“Serbuan Maut” A.K.A “The Raid” Menyerbu Bioskop Indonesia!
Ditengah gempuran film – film horror dewasa (10% horror, 10% komedi, 80% dewasa) yang muncul silih berganti, pintu perfilman Indonesia didobrak dengan sebuah film aksi yang brutal dan penuh darah. Dibuat oleh orang – orang dari fim “Merantau”, Gareth Evans dan kawan – kawan mencoba mengulang kesuksesan yang sama. Sudah siapkah menerima cipratan darah di wajah Anda?
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Judul: “The Raid : Redemption” Running Time: 101 Minutes Genre: Action Studio: Celluloid Dreams Production Company: PT. Merantau Films Tanggal Rilis: 23 Maret 2012 (Worldwide) Director: Gareth Evans Writer: Gareth Evans Actors : Iko Uwais, Ray Sahetapi, Joe Taslim, Yayan Ruhian, Doni Alamsyah
1 Ruthless crimelord, 20 elite Cops, 30 floors of HELL. Tagline tadilah yang tercantum di poster film besutan Gareth Evans ini. Inti ceritanya sendiri sebenarnya simple, pasukan polisi khusus yang ditugaskan untuk menggerebek satu tempat dan menangkap target prioritas tinggi untuk diadili yaitu gembong narkoba bernama Tama. Namun kejadian yang mengikutinya sungguh diluar dugaan, karena lokasi penggerebekan dengan cepat berubah menjadi tempat pertumpahan darah. Selain misi utama itu, rupanya Rama (Iko Uwais, sang tokoh utama) juga memiliki tujuan pribadi yang Ia rahasiakan.
Film ini mendapat hype yang besar karena mendapat banyak pujian saat pemutaran perdananya di banyak festival film luar dan juga mendapat perhatian dari musikus ternama Mike Shinoda. Lantas, apakah pamor yang didapatkan diluar negeri mendapat respon yang sama di dalam negeri? Andalah yang menentukan.
******************************** ** SPOILERS BEYOND THIS POINT ** ********************************
|| My Opinions: ||
+ The Pros +
Fokus utama film ini terletak pada adegan - adegan pertarungan yang spektakuler dan adegan stunts yang diarahkan dengan baik. Setiap aksi pukulan, tendangan, benturan - benturan benda tumpul dan tajam dapat ditangkap kamera dengan detail yang mengagumkan. Sebaliknya, adegan baku tembak tampak monoton dan menjemukan, penuh dengan efek2 visual standar dan tanpa reload (khas film jagoan). Kembali ke adegan pertempuran melee, dapat dipastikan beberapa kali anda akan berdecak kagum (dan mungkin tepuk tangan) disetiap jedanya. Senjata - senjata tajam seperti parang, kapak, tonfa, pisau commando, kaki kursi digunakan dengan sekreatif dan seindah mungkin.... dan bahkan bohlam lampu neon tanpa diduga bisa digunakan dengan sangat cantik dalam melumpuhkan lawan.
Top Fights in the movie :
Salah satu adegan pertarungan yang fantastis adalah bagian Rama melawan 4 orang geng kupang yang menggila (LOL) dapat dilihat di link berikut :
httpv://youtu.be/3hYsVqpiEa4
Pertarungan berikutnya yang membuat mata tak berkedip adalah pembantaian tim SWAT di dalam ruangan tertutup yang terkepung oleh musuh diberbagai arah.
httpv://www.youtube.com/watch?v=vaLIkQBoRag
And Last but not least, adalah pertarungan epik Rama versus Mad Dog di ruang penyiksaan. Saya tidak akan cerita apa – apa, yang jelas adegan terakhir akan sedikit disensor karena dianggap terlalu sadis. LOL.
Lanjut ke halaman 2, saya beberkan The Cons untuk film ini...
[/caption]
- The Cons -
Story/skenario film ini benar - benar membuat dahi saya berkerut sembari menggaruk - garuk bagian kanan atas kepala saya. Kenapa? Karena banyak sekali adegan - adegan dan dialog yang rasanya tidak dibuat seserius adegan perkelahian di film ini. Apa saja sih? Yuk mari!
1. Tim S.W.A.T ?
- Setahu saya, POLRI tidak memiliki team S.W.A.T. Mereka memiliki BRIMOB, dan DENSUS 88 (untuk kasus teroris), KOPASUS, Pasukan Katak, dll termasuk ke dalam TNI.
(http://irengputih.com/10-pasukan-khusus-yang-dimiliki-indonesia/3217/)
Kalaupun benar mereka ini pasukan khusus, kenapa peralatannya minim sekali?
Jika Anda pernah bermain game - game semacam Counter Strike series, Rainbow Six series, S.W.A.T. series dan lain - lain, pastinya tahu peralatan standar yang biasanya dibawa ke dalam situasi seperti ini: main weapon, side arm, melee weapon, flash bang, smoke grenade, night vision, goggle, wire cutter, silencer, tranquilizer, riot shield (recommended), defusal kit, kevlar vest dan tentu saja helmet.
Orang - orang hebat ini hanya membawa; main weapon, side arm, dan melee weapon untuk menyerbu gedung 30 lantai penuh kriminal dan residivis. Lebih mirip pasukan satpol PP yang kurang persiapan!
[/caption]
- Briefing dilakukan di dalam mobil pada saat OTW ke lokasi. LOL! Dalam situasi seperti ini, seharusnya mereka sudah melakukan briefing di markas sebulan sebelumnya (misalnya), dan setiap target juga wajahnya sudah diidentifikasi dengan baik dan mengetahui di ruang berapa saja target - target potensial yang perlu ditangkap sehingga mereka tidak perlu menyisir setiap lantai dan setiap kamar di 30 lantai itu, juga menjelaskan bahaya - bahaya apa saja yang mereka temui. "Sersan Jenius" ini baru menceritakan semuanya di hari H. Bisa dibayangkan wajah anggota - anggota newbie yang kebingungan dengan perintah aneh bin ajaib ini..... dan mereka hanya bisa poker face (kecuali Rama, karena jagoan harus selalu sok cool).
- Ada alasannya kenapa biasanya raid/bust (penyerbuan) dilakukan di malam hari, dan menggunakan night vision goggle; surprise factor. Pasukan Jenius ini memutuskan menyerbu di pagi hari menuju siang, kemungkinan sekalian menunggu penghuni lokasi target siap untuk beraktifitas. Sportif!
- Mereka semua terlalu cepat mati. Rasanya kevlar dan helmet mereka kualitas KW 3 yang dijual di pedagang kaki lima. Meskipun newbie, seharusnya latihan keras mereka hingga bisa masuk "pasukan elit" bisa sedikit membuat mereka bertahan dikeroyok begundal - begundal penjual cimeng. Saya curiga mereka direkrut dari Polantas atau satpol PP.
S.W.A.T? Lebih cocok jika huruf "A"-nya dikurangi. Jadi Tim SWT (baca : sweat ==").
Sudah cukup? Belum, buka halaman 3 untuk kekurangan lainnya...
2. Team Penjahat
- Leader mereka, Tama (Ray Sahetapi) adalah seorang pengedar narkoba kelas kakap yang selalu berhasil lolos dari penangkapan - penangkapan sebelumnya. Mendengar definisi ini, saya membayangkan seorang leader bad-ass yang berpakaian jas Armani dan menghisap cerutu di atas singgasana, dengan dayang - dayang cantik dan bodyguard kekar berjas dan kacamata hitam. Hal ini karena keuntungan menjual narkoba (seharusnya) sangat besar.
