Review The Indiana Jones and the Dial of Destiny, Cerita Klasik Indy

Sebuah film modern yang dibuat dengan gaya klasik

Review The Indiana Jones and the Dial of Destiny, Cerita Klasik Indy

Indiana Jones and the Dial of Destiny adalah film yang disutradarai oleh James Mangold, dan ditulis bersama oleh Mangold, Jez Butterworth, John-Henry Butterworth, dan David Koepp. Film ini menghilangkan Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull (2008) dan menjadi film kelima dan terakhir dalam seri Indiana Jones.

Berbeda dengan Star Wars yang memilih tema opera luar angkasa, Indiana Jones memilih untuk lebih membumi dengan membongkar berbagai rahasia peradaban tua seperti Inca, Aztec dan lain sebagainya. Hasilnya film Indiana Jones jadi lebih sulit digarap karena harus menciptakan cerita dan tema yang relevan dengan dunia nyata.

Film ini dibintangi oleh Harrison Ford dalam perannya yang kelima dan terakhir sebagai arkeolog Indiana Jones, dengan John Rhys-Davies dan Karen Allen juga kembali memerankan Sallah dan Marion Ravenwood, masing-masing dari film-film sebelumnya. Pemain baru termasuk Phoebe Waller-Bridge, Antonio Banderas, Toby Jones, Boyd Holbrook, Ethann Isidore, dan Mads Mikkelsen.

1. Pencarian Archimedes Dial

Review The Indiana Jones and the Dial of Destiny, Cerita Klasik IndyDok. Disney

Film ini berlatar tahun 1969 di kota New York. Sosok Indiana Jones yang telah mengajar sebagai profesor arkeologi di Hunter College, siap untuk menjalani masa pensiun di apartemen yang sederhana. Tetapi, segalanya berubah setelah Indy mendapat kunjungan mendadak dari putri baptisnya, Helena Shaw.

Helena mencari artefak langka yang dipercayakan ayahnya kepada Indy bertahun-tahun sebelumnya. Artefak yang dicarinya adalah Archimedes Dial nan terkenal. Artefak tersebut merupakan perangkat yang konon memiliki kekuatan untuk menemukan celah dalam waktu, memungkinkan orang agar dapat kembali ke masa lalu ataupun ke masa depan.

Sementara itu, musuh lama Indy yakni Jurgen Voller yang merupakan mantan anggota Nazi, sekarang bekerja sebagai fisikawan di program luar angkasa AS dan memiliki rencana sendiri untuk Dial lewat sebuah skema mengerikan yang dapat mengubah jalannya sejarah dunia. Voller ingin memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Adolf Hitler.

Baca Juga: Review Transformers: Rise of the Beasts, Autobot vs Unicron 

2. Film bertabur aktor kelas kakap

Review The Indiana Jones and the Dial of Destiny, Cerita Klasik IndyDok. Disney

Harrison Ford masih tampil prima sebagai Indiana Jones, meskipun usianya sudah 80 tahun. Ia masih mampu melakukan adegan-adegan berbahaya dengan penuh semangat dan karisma. Ia juga menunjukkan sisi emosionalnya saat berhadapan dengan konflik keluarga dan masa depannya sebagai arkeolog.

Phoebe Waller-Bridge memberikan sentuhan segar sebagai Helena Shaw, keponakan angkat Indy yang cerdas, berani, dan penuh semangat. Ia memiliki chemistry yang baik dengan Ford dan menjadi partner yang setara baginya. Antonio Banderas juga mengesankan sebagai Renaldo, seorang pencuri seni yang menjadi saingan dan sekutu Indy dalam mencari alat legendaris tersebut. Ia memberikan nuansa eksotis dan romantis dalam film ini.

Toby Jones lucu sebagai Basil Shaw, ayah Helena yang merupakan seorang profesor sejarah di Universitas Yale. Ia sering berselisih dengan Indy tetapi juga menghormatinya sebagai arkeolog. Boyd Holbrook menarik sebagai Klaber, seorang agen CIA yang membantu Indy melawan Voller. Ia memiliki sikap dingin tetapi juga humor kering yang cocok dengan gaya film ini. Ethann Isidore menggemaskan sebagai Teddy, seorang anak jalanan di Roma yang membantu Indy dan Helena dalam petualangan mereka. Ia memiliki bakat alami untuk mencuri dan menyamar.

Mads Mikkelsen menakutkan sebagai Jürgen Voller, seorang ilmuwan Nazi yang berhasil lolos dari kejaran sekutu dan bergabung dengan NASA. Ia memiliki obsesi untuk mendapatkan alat bernama Dial of Destiny, sebuah cakram perunggu kuno yang bisa memanipulasi waktu dan ruang. Ia ingin menggunakannya untuk membalikkan kekalahan Nazi dan menciptakan dunia baru sesuai visi Hitler. Ia adalah musuh yang tangguh bagi Indy dan Helena.

3. Khas Indiana Jones

Review The Indiana Jones and the Dial of Destiny, Cerita Klasik IndyDok. Disney

The Indiana Jones and the Dial of Destiny menyuguhkan banyak adegan aksi yang spektakuler, seperti pertempuran di atas kereta Jerman, kejar-kejaran mobil di jalan-jalan sempit Roma, dan konfrontasi akhir di sebuah pulau terpencil di Samudra Pasifik. Adegan-adegan ini disajikan dengan efek khusus yang memukau tetapi juga praktis dan realistis.

Sang sutradara juga menyisipkan banyak humor yang membuat penonton tertawa. Beberapa lelucon berasal dari dialog-dialog yang cerdas dan sarkastis antara karakter, sementara yang lain berasal dari situasi yang konyol dan absurd. Film ini juga memiliki banyak referensi dan penghormatan kepada film-film sebelumnya, seperti topi, cambuk, ular, peti mati, dan kristal tengkorak.

Film ini menggali lebih dalam tentang latar belakang dan motivasi Indy sebagai arkeolog, serta hubungannya dengan keluarga dan teman-temannya. Film ini juga mengeksplorasi tema-tema seperti sejarah, mitologi, ilmu pengetahuan, agama, dan nasib. Film ini juga memiliki beberapa plot twist yang mengejutkan dan memuaskan.

4. Kesimpulan

Review The Indiana Jones and the Dial of Destiny, Cerita Klasik IndyDok. Disney

Mungkin beberapa orang akan merasa kalau film ini terasa sangat tua dan out of date. Hal ini terjadi karean sang sineas memang menerapkan teknik sinematografi lawas yang membuat sang film terlihat seperti film jadul. Gaya jadul ini tidak cocok untuk semua orang, apalagi audiens modern yang belum pernah menonton The Indiana Jones sebelumnya.

Secara keseluruhan, Indiana Jones and the Dial of Destiny adalah film yang sangat menghibur dan memuaskan. Film ini berhasil menghidupkan kembali seri Indiana Jones dengan cara yang segar dan menghormati warisannya. Film ini adalah penghormatan yang layak bagi Harrison Ford sebagai Indiana Jones, dan penutup yang sempurna bagi petualangan legendarisnya. Karena itulah kami bisa memberikan nilai 3,8 dari 5 bintang review.

https://www.youtube.com/embed/eQfMbSe7F2g

Baca Juga: Review The Flash, Pembukaan Multiverse Versi DC

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU