Review Morbius, Usaha Sony untuk Memperluas Jagat Spider-Man
Musuh Spider-Man selain Venom akhirnya memiliki film sendiri
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Review ini mengandung beberapa spoiler.
Sony rupanya benar-benar berniat memperluas Spider Verse miliknya demi bisa bersanding dengan Marvel Studio yang memiliki MCU. Tahun lalu mereka menggunakan Venom dan Carnage sekaligus, tahun ini giliran Morbius yang disuruh unjuk gigi atau taring miliknya.
Masalahnya, apakah upaya ini berhasil? Mengingat film Venom: Let There Be Carnage yang digadang-gadang bakal sukses malah sangat berantakan. Apalagi bila dibandingkan dengan Spider-Man: No Way Home yang menuai banyak pujian di mana-mana, termasuk oleh tim redaksi Duniaku.
1. Sinopsis Morbius: Penyakit kelainan darah langka
Michael Morbius (Jared Leto) adalah seorang dokter yang memiliki penyakit darah langka. Penyakit ini menyebabkan Morbius harus mendapatkan transfusi darah setiap tiga jam sekali, atau dia akan mati.
Masa kecil Morbius cukup menyedihkan. Dia dibesarkan di sebuah panti yang didirikan oleh Nicholas Morbius (Jared Harris). Di panti tersebut, Morbius berkenalan dengan Milo (Matt Smith) yang memiliki penyakit yang sama dengan dirinya. Keduanya langsung cepat akrab karena disatukan oleh nasib buruk yang selalu mengintai mereka.
Pada masa dewasanya, Morbius tumbuh menjadi seorang dokter ahli darah yang mendapatkan hadiah Nobel karena darah buatan ciptaannya. Rupa-rupanya pencapaian tersebut masih dianggap kurang oleh Morbius. Dia sedang menjalankan sebuah riset berbahaya yang bisa menyembuhkan dirinya dan Milo.
Milo sendiri sebenarnya adalah anak orang kaya yang mendanai seluruh riset-riset milik Morbius. Dalam permintaan terakhirnya, Morbius menginginkan sebuah laboratorium terapung di laut lepas, sehingga dia bisa bebas melakukan eksperimen berbahaya.
Baca Juga: Andrew Garfield Punya Respon Unik Soal The Amazing Spider-Man 3
2. Sebuah film yang lurus-lurus saja
Banyak yang bilang kalau Morbius adalah sebuah film yang buruk apalagi kalau dilihat dari kualitas CGI yang digunakan. Bagi kami pendapat tersebut sangatlah kurang tepat. Sebab Morbius bukanlah sebuah film yang buruk, hanya saja Matt Sazama dan Burk Sharpless seperti baru belajar menulis cerita.
Hal yang paling mengganggu dalam film Morbius justru datang dari berbagai logika dan alasan yang digunakan oleh Matt Sazama dan Burk Sharpless untuk menyambung cerita dan memberikan latar belakang karakter.
Contoh, Morbius bisa memperbaiki alat transfusi darah yang digunakan Milo. cara memperbaikinya juga sangat sederhana, yaitu dengan mengganti sekring yang putus dengan per pulpen. Hal ini menyebabkan Nicholas mengirim Morbius ke sekolahan orang-orang berbakat. Oh, wow! Hanya karena ada satu insiden, seorang dokter langsung mengirimkan anak angkatnya ke sekolahan terkemuka.
Pada bagian lainnya diperlihatkan kalau Milo bisa mengetahui di bagian mana Morbius menyuntikan serum eksperimentalnya, sehingga dia bisa ikut berubah menjadi Vampire. Padahal Milo tidak pernah melihat proses penyuntikan tersebut dan dia hanya memiliki waktu satu malam untuk menjalani prosedur penyuntikan yang cukup berbahaya.
Menjelang akhir film, kamu juga bakal menemukan kalau kelelawar Costa Rica bisa menyebrangi lautan dan mendarat di gorong-gorong kota Amerika. Padahal mustahil kelelawar bisa terbang sejauh 2887 mil demi mencapai Amerika .
Setelah membaca tulisan di atas jelas kami harus memohon maaf sebesar-besarnya pada spoiler-spoiler yang kami berikan ini. Tapi mau bagaimana lagi, terlalu banyak komponen cerita yang dipaksakan, sehingga meninggalkan kesan kalau sang penulis cerita kebingungan atau malas dalam membuat jalinan cerita yang lebih masuk akal.
3. Kesimpulan untuk Morbius?
Kami merasa kalau film ini sebenarnya sangat menghibur meskipun banyak sekali hal-hal yang membuat goyah pondasi cerita maupun penggambaran kekuatan Morbius.
Jared Leto jelas tidak banyak membantu di film ini. Bahkan kami merasa kalau perannya sebagai Paolo Gucci di House of Gucci, jauh lebih menarik. Satu-satunya artis yang mampu menghidupkan karakternya dengan cukup baik justru datang dari sosok Milo yang diperankan Matt Smith. Walaupun karakternya terkesan cheesy, tetapi Matt masih jauh lebih menarik ketimbang Morbius.
Inilah yang terjadi ketika Sony ingin mengejar Marvel secepat mungkin. Studio besar dengan film-film luar biasa ini harus menelan pil pahit kalau karakter yang dia miliki tidak memiliki cukup taring dan darah untuk berdiri sendiri. Hasilnya film ini hanya bisa kami ganjar dengan nilai yang sedang-sedang saja. 3 dari 5 bintang review. Menarik, tetapi memiliki banyak hiccup yang mengganggu.
Setelah Morbius, Sony tertarik untuk mengembangkan Kraven The Hunter. Semoga kisah Kraven tidak mengalami masalah yang sama dengan Morbius. Sebab karakter Kraven sebenarnya tidak memiliki dasar cerita yang lumayan komplit atau lengkap untuk diceritakan di layar lebar. Apalagi saat dia tidak sedang menghadapi Spider-Man.
Morbius sudah bisa dinikmati di bioskop-bioskop kesayangan kamu, tapi kami menyarankan untuk menyaksikan Morbius di IMAX untuk pengalaman menonton yang lebih baik.
Baca Juga: Spidey Terbaru, ini Kehebatan Spider-Man Versi Tom Holland!