GENRE: Action
ACTORS: Kikunosuke Toya, Tomori Kusunoki, Shôgo Sakata
DIRECTOR: Tatsuya Yoshihara
RELEASE DATE: 26 September 2025
RATING: 4/5
Penilaian Film Chainsaw Man – The Movie: Reze Arc, Cinta Tragis Denji

- MAPPA menunjukkan kekuatan sinematik dengan tata letak visual yang memukau dan perhatian pada detail produksi, menghadirkan pengalaman imersif yang tak terlupakan.
- Kisah cinta Denji dan Reze Arc berhasil menangkap esensi emosionalnya, membawa penonton dari rasa hangat hingga pengkhianatan pahit dalam dinamika yang menyentuh hati.
- Film ini menghadirkan pertarungan brutal dan kreatif yang memadukan keindahan koreografi dengan intensitas gore, sementara sound design memberikan nuansa imersif yang mendalam.
Chainsaw Man – The Movie: Reze Arc adalah langkah besar yang diambil MAPPA setelah kesuksesan musim pertama serial Chainsaw Man. Rilis perdana pada 19 September 2025 di Jepang, film ini langsung menjadi sorotan. Dengan penjualan tiket lebih dari 272.000 hanya di hari pertama dan capaian box office ¥1,25 miliar pada akhir pekan pembukaannya, jelas bahwa Reze Arc adalah salah satu anime movie paling ditunggu tahun ini.
Film ini mengangkat arc populer “Bomb Girl” dari manga Tatsuki Fujimoto (bab 40–52), sebuah kisah yang berdiri sendiri namun sangat penting dalam perkembangan karakter Denji. Reze, gadis misterius dengan senyum lembut, menjadi pusat cerita, membawa janji kebahagiaan sekaligus ancaman tersembunyi.
Bagi penonton lama, ini adalah kelanjutan emosional yang penting, sementara bagi pendatang baru, film ini bisa jadi pintu masuk yang cukup mandiri untuk mengenal dunia Chainsaw Man.
1. Kekuatan Rumah Produksi MAPPA

MAPPA sekali lagi menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar studio penghasil anime populer, melainkan pionir dalam menghadirkan kualitas sinematik di layar lebar. Adegan-adegan sederhana seperti percakapan Denji dan Reze di bangku taman hingga adegan penuh ledakan ketika Bomb Devil muncul, semuanya ditata dengan estetika memikat. Kamera virtual MAPPA yang lincah memberikan nuansa imersif; setiap gerakan Chainsaw Man terasa nyata, brutal, sekaligus artistik.
Detail produksi juga memperlihatkan perhatian pada atmosfer. Hujan malam, cahaya lampu kota, dan ekspresi samar di wajah Reze semuanya diperhalus untuk membangun ketegangan emosional. Jika musim pertama menegaskan identitas Chainsaw Man sebagai anime yang berbeda, maka film ini menegaskan level sinematiknya, sebuah karya layar lebar dengan standar visual yang tidak kalah dengan produksi besar internasional.
2. Kisah Cinta Denji dan Reze

Arc Reze dikenal sebagai salah satu kisah paling emosional dalam manga, dan film ini berhasil menangkap esensinya. Denji, remaja yang hidupnya keras dan penuh penderitaan, untuk pertama kalinya benar-benar merasakan cinta. Reze hadir bukan hanya sebagai sosok penggoda, tapi juga sebagai simbol kemungkinan hidup normal yang selama ini tidak pernah Denji rasakan.
Kekuatan film ini ada pada cara ia membangun dinamika antara Denji dan Reze. Momen-momen kecil seperti belajar membaca bersama atau sekadar berbagi makanan dihadirkan dengan keintiman yang menyentuh hati. Namun, penonton juga diajak terus waspada karena senyum Reze menyimpan rahasia. Konflik batin Reze, antara perasaan tulus terhadap Denji dan tugas berat yang ia emban, memberikan kedalaman psikologis yang jarang ditemui dalam anime aksi.
Inilah inti film, cinta yang indah namun mustahil. Penonton dibawa dari rasa hangat menuju pengkhianatan pahit, menyadarkan bahwa di dunia Chainsaw Man, kebahagiaan selalu berharga mahal sering kali lebih mahal daripada nyawa.
3. Kisah yang Berdarah-darah

Tentu, Chainsaw Man tidak akan lengkap tanpa aksi penuh darah. Film ini menghadirkan beberapa pertarungan paling brutal sekaligus paling kreatif yang pernah ditampilkan MAPPA. Adegan Denji melawan Reze dalam bentuk Bomb Devil adalah sorotan utama. Ledakan demi ledakan yang merobek kota, tubuh yang hancur berkeping-keping, dan gaya bertarung yang memadukan kengerian dengan keindahan koreografi.
Kehadiran Typhoon Devil menambah skala pertarungan menjadi epik. MAPPA dengan cerdas menggunakan skala layar lebar untuk memperlihatkan kekacauan yang luas, badai raksasa, puing beterbangan, tubuh terhancur, semuanya digambarkan tanpa kompromi. Intensitas gore tetap hadir, tetapi tidak jatuh ke sekadar shock value; setiap tetes darah membawa bobot emosional, mengingat pertarungan ini juga adalah benturan antara cinta dan kewajiban.
Sound design turut memainkan peran vital. Dentuman ledakan, deru gergaji mesin Denji, dan keheningan sesaat sebelum Reze menyerang memberikan nuansa imersif yang membuat penonton seakan ikut terjebak di tengah pertempuran.
4. Cinta yang Mustahil (Lagi) Bagi Denji

Pada akhirnya, Chainsaw Man – The Movie: Reze Arc bukan hanya soal pertarungan, tetapi juga tentang hati manusia yang selalu mendambakan cinta. Denji menemukan sesuatu yang begitu indah namun rapuh, hanya untuk menyadari bahwa dunia tempat ia hidup tidak pernah mengizinkan kebahagiaan sederhana itu bertahan lama.
Film ini berhasil menyeimbangkan brutalitas dan keindahan, memperlihatkan sisi manusiawi dari karakter-karakternya tanpa mengorbankan energi penuh adrenalin yang sudah menjadi ciri khas Chainsaw Man. Penonton akan keluar dari bioskop dengan dua perasaan sekaligus: puas oleh pertarungan spektakuler, namun juga dihantui oleh rasa kehilangan.
Sebuah adaptasi yang kuat, emosional, dan sinematik. MAPPA bukan hanya berhasil menghidupkan salah satu arc paling ikonik dari manga, tapi juga membawanya ke level baru yang lebih dalam, lebih menyentuh, dan lebih mengguncang hati.


















