Review The Maze Runner: Perjalanan Singkat Menembus Labirin Berliku
Dalam filmnya, memecahkan misteri labirin tersebut tidak sesulit yang kita bayangkan.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
The Maze Runner akan segera tayang di Indonesia, film adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya James Dashner ini disutradarai oleh Wes Ball. Dengan para pemain muda dan novel yang meraih best seller, membuat film ini banyak ditunggu.
The Maze Runner bercerita tentang kehidupan sekelompok anak laki-laki yang tidak punya ingatan dan terjebak dalam sebuah tempat yang bernama Glade. Satu-satunya jalan keluar yang mereka punya adalah melalui maze (labirin). Sayangnya, labirin tersebut tidak mudah dilewati karena setiap harinya bentuk labirin tersebut berubah dan di dalamnya dijaga oleh Grievers yang mengancam keselamatan mereka.
Penghuni Glade setiap bulannya akan bertambah, dan film dimulai saat Thomas (Dylan O'Brien) datang sebagai penghuni baru. Seperti yang lainnya, Ia juga kehilangan ingatannya. Namun, rasa ingin tahunya yang besar, membuat Thomas menjadi sumber masalah sekaligus penemu jalan keluar. Glade punya aturan yang ketat, dengan Alby (Aml Ameen) sebagai pemimpin mereka.
Saat Alby terkena masalah, Thomas merasa harus ada perubahaan dari para penghuni Glade, meski hal itu ditentang Gally (Will Poulter). Konflik yang terjadi dalam film ini memang cukup menarik, tetapi sangat mudah terbaca bahkan bagi kalian yang tidak membaca novelnya. Kedatangan Teresa Agnes (Kaya Scodelario) dengan kode kalau dirinya adalah penghuni terakhir membuat alurnya semakin jelas, siapa saja yang akan berhasil keluar labirin.
Misteri yang dijalankan sang pembuat maze terlihat sangat mudah dipatahkan saat Thomas datang. Padahal diceritakan, Minho (Ki Hong Lee) anggota Glade yang sudah memutari labirin tersebut selama 3 tahun tidak pernah mendapatkan jalan keluar.
Film bergenre misteri memang punya penikmat khusus, apalagi jika adaptasi dari sebuah novel. Jika terlalu lama, bisa jadi penonton akan bosan dan jika terlalu cepat, bisa jadi tidak sesuai ekspetasi banyak orang. Penulis sendiri merasa, film ini terlalu cepat untuk sebuah mistery sciene-fiction. Sedikit spoiler, rasanya akan terasa lebih pas jika akhir film ini dipotong untuk seri selanjutnya, dibanding dipaksa berakhir manis dan berganti cerita di film kedua. Namun, semua triloginya sudah tersedia di novel karya James Dashner, film keduanya pun dari novel The Scorch Trials sudah disiapkan dan akan kembali disutradarai Wes Ball.
Kalau boleh mengkritik lagi, dengan durasi tersebut tidak ada pengenalan lebih jauh dari pemain-pemain lain. Padahal Minho atau Newt (Thomas Brodie-Sangster) punya peran besar dalam cerita ini. Sisi baiknya, tidak ada romance dalam film ini. Penonton bisa terus mengikuti setiap teka-teki, dari scene satu ke scene berikutnya.
Setidaknya The Maze Runner bisa jadi bahan perbandingan menjelang berakhirnya trilogi The Hunger Games yang memiliki plot cerita mirip. Meski penulis agak sedikit ragu Thomas dkk, bisa mengalahkan suksesnya kisah romansa palsu Katniss Everdeen.
Menurut jadwal, The Maze Runner sudah tayang pada 17 September 2014 di Indonesia. Dikabarkan pula Twentieth Century Fox yang memproduksi film ini bekerjasama dengan Apacer, perusahaan produk penyimpanan digital untuk mengeluarkan beberapa produk bertemakan film ini, serta menyediakan merchandise untuk para pembelinya.