Review Bullet Train, Ketika Brad Pitt Jadi si Biang Sial
Brad Pitt menjadi biang kesialan seluruh insiden di kereta
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kami sudah menyaksikan trailer Bullet Train dari awal tahun ini, dan jujur saja kami mendapatkan pesan yang mix ketika pertama kali melihatnya. Tapi berhubung kami menemukan nama David Leitch duduk di bangku sutradara, kami jadi menaruh banyak harapan pada film tersebut. Apalagi dia juga ikut menjadi produser di beberapa film yang kami sukai, seperti misalnya, John Wick dan Nobody. Otomatis Bullet Train masuk ke radar kami sebagai film yang harus ditonton.
Ternyata dugaan kami tidak salah, film komedi aksi yang diperankan oleh Brad Pitt ini memiliki sebuah vibe yang cukup unik. Alih-alih mengusung tema yang berat dan melelahkan, David Leitch membuat plot Bullet Train menggelinding begitu saja dengan mulus. Ingin tahu kisah lengkapnya? Baca review kami di bawah ini.
1. Sebuah misi sederhana di atas kerta peluru
Ladybug (Brad Pitt) adalah seorang pembunuh bayaran yang mengenakan kacamata hitam keren merek Police ke mana-mana. Dia baru saja menyelesaikan terapinya yang memberikan berbagai pencerahan untuk menempuh jalur perdamaian ketimbang pertumpahan darah. Selain itu Ladybug dikenal juga sebagai pembunuh bayaran yang kerap ketiban sial.
Pada misi terbarunya, dia bertugas menggantikan rekannya yang sedang sakit perut. Misi yang dijalankan Ladybug cukup sederhana dan mudah, yang perlu dilakukan adalah masuk ke dalam kereta peluru jurusan Kyoto, mengambil koper besi merek Tumi dengan stiker kereta api di gagangnya, lalu keluar di pemberhentian pertama.
Proses mengambil koper Tumi tersebut berjalan cukup lancar. Sayang masalah timbul ketika Ladybug hendak keluar dari kereta tersebut. Rupanya Ladybug bertemu dengan The Wolf (Benito A. Martínez Ocasio) yang sedang mengincar pembunuh istrinya. Tanpa ba, bi, bu, The Wolf langsung menusukkan pisaunya ke Ladybug. Perkelahian pun terjadi, sehingga Ladybug kehilangan kesempatan untuk turun dari kereta.
Lemon (Brian Tyree Henry) dan Tangerine (Aaron Taylor-Johnson) selaku penjaga koper yang sedang dipegang Ladybug, mulai sadar kalau mereka kehilangan koper tersebut. Mereka akhirnya sepakat untuk menyisir setiap gerbong untuk mencari orang yang berani mencuri dari mereka.
Baca Juga: 7 Musuh di MCU yang Kemunginan Bisa Kembali di Film Baru
2. Film yang tidak membutuhkan cerita
Bullet Train adalah film yang unik. Film ini tidak memiliki plot yang berat atau cerita yang kusut. Sebaliknya Bullet Train memiliki plot yang mengalir lancar seperti tidak ada apa-apa. Satu-satunya yang jadi pengikat cerita adalah berbagai narasi yang jadi penghubung atau bagi jembatan masing-masing karakter.
Beberapa orang mungkin akan bilang kalau film ini terasa kosong, tetapi kami sangat menyukai kesederhanaan yang ditimbulkan dari plot dan setting yang sederhana ini. Kita bisa saja menonton Bullet Train tanpa harus memikirkan apa yang akan terjadi berikutnya, itupun kita masih akan dibuat terkejut dengan berbagai plot yang dibuka perlahan-lahan.
Walaupun begitu kami mendapati kalau Bullet Train memiliki pacing yang agak sedikit naik turun, terutama ketika sedang berubah fokus karakter. Hal ini tidak bisa dihindari, sebab ada beberapa karakter yang digambarkan memiliki sifat licik dan berhati-hati, sehingga menjadikan cerita yang bergulir jadi terkesan lambat.
3. Akting Brad Pitt yang cukup memuaskan
Kami sudah sangat lama tidak melihat Brad Pitt berperan menjadi karakter utama di sebuah film. Tapi untunglah kemampuan akting Brad Pitt tidak luntur sama sekali. Hal ini diperlihatkan ketika dia menjadi Ladybug yang menempuh jalan pacifist meskipun bekerja sebagai seorang pembunuh bayaran. Hasilnya tentu saja akting Brad Pitt menjadi cukup unik dan lucu.
Selain itu kami juga sangat menikmati akting Brian Tyree Henry dan Aaron Taylor-Johnson. Keduanya memiliki chemistry yang unik dan saling melengkapi. Selain itu kisah Thomas the Tank Engine yang selalu menjadi patokan Lemon dalam menilai orang, menjadi sebuah gimmick yang unik bagi hubungan keduanya.
Sepertinya kalau Bullet Train mendapatkan sekuel atau spin-off, karakter Lemon dan Tangerine bisa dibuatkan filmnya sendiri. Apalagi kalau film tersebut menceritakan aksi mereka di Bolivia, dan bagaimana kisah mereka bersimpangan dengan Ladybug.
Oh iya, kami juga menyukai bagaimana Joe King memerankan The Prince. Tanpa akting miliknya, kita tidak akan mendapat kesan “kereta Diesel” yang “berbahaya”, bila kita mengacu pada istilah Lemon dalam menggambarkan sifat orang.
4. Kesimpulan akhir Bullet Train
Bullet Train adalah sebuah film aksi komedi yang sangat apik di bulan Agustus ini. Walaupun terasa sedikit mengambang di bagian plot cerita, tetapi sejatinya film ini bisa mendapatkan nilai cukup sempurna berkat seluruh keunikan yang diusungnya.
Kami berani mengganjar Bullet Train dengan nilai 4,5 dari 5 bintang review. Sebuah film yang cukup jarang di pasaran, dan sangat cocok untuk ditonton oleh orang-orang yang ingin bersantai dan menikmati film aksi tanpa harus berpikir keras.
Sekedar catatan, koper Tumi yang dicuri oleh Ladybug merupakan 19 Degree Almuniun Briefcase. Koper tersebut bisa dibeli di official store Tumi (https://www.tumi.co.id/id/home). Sementara kacamata yang dia pakai adalah Police Origins Bullet 1 (VPLE37) yang bisa dibeli di optik Seis (https://www.optikseis.com/).
Oh iya, film ini juga memperkenalkan budaya Jepang, khususnya untuk masalah kereta peluru dan berbagai tata krama yang dimiliki orang Jepang. Kalau kamu suka dengan film aksi ringan yang bisa diikuti dalam sekali duduk, maka Bullet Train adalah film yang cocok untukmu. Kamu harus nonton Bullet Train di bioskop, kalau perlu di IMAX agar kamu mendapatkan pengalaman menonton yang utuh dan lengkap.
Baca Juga: Ini Rekomendasi 10 Film Dark Humor! Ada yang Distopia Juga!