Review Kuroko no Basket: Last Game – Pertandingan Seru dengan Konflik Dangkal dan Ending Original

Ada alasan kenapa film Kuroko no Basket ini adalah Last Game dan bukan Extra Game! Apakah itu? Simak review Kuroko no Basket: Last Game di sini! (Bebas Spoiler)

Review Kuroko no Basket: Last Game – Pertandingan Seru dengan Konflik Dangkal dan Ending Original

Review Kuroko no Basket: Last Game – Pertandingan Seru dengan Konflik Dangkal dan Ending Original

Ada alasan kenapa film Kuroko no Basket ini adalah Last Game dan bukan Extra Game! Apakah itu? Simak review film Kuroko no Basket: Last Game di sini! (Bebas Spoiler)

[duniaku_baca_juga]

Sinopsis

Last Game merupakan sekuel dari Kuroko no Basket. Kali ini, Jepang kedatangan tim basket jalanan bernama Jabberwock. Mereka datang untuk sebuah pertandingan persahabatan melawan tim Jepang. Akan tetapi, saat dan setelah pertandingan, tim Jabberwock mengejek tim dan seluruh pemain basket Jepang. Ayak Riko yang marah pun menantang mereka untuk bertanding basket sekali lagi melawan tim Vorpal Swords yang beranggotakan Miracles Generation, Kuroko dan Kagami, serta beberapa pemain tangguh lainnya. Bisakah Vorpal Swords mengalahkan tim Jabberwock dan mengembalikan harga diri seluruh pemain basket Jepang?

Konflik Yang Dangkal

Review Kuroko no Basket: Last Game – Pertandingan Seru dengan Konflik Dangkal dan Ending Original Salah satu kelemahan dari Last Game adalah—sama seperti pendahulunya—konflik yang dangkal. Konflik yang disajikan terlewat sederhana: hanya menampilkan tokoh antagonis yang sombong dan jahat. Selain itu, ada keanehan dari anggota tim Jabberwock yang merupakan orang Amerika. Dalam film, mereka bisa berbahasa Jepang dan bercakap-cakap menggunakan bahasa Jepang. Hal ini cukup berbeda dengan versi manga di mana mereka hanya menggunakan bahasa Inggris. Akan tetapi, di lain pihak, saat sedang marah atau saling mengejek, mereka menggunakan bahasa Inggris—hal yang sama juga dilakukan oleh Akashi. Cukup aneh dan tidak konsisten. [read_more id="312208"] konflik yang serupa juga disajikan dalam versi manga-nya yang berjumlah dua volume. Tetapi, manga Kuroko no Basket yang berjudul Extra Game, lebih bisa menggambarkan drama dan konflik dengan lebih baik ketimbang film. Bisa dibilang, dalam segi drama, versi manga lebih baik daripada versi film. Tetapi, tetap saja, baik versi manga atau film memiliki konflik dengan kualitas yang hampir setara atau sedikit di atas sinetron Indonesia.

Pertandingan yang Seru

Review Kuroko no Basket: Last Game – Pertandingan Seru dengan Konflik Dangkal dan Ending Original Untungnya, konflik yang dangkal dalam Last Game berhasil ditutupi oleh pertandingan yang seru. Selama pertandingan, kita akan disuguhi pertandingan basket yang seru. Keseruan pertandingan basket ini diikuti dengan soundtrack yang sangat pas—terutama saat lagu tema Akashi dimainkan—dan juga animasi yang memukau dengan shoot-angle kamera yang keren. Mungkin ada sedikit adegan yang membuat geli karena menyatukan basket dengan kekuatan-kekuatan super di luar nalar, tetapi pertandingannya tetap menarik untuk diikuti. Review Kuroko no Basket: Last Game – Pertandingan Seru dengan Konflik Dangkal dan Ending Original Sayangnya, meski animasi terlihat memukau, tetapi saya merasa kalau kualitas animasi Last Game secara bertahap menurun sepanjang film berlangsung. Akan tetapi, secara keseluruhan kualitas animasi Last Game bisa dibilang bagus.

Lanjut ke halaman 2!

Subtitle Agak Mengganggu Review Kuroko no Basket: Last Game – Pertandingan Seru dengan Konflik Dangkal dan Ending Original Masalah lama yang sudah cukup sering kita temui dari film-film CGV Blitz. Teks subtitle dalam Last Game tidak memiliki banyak kesalahan, tetapi kesalahan-kesalahan kecil juga terkadang mengganggu. Terdapat beberapa typo di beberapa bagian dalam jumlah yang sedikit dan kualitas terjemahan pun bisa dibilang lumayan meski ada beberapa yang salah. Rasanya, ketika menonton film ini, lebih baik kamu membaca teks yang berbahasa Inggris daripada berbahasa Indonesia, karena teks bahasa Inggris lebih baik dan pas dengan film. Selain itu, penempatan teks juga cukup mengganggu dalam beberapa momen. Ada kalimat yang kelewat panjang hingga menghabiskan hampir setengah layar film karena memiliki sampai enam baris (tiga baris bahasa Inggris dan tiga baris bahasa Indonesia). Original Ending Hal lain yang bisa dikatakan menjadi nilai plus dari Last Game adalah adanya beberapa adegan original di awal dan akhir film. Ending dalam film ini juga bisa dibilang original dan cocok dengan judul Last Game. Akan tetapi, tenang saja, saya tidak akan membocorkan ending dari Last Game. Yang pasti, jika kamu bukan seorang fujo, maka kamu akan sedikit geli ketika melihat ending dari Last Game. [duniaku_adsense] Kesimpulan Review Kuroko no Basket: Last Game – Pertandingan Seru dengan Konflik Dangkal dan Ending Original Drama dan konflik yang ditawarkan oleh Last Game sangatlah dangkal. Tetapi kelemahan itu tertutupi dengan baik oleh serunya pertandingan basket Vorpal Swords vs Jabberwock. Beberapa elemen superpower/supernatural dalam film terkadang bisa membuat kita geli juga, tetapi di lain pihak, cukup keren karena diimbangi oleh soundtrack yang menarik dan enak didengar—khususnya lagu tema Akashi. Akhir kata, saya rasa skor 75 dari 100 cocok untuk film ini. Kelemahan dan kelebihan dalam Last Game bisa dibilang cukup berimbang. Bagaimana denganmu? Apakah kamu berminat untuk menonton Kuroko no Basket: Last Game? Ataukah kamu sudah menyaksikan film ini? Suarakan pendapatmu di kolom komentar ya!

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU