempuran, tapi rasanya kurang. Terutama karena ia memiliki tendensi menghentikannya saat musuhnya mulai serius.
Ternyata Marvel Studio pun memahami kalau mereka harus memasukkan unsur itu ke karakter Spider-Man mereka. Spider-Man di Civil War tak takut membuka mulutnya untuk bicara, bercanda, hingga mengutip trivia film di tengah pertempuran sengit. Tak heran selama kemunculannya sebagai Spider-Man ia beberapa kali dikritik terlalu banyak omong.
Tapi, walau cerewet Spider-Man tidak pernah benar-benar menjadi Deadpool. Dia bukan orang gila yang menyadari dirinya adalah karakter komik. Dan Spider-Man di Civil War pun diberi batasan yang cukup hingga omongannya tak pernah membuatnya menjadi Deadpool. Dengan kata lain, Marvel Studio menyajikan karakteristik Spider-Man sebagaimana harusnya.
[page_break no="4" title="Langsung Berada di Deretan Jagoan Marvel"]
Ini adalah keunggulan yang sayangnya, karena perbedaan lisensi Sony dan Marvel Studio, baru bisa terwujud sekarang. Keputusan Marvel Studio untuk menempatkan Spider-Man sebagai anak SMA yang baru berkarir mungkin menghalangi mereka mengadaptasi peran superhero bermuka jaring ini di komik aslinya. Tapi begitu kamu melihat penampilannya di film... kamu tak akan memedulikan itu.
Dikelilingi tokoh-tokoh Marvel, aksi Spider-Man di Civil War mampu menyajikan tingkat keseruan yang lebih tinggi dibanding penampilannya di seluruh film sebelumnya. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya Spider-Man dapat beradu jotos dengan Captain America, Winter Soldier, Falcon, bahkan Ant-Man di layar lebar. Ini adalah salah satu kunci yang membuat penampilannya di Civil War begitu berkesan.
Sekarang, Spidey baru sekedar menjadi bintang tamu. Bisa bayangkan apa yang terjadi nanti, saat dia bisa menghadapi penjahat atau pahlawan Marvel lain di filmnya sendiri? Hasilnya bisa jadi akan sangat epik.
[page_break no="5" title="Kekuatannya Disajikan dengan Tepat"]
Walau terkesan ramping, Spider-Man sebenarnya memiliki kekuatan yang lumayan mengejutkan. Hal ini pun sudah diperlihatkan beberapa kali di film sebelumnya. Kali ini, penampilan Spider-Man di Civil War seakan dirancang untuk memperlihatkan gambaran kekuatan pahlawan ini di dunia Marvel.
Sepanjang film, Spider-Man diperlihatkan mampu mengangkat beban yang jauh lebih berat dari tubuhnya, bertahan hidup setelah dihantam dan dilempar dari tempat tinggi (meski ia harus luka-luka karenanya), dan cukup lincah bermanuver hingga ia mampu mengejar seorang prajurit super. Oh, dan dia juga mampu menahan pukulan tangan baja Winter Soldier.
Jangan lupakan juga jaring sintetisnya. Spider-Man bahkan mampu menjerat Giant-Man menggunakan ciptaannya ini. Itu baru jaring bikinan sendiri, terbayang kan apa yang terjadi kalau Peter diperbolehkan Tony untuk mengutak-atik lab Stark Industries?
Dalam satu film, Marvel secara akurat menampilkan hampir semua kemampuan dasar Spider-Man. Dan karena ia harus menggunakannya untuk bertarung dengan pahlawan Marvel lain, setiap pertunjukan kekuatan ini pun terasa begitu super.
Tak salah lagi, memang hanya Marvel Studio yang dapat menyajikan sosok Spider-Man seakurat ini. Bahkan pilihan aktor mereka pun, walau tidak populer, ternyata pas sesuai dengan visi yang mereka inginkan. Sebagai fan, bahkan penulis pun merasa ingin berterima kasih terhadap Sony Pictures yang telah mengizinkan terjadinya crossover super epik ini.
Pertanyaannya: apakah kira-kira Marvel juga bisa memberi versi yang lebih definitif untuk Fantastic Four dan X-Men di waktu yang akan datang? Mungkin Fox setidaknya rela melepas lisensi Fantastic Four, mengingat mereka sudah berkali-kali gagal memanfaatkan properti ini?
[youtube_embed id="BJvtzWRdzoo"]