Review Sherlock Season 3 : Kembalinya Sherlock dan Munculnya Ancaman Baru untuk Inggris Raya
Sherlock yang merupakan adaptasi novel detektif terkenal Sherlock Holmes, telah memasuki season ke-3 nya, dan menjawab kelanjutan serial yang sempat menggantung di finale season 2. Berikut review Sherlock season ke-3.
SPOILER ALERT!
Sherlock, serial TV produksi BBC yang merupakan adaptasi novel detektif terkenal Sherlock Holmes karya Conan Doyle, telah memasuki season ke-3 nya dan juga merilis season finale-nya. Walaupun Sherlockians (julukan penggemar Sherlock Holmes) harus menunggu 2 tahun lamanya karena jeda produksi akibat aktor-aktornya bermain di berbagai film (contohnya Benedict Cumberbatch yang bermain di Star Trek : Into The Darkness, bahkan ia juga ‘berduet’ dengan rekannya di Sherlock, Martin Freeman, yang mendapat peran di film The Hobbit), dan walaupun hanya tayang secara singkat (setiap seasonnya hanya terdiri dari 3 episode walaupun rata-rata berdurasi 1 jam 30 menit), namun tayangnya season 3 menjawab kelanjutan serial yang sempat menggantung di finale season 2.
Seperti yang kita ketahui, Sherlock Season 1 menceritakan tentang perkenalan tokoh-tokoh seperti Dr. John Watson, sang dokter veteran perang Afghanistan, Molly si dokter forensik, hingga kakak Sherlock sendiri yaitu Mycroft Holmes yang tampaknya memiliki jabatan penting di pemerintahan Inggris. Petualangan Sherlock Holmes dimulai beserta rekannya, John Watson, menangani berbagai kasus sebagai “consultant detective” di lingkungan New Scotland Yard, London. Season 1 diakhiri dengan kemunculan sosok misterius Moriarty yang konon menjadi otak berbagai kasus kejahatan yang ditangani Sherlock.
Petualangan Sherlock Holmes dan Dr. Watson dengan suasana fresh dan modern.[/caption]
Di Season 2, Sherlock akhirnya berhadapan langsung dengan sang “consultant criminal”, Jim Moriarty (walaupun sebenarnya mereka telah berkontak lama sebelumnya, di luar sepengetahuan Sherlock). Sherlock harus meladeni “permainan” yang dirancang oleh Moriarty yang tidak hanya membahayakan orang-orang terdekatnya, namun juga diri Sherlock. Demi menyudahi permainan Moriarty, yang memutuskan untuk menembak dirinya sendiri, Sherlock pun mengakhiri hidupnya agar melepas bahaya yang mengancam orang terdekatnya. Namun apakah Sherlock benar-benar “tewas”?
Sherlock berhadapan dengan lawan terberatnya, Jim Moriarty.[/caption]
Dan ini mengantarkan kita ke season 3, yang menceritakan situasi setelah Sherlock “tewas” selama 2 tahun, dan bagaimana hidup terus berjalan di sekitar teman-teman terdekat Sherlock.
Episode 1: “The Empty Hearse”
Dua tahun sudah berlalu, namun kehidupan terus berjalan di London. John Watson menjalani hubungan dengan Mary Elizabeth Morstan, yang tampaknya akan berlanjut ke tahap yang lebih serius. New Scotland Yard berjalan seperti biasa, tanpa detektif konsultan mereka. Dan kamar di 221B Baker Street sudah lama dibiarkan kosong oleh Mrs. Hudson. Tanpa mereka ketahui, bahwa sebenarnya Sherlock menghilang selama 2 tahun untuk menghabiskan sisa-sisa jaringan kriminal Moriarty.
Sherlock kembali ke Inggris setelah mendapat informasi bahwa ada ancaman teroris yang akan menyerang London, dan Mycroft Holmes memutuskan untuk melibatkan Sherlock kembali. Sherlock pun kembali menemui teman-nya setelah menghilang dua tahun lamanya, walaupun ia harus mendapat “sambutan hangat” dari Watson. Dan kini bersama rekannya, Dr. Watson, mereka harus memecahkan misteri yang nantinya mengarah ke “The Empty Hearse”, sesuatu yang tidak hanya mengancam London, bahkan juga membahayakan Inggris Raya.
Apa yang akan terjadi dengan kembalinya Sherlock setelah ia “tewas” selama dua tahun lamanya?[/caption]
Episode 2: “The Sign of Three”
Dr. John Watson akhirnya meminang Mary Elizabeth Morstan, dan mereka akan menyelenggarakan pernikahan dengan mengundang keluarga dan rekan mereka. Tak terkecuali Sherlock, yang bahkan diminta sebagai “best man” untuk Dr. Watson. Sherlock, yang mengakui dirinya sebagai seorang sosiopat (sulit menjalani hidup dalam lingkungan sosial), merasa canggung dengan permintaan Watson. Pada akhirnya Sherlock pun memberikan “speech” di pernikahan Watson.
Dalam “speech” nya, Sherlock menceritakan betapa petualangan memecahkan misteri bersama Watson adalah sesuatu yang menarik. Namun di tengah ceritanya, ia menyadari bahwa beberapa kasus unik yang ia hadapi ternyata terkait satu sama lain. Dan keterkaitan itu bisa saja merusak hari bahagia sahabatnya, Dr. Watson.
Dan di samping itu Sherlock menyadari bahwa dengan berlangsungnya pernikahan, kehidupan tidak akan sama seperti dahulu. Walaupun di akhir cerita ia bisa memecahkan “The Sign of Three”, sebuah misteri lain yang ternyata tersirat di tengah-tengah hari bahagia sahabat terbaiknya.
Sherlock menjadi “best man” Watson di pernikahannya, yang ternyata tidak terlepas dari kasus misteri.[/caption]
Episode 3: “His Last Vow”
Di episode finale ini, Sherlock harus berhadapan dengan musuh baru yaitu Charles Augustus Magnussen, seorang raja media yang gemar mengancam dengan “black mail” ke orang-orang penting demi kepentingan bisnisnya, bahkan hingga ke orang pemerintahan Inggris, yaitu Lady Elizabeth Smallwood, yang percaya bahwa Magnussen memiliki surat pribadinya. Sherlock diminta untuk mengambil kembali surat pribadi itu, namun ketika ia mencoba mengambil kembali surat itu, tanpa diduga ia ditembak sosok orang berpakaian hitam.
Kasus ini berlanjut hingga Sherlock memutuskan bahwa ia harus menemukan “the vault”, yang konon menjadi gudang informasi rahasia milik Magnussen yang ia gunakan untuk mengancam. Keberadaan “the vault” ini diyakini Sherlock akan mengganggu keamanan informasi se-Inggris Raya. Untuk melenyapkan “the vault” ini, Sherlock memutuskan untuk mengorbankan diri tidak hanya untuk kepentingan Inggris Raya, namun juga keamanan teman dekatnya.
Sebuah pengorbanan yang akan memaksa Sherlock menyatakan “His Last Vow”.
Semestinya begitu...
Hingga terungkap di akhir cerita ternyata bahaya yang mengancam Inggris Raya kembali muncul di seantero Inggris Raya..
Petualangan Sherlock mengungkapkan misteri “the vault” milik Magnussen.[/caption]