
Sebenarnya tidak ada yang benar-benar salah dalam arahan Spielberg terhadap
The Post
.
Tak seperti drama-drama politik lainnya, kisah
The Post
ini lebih berfokus pada konflik internal antara Graham dan Bradlee -diperankan dengan fenomenal oleh Streep dan Hanks- alih-alih berfokus pada panggung besar pergolakan politik di Amerika. Namun hal inilah pula yang menyebabkan
The Post
jatuh ke dalam jurang film drama biografi yang terlalu konvensional dan "aman" sebagai sebuah film
thriller
politik.
Namun naskah milik Hannah dan Singer ini memang sedari awal tak pernah terlalu ambisius untuk menjadi sebuah
thriller
politik yang menegangkan dan "greget". Namun, kekuatan
The Post
datang dari tema-tema dan topik yang diangkatnya: Integritas badan jurnalis dalam tugas mereka untuk memberikan informasi pada publik.
Kendati berlatar berpuluh-puluh tahun yang lalu dari masa kita, topik-topik dan tema yang diungkit oleh
The Post
ini masih terasa relevan hingga saat ini, di tengah-tengah melesatnya teknologi yang mempermudah tersebarnya informasi-informasi baik yang sudah tersaring maupun belum, kejujuran jurnalisme berperan begitu penting untuk menuntun rakyat, alih-alih menjadi "mainan" dari para petinggi-petinggi negeri yang ingin mengadu domba rakyat mereka sendiri demi kepentingan politik mereka.
Tak usahlah dulu membahas berapa banyak adegan di
The Post
yang merupakan rekayasa untuk mendramatisir kisah filmnya, namun yang terpenting adalah pesan yang disampaikan sebagai bahan refleksi untuk mereka yang meniti karir di bidang jurnalisme, di tengah-tengah bobroknya media yang selalu dirundung dengan isu-isu keberpihakan yang berat sebelah, isu-isu misinformasi dan disinformasi, tentang hak publik untuk mengawasi pemerintahan yang transparan, dan lain-lain.

Spielberg sering dituduh sebagai sutradara pembuat film-film yang kelewat sentimentil dan "pengemis Oscar", namun dalam mengarahkan
The Post
sendiri ia tak pernah terlihat terlalu ambisius akan hal itu. Tak ada momen-momen menggelegar yang seolah-olah seperti dirinya meneriakkan "Berikan aku Oscar!", namun lewat penceritaan yang
subtle
, karakterisasi yang kuat untuk membuat kita peduli pada karakter-karakternya, serta
suspense
dan drama yang cukup untuk membuat penonton tetap hanyut ke dalam kisahnya.
Hanya saja, mengingat ini adalah drama sejarah mungkin membutuhkan sedikit pengetahuan akan latar kisah film ini bagi penonton untuk benar-benar bisa menangkap maksud tiap refrensi dan dialog yang datang bertubi-tubi. Jujur saja, nyaris tak terhitung berapa kali tokoh-tokoh di dalam film ini menyebutkan nama-nama penting tokoh yang hanya muncul sesaat atau bahkan tak pernah muncul sama sekali.
Dari segi akting tak usah ditanyakan lagi. Seperti yang dikatakan di atas, Streep dan Hanks bermain brilian dalam adu akting mereka di sini, mereka selalu memperlihatkan
chemistry
yang sangat apik di tiap adegan bersilat lidah, membuat tiap dialog dalam film ini selalu menarik untuk diikuti.
Ansambel pendukungnya pun tak kalah brilian, terutama Bob Odenkirk yang mencuri perhatian tiap kali tokoh Ben Bagdikian yang diperankannya muncul di layar. Selain itu ada Bruce Greenwood, Carrie Coon, Alison Brie, Bradley Whitford, Sarah Paulson, dan bahkan Jesse "Meth Damon" Plemons yang mengerjakan tugas mereka dengan baik sebagai aktor-aktor pendukung, tak peduli sekecil apa peran mereka.
Film-film karya Spielberg juga dikenal dengan sisi teknisnya yang selalu megah. Untuk
The Post
sendiri yang sering berlatar di ruangan-ruangan sempit, Janusz Kaminski memanfaatkan teknik
static shot
dan pergerakan kamera 360 derajat dengan baik untuk memberikan suasana sesak dan klaustrofobik layaknya ketika kita sedang berada di dalam sebuah ruangan wartawan. Pemilihan
aspect ratio
dan
color grading
film ini pun mencerminkan latar waktu kisah filmnya terjadi.
Dalam kolaborasinya yang kesekian kalinya bersama Spielberg, kali ini John Williams memperlihatkan sisi yang lebih kelam namun juga lembut dalam musik gubahannya. Tak ada mars dan
main theme
yang menggelegar ala
Indiana Jones
atau
Jurassic Park
dalam
The Post
, melainkan dominan pada bunyi-bunyi piano
jazzy
, orkestra yang sentimentil maupun yang terdengar kelam dan
urgent
namun masih terdengar enerjik.
https://open.spotify.com/track/2nuZKy27VrN8xgO7ENARdD