Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Penilaian Film: In the Lost Lands, Punya Potensi tapi Banyak Kelemahan

(Dok. Constantin Film/In the Lost Lands)

GENRE: Fantasi 

ACTORS: Dave Bautista, Milla Jovovich, Arly Jover

DIRECTOR: Paul W. S. Anderson

RELEASE DATE: Upcoming 

RATING: 2/5

In The Lost Lands adalah film yang menjanjikan di atas kertas, diadaptasi dari cerita pendek karya George R.R. Martin yang legendaris.

Namun, apakah hasil akhirnya sesuai ekspektasi? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini!

1. Sinopsis In the Lost Lands

(Dok. Constantin Film/In the Lost Lands)

In the Lost Lands mengisahkan Gray Alys (Milla Jovovich), seorang penyihir tangguh, dan Boyce (Dave Bautista), seorang prajurit pengembara misterius. Keduanya berjuang untuk bertahan hidup di Lost Lands—sebuah dunia penuh sihir kuat, makhluk mengerikan, dan musuh yang tak kenal ampun. Bersama-sama, mereka harus melawan manusia dan iblis demi bertahan hidup.

2. Punya potensi, tapi...

(Dok. Constantin Film/In the Lost Lands)

In The Lost Lands sebenarnya memiliki potensi besar. Dunianya, dengan latar post-apocalypse yang dipenuhi reruntuhan peradaban lama, terasa menarik. Penyajian peta sebagai gambaran lokasi yang dijelajahi Gray Alys dan Boyce juga cukup efektif dalam memperjelas perjalanan mereka.

Di beberapa bagian, film ini menunjukkan kemungkinan menjadi sesuatu yang lebih istimewa. Misalnya, intrik antara pihak gereja dan ratu, yang masing-masing memiliki cara sendiri untuk mencoba mengamankan kekuasaan sementara sang overlord penguasa kota sudah tua dan sekarat. Film ini juga memperkenalkan berbagai karakter unik serta latar yang terasa imajinatif dan berkesan.

Dari segi cerita, In The Lost Lands sebenarnya menyajikan perpaduan menarik. Ada unsur fantasi dengan kehadiran penyihir dan werewolf, nuansa western yang kental dalam sosok Boyce sebagai pengembara penyendiri ala gunslinger, serta petualangan di dunia post-apocalypse yang penuh bahaya.

Namun, sayangnya, semua potensi itu gagal terwujud dalam eksekusi. Dan bagi saya, itu adalah masalah yang lebih serius ketimbang sekadar menjadi film yang 'biasa saja'

3. Hampir semua potensi itu kandas karena berbagai alasan

(Dok. Constantin Film/In the Lost Lands)

Beberapa potensi yang saya sebutkan sebelumnya pada akhirnya gagal dieksekusi dengan memuaskan.

Intrik antara pihak gereja dan ratu? Tanpa masuk ke terlalu banyak spoiler, meskipun sempat memikat di satu titik, konklusinya terasa mengecewakan dan antiklimaks.

Perkenalan berbagai karakter unik dan menarik? Sayangnya, banyak yang tidak diberi ruang untuk berkembang. Kematian terjadi terlalu cepat atau mendadak, dan beberapa karakter yang seharusnya menjadi villain penting justru tersingkir dengan cara yang antiklimaks. Setiap itu terjadi alih-alih merasa puas, saya malah bertanya, ‘Gitu doang?’

Sutradara tampaknya berpikir bahwa karena ini diadaptasi dari cerpen George R.R. Martin, maka membunuh banyak karakter bernama akan menciptakan ketegangan ala Game of Thrones. Namun, tanpa pembangunan karakter yang cukup, kematian mereka terasa hampa. Bukannya meningkatkan ketegangan, justru membuat film ini kehilangan bobot emosional.

Jika saja film ini ada lebih banyak waktu, atau minimal lebih fokus untuk mengembangkan karakter, mungkin kelemahan ini bisa sedikit tertutupi.

Namun, perkembangan cerita yang begitu cepat membuat film ini terasa seperti rekap dari sebuah seri panjang, alih-alih pengalaman yang benar-benar memikat. Jadi makin kacaulah penyingkiran banyak karakter penting itu. 

4. Apakah setidaknya ada yang bisa dinikmati?

(Dok. Constantin Film/In the Lost Lands)

Setidaknya, beberapa adegan aksi dalam In the Lost Lands cukup menarik. Jika kamu mencari pertarungan seru yang sesekali berdarah, film ini menyajikan banyak momen seperti itu.

Namun, ada beberapa hal yang terasa mengganjal. Seperti yang kerap terjadi ketika Paul W.S. Anderson menyutradarai dan Milla Jovovich menjadi pemeran utama, karakter Gray Alys digambarkan sebagai sosok badass yang terkadang terasa terlalu superior.

Lebih dari itu, ancaman terhadapnya pun sering terasa kurang berarti. Banyak karakter yang seharusnya menjadi lawan tangguh justru tersingkir secara mendadak atau dengan cara yang antiklimaks—bukan melalui pertarungan langsung yang bisa memberikan ketegangan lebih.

Meski begitu, pembangunan dunia In the Lost Lands masih menjadi salah satu kekuatannya. Visual yang kelam dengan latar dunia penuh bekas kehancuran berhasil menciptakan atmosfer yang kuat, menjadikannya salah satu aspek yang tidak sepenuhnya disia-siakan oleh film ini.

5. Kesimpulan

Pada akhirnya, In the Lost Lands adalah film dengan dunia dan cerita yang memiliki potensi besar, tetapi eksekusinya terasa ganjil dan mengecewakan di banyak bagian.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, film seperti ini—yang awalnya memberi harapan akan menjadi sesuatu yang bagus tetapi gagal mengeksekusinya dengan baik—justru bisa terasa lebih buruk daripada film yang sekadar 'biasa saja.' Saya sempat memiliki ekspektasi tinggi, hanya untuk kemudian dikecewakan.

Sisi positifnya sih adegan aksi dan pembangunan dunianya masih memiliki daya tarik tersendiri, meskipun cara beberapa konflik diselesaikan tetap terasa kurang memuaskan.

Karena itu, saya hanya bisa memberi In the Lost Lands nilai 2 dari 5 bintang.

Bagaimana menurutmu? Setuju atau punya pendapat lain? Yuk, diskusikan di kolom komentar!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us