Review Maleficent: Mistress of Evil, Sekuel Terbaik dari Disney
Maleficent bergaya Game of Thrones yang sangat menghibur
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada tahun 2014 Disney mulai membuat film-film yang mengacaukan berbagai pengetahuan kita tentang animasi klasik Disney, salah satunya adalah Maleficent yang diperankan dengan sangat apik oleh Angelina Jolie. Akting Jolie yang meyakinkan, kisah yang akrab, dan vokal Lana Del Rey yang melantunkan “Once Upon a Dream” menjadi senjata handal dalam membangun hype penonton.
Selang lima tahun kemudian, Disney kembali mengutak-atik Maleficent dengan menghadirkan sekuelnya yang berjudul Maleficent: Mistress of Evil. Sebuah sekuel yang sangat apik dan harus kamu saksikan di bioskop. Kalau kamu tidak percaya dengan penilaian ini, maka kamu harus membaca review ini hingga habis.
1. Sang Penguasa Moors
Kisah Maleficent: Mistress of Evil berjalan lima tahun setelah event di film pertamanya berakhir. Maleficent (Angelina Jolie) sang Fay, mengangkat Aurora (Elle Fanning) sebagai penguasa Moors. Selama berkuasa, Aurora memerintah Moors dengan adil dan bijaksana. Dia juga menguasai berbagai bahasa sekaligus yang menyebabkan dia bisa berkomunikasi dengan para makhluk ajaib yang tinggal di Moors.
Sayang kondisi ini sedikit berubah ketika Pangeran Phillip (Harris Dickinson) datang melamar Aurora. Tanpa basa-basi, Aurora yang memang mencintai Phillip langsung mengatakan iya, tanpa menanyakan terlebih dahulu pada Maleficent. Melihat anak kesayangannya hendak dibawa pergi orang, Maleficent langsung datang dan melarang pertunangan tersebut.
Tapi Aurora berkeras untuk menerima pertunangan tersebut, bahkan dia menjanjikan makan malam bersama Raja John (Robert Lindsay) dan Ratu Ingrith (Michelle Pfeiffer). Hati Maleficent melunak setelah melihat kegigihan anak angkatnya untuk menikahi Phillip.
Dalam acara makan malam yang direncanakan, Maleficent datang bersama Aurora dan Diaval (Sam Riley). Dalam makan malam tersebut, Ratu Ingrith malah memprovokasi Maleficent melalui cerita masa lalu Aurora yang dikutuk oleh Maleficent. Mendengar hal tersebut, Maleficent mengamuk dan mengajak Aurora pulang. Sayang di saat yang bersamaan sang Raja John jatuh tersungkur, seperti terkena kutukan tidur milik Maleficent.
Melihat kenyataan tersebut, Aurora berkeras untuk tinggal bersama keluarga raja. Maleficent yang merasa dikhianati memutuskan untuk pulang dengan mendobrak kaca jendela. Dalam perjalanan pulang ke Moors, Maleficent ditembak oleh Gerda (Jenn Murray).
Karena luka yang dialaminya, Maleficent tenggelam di laut. Di dalam laut tersebut, Maleficent ternyata diselamatkan oleh sosok lain yang menyerupai dirinya. Sosok tersebut membawa Maleficent terbang menjauh dari jangkauan Gerda.
Baca Juga: Resmi, Zoe Kravitz Perankan Catwoman di Film Batman Versi Pattinson
2. Pertempuran Dua Kubu
Sebenarnya sekali lihat judulnya saja kamu pasti akan tahu kalau yang dimaksud dengan “Mistress of Evil” itu sudah pasti bukan si Maleficent. Semua perseteruan yang terjadi di Maleficent: Mistress of Evil, timbul karena ambisi Ingrith untuk menguasai Moors. Ingrith ingin berkuasa di Moors demi melakukan eksploitasi besar-besaran di sana. Moors memang sebuah wilayah yang sangat ajaib, saking ajaibnya wilayah ini tidak terpengaruh badai salju ataupun kekeringan.
Satu hal yang membuat seru pertempuran dua kubu ini muncul dari rasa gundah Aurora terhadap sang ibu angkat. Apakah benar Maleficent sudah melupakan sifat aslinya dan memilih untuk mencintai Aurora sebagai anak sendiri? Kegundahan ini membuat Aurora sempat berpihak pada Ingrith dan melupakan Maleficent yang menyayanginya.
Untunglah sang Pangeran Phillip tampil bijaksana dan mengingatkan Aurora tentang semua jasa ibu angkatnya tersebut dan membuat Aurora semakin gundah. Akhirnya Aurora mencari tahu sendiri tentang fakta yang sebenarnya.
Pertempuran sengit jelas terjadi di Maleficent: Mistress of Evil, pihak kerajaan dan Moors sama-sama angkat senjata untuk menentukan siapa yang bertahan hingga akhir. Bantuan dari para Fey juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Suku Maleficent ini memutuskan untuk berperang melawan manusia, saat mereka tahu kalau pihak kerajaan menciptakan peluru berbahan besi yang menjadi Kryptonite mereka.
3. Jolie vs Pfeiffer
Sosok yang patut disoroti kali ini adalah Angelina Jolie yang tetap cantik walaupun umuranya sudah di kepala empat. Sementara Michelle Pfeiffer yang menjadi musuh utamanya, berhasil menawan kami dengan aktingnya yang jahat tapi elegan. Bahkan hingga akhir film, mata kami tidak bisa lepas segala perilakunya yang licik dan penuh perhitungan.
Rasanya kedua artis senior ini berhasil mengunci perhatian kami secara penuh. Hasilnya karakter lain terasa seperti tempelan yang bisa digantikan oleh aktor atau aktris lainnya. Tapi walaupun begitu, kami tetap menyukai sosok Aurora yang galau terhadap keputusan yang dia ambil. Rasanya akting Elle Fanning memang selalu cocok untuk karakter polos yang galau begini. Kecuali saat di The Neon Demon.
4. Layak Tonton?
Wah, pertanyaan yang satu ini terdengar sedikit konyol. Buat apa kami memberikan judul “sekuel terbaik Disney” kalau film ini tidak layak tonton? Pada intinya Maleficent: Mistress of Evil berhasil memadukan semua elemen yang dibutuhkan Disney dalam membuat sekuel Maleficent.
Beberapa orang mengatakan kalau film ini jadi terlalu jauh dari kisah aslinya, tapi bagi kami hal tersebut terlalu dilebih-lebihkan. Bagaimana mungkin kamu membuat sebuah film yang dekat dengan kisah Sleeping Beauty, kalau kamu menjadikan Maleficent sebagai tokoh utamanya? Selain itu, kami memang tidak melihat suatu keharusan untuk menjadikan film-film Disney modern serupa atau menggunakan elemen aslinya.
Lagian kalau kamu mencari elemen asli di film ini, kamu tetap akan menemukan kutukan jarum mesin pintal yang mengenai Aurora di kisah asli Sleeping Beauty. Jadi tidak ada elemen yang benar-benar dilupakan di sini.
Hal utama yang perlu kamu lakukan ketika menonton Maleficent: Mistress of Evil, adalah duduk dan menikmati film ini. Sebab kami saja berani mengganjarnya dengan nilai 4 dari 5 bintang review. Walaupun mungkin kurang membekas, tetapi semuanya tersaji dengan pas tanpa embel-embel yang tidak penting.
Baca Juga: Gosip: Inikah Wujud Sonic Versi Film Setelah Desain Ulang?