[/caption]
Yang ditampilkan? Seorang cecunguk berperut buncit, berkaos kutang bekas keringat dengan kemeja murahan sambil melahap mie instan..... *speechless
Okelah, tampilan eksekusi pembuka ini cukup mendefinisikan level "jahat"-nya si Tama. Sayangnya tak dijelaskan kenapa dia mengeksekusi orang - orang malang ini. Apakah gara - gara mereka telat bayar ongkos sewa, atau sekedar dibunuh tanpa alasan. Either way, adegan ini seharusnya bisa lebih maksimal tanpa penampakan mie instan.
- Dua Bodyguard utama, Mad Dog (Yayan Ruhian) dan Andi (Doni Alamsyah). Dua pilihan nama ini rasanya agak "off" menurut saya. Kenapa kok Mad Dog? Kenapa kok Andi? Kenapa kok nama dengan kesan binatang (yang buas) digabung dengan nama standar "Andi."
Kenapa tidak "mad dog" dengan "crazy cat?" Mad dog - hungry shark? Mad dog - big bear? dll
Yang menggunakan nama Mad Dog pun rasanya tidak cocok, terlalu berbau "barat." Penampilannya seperti pengamen bus kota di Jogjakarta yang suka marah - marah kalau tidak dapat tip, dan rajin nyimeng serta mencuri sandal di masjid. Saya heran, dia dapat ide nama Mad Dog darimana ya? Menurut saya sih, namanya diganti Budi saja. Andi dan Budi rasanya lebih cocok dan lebih Indonesia. Tidak percaya? Coba dites dengan kalimat berikut:
"Ini Budi, ini ibu Budi. Budi dan Andi bermain bola." Sounds great?
[/caption]
Jika Anda bandingkan dengan penamaan nama - nama villain dari comic - comic Barat seperti "Venom," The Lizard, Bane, Galactus, Magneto, Doctor Doom, Predator, Blackheart, dan lain - lain.... semua penampilan mereka cocok dengan namanya. Sekali lagi, pemilihan nama itu penting bung!
- Kubu penjahat ternyata saling bermusuhan. Terlihat di beberapa adegan kalau mereka malah saling bunuh satu sama lain tanpa alasan yang jelas *uhuk-uhuk-geng-kupang-uhuk-uhuk*.
Dan terakhir, buka halaman 4 untuk keanehan lainnya...
3. Gedung TKP yang Tidak Jelas
- Penghuni Gedung Raid (selanjutnya disebut GR) selain diisi penjahat dan junkies berbagai tipe, ternyta dihuni juga oleh anak - anak dan orang awam. Bahkan, ada 1 keluarga dengan 1 ibu hamil tua yang sakit - sakitan yang memutuskan tinggal di GR. Seems legit.
- Denah lokasi GR tidak pernah dibahas di film. Lokasi - lokasi penting semacam ruang pembuatan narkoba, elevator, ruang penghuni baik, ruang penghuni jahat, ruang penyiksaan, ruang kontrol CCTV, ruang utama, semua seakan berada di 1 lantai yang sama. Jika Anda bandingkan dengan Nakatomi Plaza di episode perdana "Die Hard," semuanya tertata dengan rapi dan masuk akal.
- Dari 30 lantai di gedung ini, bos Derp dengan ide briliantnya membuat ruang kontrolnya di lantai 15. Takut ketinggian mungkin? Ruang kontrol yang krusial ini juga tidak dijaga ketat, serta tidak dikunci demi kenyamanan Anda. Anggap saja rumah sendiri.
4. Dialog, Sound Effect and Ambience
- Saat melihat adegan pertarungan di film ini saya terkesima, tapi saya merasa ada yang aneh dengan ambience dan sound effect-nya. Iseng - iseng saya menonton kembali adegan pertarungan Chuck Norris, Jason Statham, Van Damme, dan Steven Seagal. Ternyata benar, di adegan pertarungan mereka tidak terlalu berisik. Perbandingannya seperti ini:
Fight Barat : *pow* *smack* *crack* *ouch*
Fight the Raid : * Ciat - Hiats - OWAAAA- OOHHHH- YAAAAAA- EAAAAAa- ARRRGH*
Ya, jika Anda menutup mata dan mempunyai imajinasi yang cukup tinggi, Anda bisa membayangkan sedang menonton "gay pron" pada saat adegan tarung The Raid.
