6 Masalah Internal di Asosiasi Hero One Punch Man
Salah satunya adalah sistem penilaian kekuatan para hero
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam serial One Punch Man, Asosiasi Hero juga memiliki banyak masalah internal selain ancaman para monster atau kriminal. Kebanyakan problem tersebut justru malah datang dari kalangan hero yang dinaunginya.
Apa saja masalah yang terdapat di dalam Asosiasi Hero?
Baca Juga: One Punch Man 171 Tunjukkan Saitama Mendapat Peliharaan Baru
1. Ego para hero yang kelewat tinggi
Seperti yang kita tahu, terkadang semakin kuat seseorang maka ia akan cenderung lebih egois dalam memakai kekuatannya.
Hal ini disebabkan superioritas yang dimiliki para hero. Alih-alih bertanggung jawab, mereka justru lebih suka memakai kekuatannya untuk kepentingan sendiri.
Salah satu contohnya adalah Metal Knight yang lebih sering memakai kecanggihan teknologinya untuk mengumpulkan data demi meningkatkan kekuatan atau Amai Mask yang memakai penampilan dan kekuatannya demi popularitas.
Kasus terbaru yang muncul di serialnya sendiri adalah Air yang alih-alih menjalankan tugasnya untuk mengajak Pig God pulang malah menantangnya bertarung karena merasa hierarki peringkat sudah hancur.
Akibatnya, Air kena batunya sendiri di mana ia malah diserang Evil Natural Water.
2. Ada kasus hero menindas hero yang levelnya lebih rendah
Siapa bilang perundungan hanya terjadi di lingkungan kerja atau pendidikan? Nyatanya hal ini juga terjadi di dunia super hero.
Salah satu yang paling terkenal adalah perundungan yang sering dilakukan Blizzard Group gara-gara Fubuki merasa inferior terhadap kakaknya yang rank S dan Amai Mask yang merundung para hero yang mencoba naik peringkat lebih tinggi agar reputasi hero khususnya dirinya tetap terjaga.
Tidak hanya para hero populer, hero lain yang sebenarnya inferior juga akan melakukan hal serupa jika mengetahui ada pendatang baru yang dinilai tak sopan pada mereka.
Hal ini baru terjadi pada bab 171, di mana tiga hero rank A tanpa ragu mendatangi Saitama karena dianggap mengabaikan mereka yang rankingnya lebih tinggi.
3. Krisis kepercayaan dari masyarakat
Seperti yang kita tahu kalau tugas hero adalah melindungi masyarakat dari ancaman baik itu kriminal, monster atau bencana alam.
Akan tetapi, para jagoan masyarakat satu iniselalu diperlihatkan kalah melawan para penjahat.
Ingat insiden Sea King? Salah satu warga sipil sempat berkata kalau para hero itu mengecewakan karena mengalahkan monster saja tak becus. Padahal, mereka sendiri sudah dibayar masyarakat melalui perantara Asosiasi Hero.
Tidak hanya itu, terkadang aksi para hero justru berakhir jauh lebih destruktif dari yang diperkirakan. Contoh paling mudahnya adalah aksi Saitama yang menghancurkan meteor dan menghajar Marugori berbuntut pada kehancuran properti para warga sipil.
Yang paling parah sendiri adalah kasus Amai Mask yang akhirnya diketahui merupakan monster yang menyusup demi menjadi hero. Skandal itu benar-benar membuat reputasi Asosiasi Hero di mata masyarakat mulai hancur.
4. Para hero yang lebih sering bergerak sendiri-sendiri
Hal ini masih berhubungan soal perkara sifat egois para hero.
Meskipun berada di naungan asosiasi yang sama, mereka lebih suka bertindak sendiri-sendiri.
Beberapa dari mereka merasa kalau gaya bertarung mereka lebih efektif jika tak ada rekan di sekitar. Ada juga yang merasa beraksi sendirian akan lebih cepat menaikkan ranking karena kredit yang diterima tentu akan lebih besar.
Sayangnya, hal ini justru berbuntut pada kekalahan yang sering mereka terima akibat para musuh yang bermunculan juga semakin kuat.
5. Sistem evaluasi kekuatan para hero terasa kurang adil
Dalam Asosiasi Hero, ada beberapa kriteria yang dijadikan sebagai indikator kinerja para hero, yaitu inteljensi, kekuatan dan seberapa besar kontribusi yang dilakukan.
Hero rank C ke bawah akan dipaksa melakukan aktivitas mingguan dalam memberantas kejahatan. Jika tak berhasil dalam kurun waktu tertentu, mereka akan dipecat.
Sayangnya, praktek sistem tersebut terasa kurang adil karena menimbulkan pemeringkatan yang tak objektif.
Contohnya, Saitama ditempatkan pada rank C meski diketahui berhasil memecahkan rekor pada tes kekuatan atau Genos dan Puri-Puri Prisoner yang rank S tak bisa mengalahkan Deep Sea King yang level kekuatannya Demon.
Yang paling parah adalah King yang notabene tak bisa apa-apa justru langsung ditempatkan di rank S, padahal ia hanya kebetulan di lokasi di mana Saitama lah yang membereskan para monster.
6. Ketiadaan sosok hero idola yang bisa menyatukan para hero lain
Demi menyatukan kumpulan para orang kuat, tentunya dibutuhkan figur perkasa yang heroik dan juga berwibawa.
Masalahnya, Asosiasi Hero sendiri tak memiliki orang seperti itu.
Blast? Dia lebih sering aktif di dimensi lain demi memerangi ancaman God. King sendiri meskipun aslinya payah, ia lebih cenderung ditakuti daripada dikagumi.
Sosok seperti Bang dan Atomic Samurai sebenarnya cocok karena mereka unggul dalam pengalaman dan kebijaksanaan. Sayangnya, mereka sendiri tak tertarik berdiri di puncak.
Ironisnya, problematika ini sudah disorot oleh Amai Mask yang telah berencana menjadikan Saitama sebagai simbol kekuatan para hero di versi webcomic. Sayangnya, rencana tersebut malah membuatnya karirnya hancur setelah ketahuan sebagai monster.
Itulah masalah internal yang terjadi pada Asosiasi Hero. Bagaimana pendapat kalian?
Jangan lupa tulis di kolom komentar!
Baca Juga: Opini: 5 Kekurangan Saitama Sebagai Hero di One Punch Man