[/caption]
- Jujur, saat mendengar kalimat - kalimat dialog di film ini saya cukup tergelitik. Bukan hanya saya, rasanya seluruh bioskop ikut terkekeh pada saat beberapa dialog diucapkan. Diantaranya:
# Saya ini penggemar bola, setiap berita bola pasti saya baca. ~ Pak supir yang sedang baca koran
(Menggelikan, benar - benar kalimat dialog yg cocok untuk figuran yang muncul di frame selama 10 detik hanya untuk ditembak hingga meninggal)
# Rama : Kenapa kita? Kenapa hari ini? Rekan : Kenapa tidak? Rama : Pertanyaanku sah Rekan : Se-sah jawaban saya untuk jawabanmu.
(Nah ini, dialog aneh bin kaku ini seharusnya tidak akan terjadi kalau sersan jenius tidak briefing di mobil S.W.A.T.)
# Mad Dog : Kamu berdua, ikut Andi. Andi : Tidak usah. Mad Dog : Ikut. Andi : Sudah kubilang tidak usah. Mad Dog : Pokoknya IKUT. Andi : Ya sudah deh....
(.... rasanya dialog ini lebih tepat untuk sepasang kekasih baru jadian!)
# Pak kacamata : Hei kamu apa - apaan? Leader geng Kupang : Ko orang jangan macoba matipu - tipu saya he, kalau saya marah bisa MENGGILA ! (logat Kupang)
(ROTFLOL... Sumpah kalimat ini dengan logat Kupangnya, benar - benar mencairkan suasana tegang menjadi semi comedic)
Demikianlah pembahasan saya yang ngalor-ngidul ini. Dibandingkan karya terdahulunya Merantau, film ini serasa kurang memiliki ikatan emosional dengan penonton dan cerita yang kurang apik, namun semua itu dapat ditutupi dengan aksi pertarungan yang jauh lebih baik dari pendahulunya. Akhir kata, dibalik semua keanehan yang ada, film ini merupakan dobrakan yang diperlukan perfilman Indonesia untuk menyingkirkan film - film "kelas teri" yang bertema "hantu-komedi-porno" dan "cinta-cintaan klise."
My Score : 8.1/10 ~Must watch ^^b
Para Pemain
Iko Uwais as Rama
Aktor sekaligus praktisi Silat Harimau ini lahir di Jakarta, Iko sudah berlatih silat sejak umur 10 tahun. Prestasinya sebagai juara nasional seni beladiri ini di tahun 2005 menangkap perhatian Gareth. Setelah ditawari menjadi pemain film, Iko serta merta berhenti dari karirnya sebagai supir.
Ray Sahetapi as Tama
Aktor veteran di Perfilman Indonesia, Ray merupakan bintang film era 80-an hingga 90an. Wajah rupawan dan aktingnya yang dramatis berhasil merebut hati banyak gadis – gadis muda dijamannya. Dinominasikan tujuh kali di piala Citra, Ia belum pernah menang sekalipun. Mari kita harap penampilannya di sini bisa menjadikannya nominator aktor antagonis terbaik.
Yayan Ruhian as Mad Dog
Seorang praktisi Pencak silat dan beberapa seni beladiri lain, Yayan juga mengajar di perguruan Silat Tenaga Dasar Indonesia di tahun ’88. Keahliannya ini membawanya ke berbagai negara untuk melakukan demonstrasi silat. Tahun 2008, Yayan menjadi koreografi pertarungan di film “Merantau” sekaligus menjadi peran pendukung. Di film terbarunya ini, Yayan juga tetap menjadi salah satu Fight koregrafer.